Dinas Pariwisata Lampung “Gagas” LKF Dikelola Swasta

Bandarlampung (SL)-Festival Krakatau Lampung, yang  2018 disebut Lampung Krakatau Festival, sudah saatnya ditangani Masyarakat, tidak melulu dilaksanakan oleh pemerintah. Pasalnya hingga kegiatan yang ke 28 kali, tapi belum ada perubahan yang signifikat, dalam upaya menyemarakkan dan memajukan Lampung Festival Krakatau.
Hal itu diakui Budi Harto,  Kadis Pariwisata Provinsi Lampung, Arief Nugroho,  didampingi Kabid Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata, saat bincang bersama wartawan, di ruang kerjanya Seni (10/9). “Banyak potensi wisata, tidak hanya Krakatau, yang memang butuh sentuhan. TIdak melulu tergantung pada pemerintah, tapi bagaimana banyak melibatkan masyarakat, termasuk Lampung Krakatau Festival,” kata Budi Harto.
Menurut Budi Harto, progres kedepan adalah bagaimana setiap event kegiatan daerah di Lampung, yang bersentuhan dengan potensi wisata, gembyar, Festifal itu melibatkan kelompok kelompok masyarakat, baik adat, ormas, OKP, pelajar, juga BUMN BUMD, “Sehingga berbagi peran, dan memanfaatkan anggaran secara baik dan tepat sasaran. Karena anggaran pemerintah melalui Dinas Pariwisata memang terbatasm” kata,
Budi juga mengaku prihatin, banyak kegiatan Potensi wisata pontensial yang hilang di Lampung, misal tradisi blangiran,  Para Layang, kegiatan Selat Sunda, dan lainnya. “Karena even event itu dulu sudah go international, dan kini hilang. “Entah dimana yang salah,” kata Pria yang akan memasuki masa pensiun ini.
Budi juga berharaf, bahwa medis siber yang kini menjadi trend era digital ikut berperan mamajukan wisata Lampung, dan menggali bahkan mungkin ikut menggagas kegiatan wisata di Lampung. “Media siber itu perannya luar biasa. Kita coba nanti gagas kegiatan Famtrip sehingga potensi wisata Lampung benar benar terekspose secara baik, potensi positif di baca dunia,” katanya.
Terkait dugaan penyimpangan kegiatan Trif Lampung Krakatau Festival 2018, Budi membantah jika terjadi ketidak sesuaian. Karena peserta memang terdaftar 200 orang. “Jika waktu itu ada yang tidak hadir, tapi kami sudah siapkan untuk 200 orang, termasuk sewa kendaraan, perahu,” katanya.
Saat berada di Gunung Krakatau, awalnya memang tidak diijinkan untuk menginjakkan kaki di lokasi cagar alam itu. Tapi karena peserta ada beberapa peneliti, akhirnya diijinkan menginjakkan kaki, tapi tidak ke puncak, hanya disekitaran tepi. “Awalnya tidak diijinkan, tapi karena ada peneliti LIPI, dan lainnya, kita diijinkan menginjakkan kaki disanan. dan memang kegiatan sehari,” katanya. (Juniardi)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *