Masakan Rumah Khas Balikpapan Kini Dipasarkan ke Seluruh Nusantara

Balikpapan (SL)-November 2018, tiap daerah memiliki produk makanan khas masing – masing, begitu pun Balikpapan yang berada di Kalimantan Timur. Jika masyarakat kesana dan mencari informasi jenis makanan khas yang kerap dijadikan oleh – oleh, maka sudah tentu makanan ringan seperti amplang menjadi salah satu makanan favorit.
Snack khas Balikpapan ini terbuat dari bahan dasar ikan tenggiri, namun banyak juga yang menggunakan ikan pipih atau ikan belida yang jarang ditemukan di wilayah lain, sehingga memiliki keunikan tersendiri dari rasanya.

Ibu Sri Astuty – BDS Snack1

Salah satu produsen dan merek amplang yang terkenal adalah BDS Snack. Produk ini juga menjadi salah satu makanan khas asal Balikpapan favorit pelanggan Pesona (Pesanan Oleh – Oleh Nusantara) yang merupakan wadah dan dukungan untuk UKM yang dibuat JNE.

Namun dibalik kepopulerannya saat ini, BDS Snack yang didirikan oleh Sri Astuty merupakan hasil dari perjuangan panjang dan juga kegagalan dalam merintis bisnis sebelumnya.

Sri Astuty, atau yang akrab disapa Bu Tuty, adalah mantan guru dan karyawan swasta yang beralih ke dunia usaha dengan memanfaatkan hobinya dalam memasak serta mengolah bahan makanan. Berbagai jenis makanan dan beragam jenis kue kering Ia buat dengan keterampilan yang Ia pelajari secara otodidak tanpa mengikuti pendidikan atau kursus tertentu.

Dari keterampilannya tersebut, Tuty yang lahir di Palembang 49 tahun silam ini mendirikan bisnis kuliner di beberapa tempat di Jakarta maupun Depok setelah tidak lagi bekerja sebagai pegawai. Namun, semuanya berubah dan bisnisnya tersebut pun terpuruk ketika krisis moneter serta peristiwa kerusuhan Mei 1998 terjadi. Situasi sulit yang melandanya sejak itu, memaksa Bu Tuty hijrah ke Balikpapan pada tahun 2001.

Tidak berhenti berusaha, dengan menggunakan sisa – sisa tabungan hasil usahanya di Jakarta, Bu Tuty lalu mencoba menerima pesanan makanan sebagai catering dan membuat beragam kue – kue kering dengan menggunakan rumah tinggalnya sendiri sebagai tempat produksi. Dibantu oleh seorang asisten, Ia pun memasarkan produknya secara tradisional dengan menitipkan di toko – toko milik kerabat atau keluarga.

Perlahan namun pasti, bisnisnya itu mendapatkan banyak permintaan, dan ketika itu pula Ia mulai menjual kerupuk ikan yang dipasok dari supplier yang dikenalnya. Dalam perjalannya ini Bu Tuty melihat potensi penjualan kerupuk ikan yang terus meningkat, sehingga Ia pun memutuskan untuk fokus menjual produk tersebut. Tapi tantangan besar kembali harus Ia hadapi karena produsen dan pemasok produk tidak mampu memenuhi jumlah pesanannya yang terus bertambah.

Agar tidak mengecewakan pelanggan, Bu Tuty pun belajar memproduksi kerupuk ikan sendiri. Dalam prosesnya, trial and error berulang kali terjadi untuk membuat kerupuk ikan dengan racikan bumbu yang sesuai dengan permintaan para pelanggannya. Tapi dengan semangat serta kegigihannya dalam berfokus pada produk tersebut, akhirnya Ia bisa membuat kerupuk ikan dengan bumbu yang pas setelah kurang lebih 2 tahun.

Yakin bahwa kualitas produknya layak dipasarkan secara luas, Bu Tuty kerap mengikuti dan menjadi juara serta menerima penghargaan dalam program atau event untuk UKM, yang kerap diselenggarakan oleh pihak pemerintah mau pun instansi lainnya. Oleh karena itu pula, Bu Tuty secara bertahap mengukuhkan produk buatannya dengan meresmikan melalui sertifikasi. Kini kerupuk ikan merek BDS Snack telah mendapatkan sertifikat merek dari Kementerian Hukum dan HAM RI, sertifikat mutu produk dari Dinas Kesehatan, sertifikat halal dari MUI, dan sebagainya.

Tuty yang saat ini memiliki 18 orang karyawan untuk membuat produk – produk olahan berbahan dasar ikan seperti amplang, kerupuk, abon, ikan asin, dan yang lainnya, mengungkapkan bahwa saat ini omzet penjualan kerupuk ikan amplang buatannya telah mencapai 100 juta setiap bulan. Selain membuka toko offline dan online untuk menerima pesanan eceran, ia juga bertindak sebagai supplier bagi beragam supermarket besar mau pun toko oleh – oleh di berbagai kota di seluruh Indonesia.

“Sekitar 20 ribu kg kami produksi dalam setahun, sehingga diperkirakan sebanyak 1600 kg kami pasarkan melalui offline mau pun online per bulan. Tentu saja banyak juga yang kami kirimkan melalui JNE atau mendapatkan pesanan dari Pesona (Pesanan Oleh – Oleh Nusantara)”, jelas Ketua Koperasi Industri Kecil Micro Semayang Balikpapan ini.

Walaupun BDS Snack telah berhasil merambah pasar ke seluruh nusantara, namun Bu Tuty menyampaikan harapannya agar di masa mendatang dapat memasarkan produknya tersebut ke pasar global. “Kami masih berupaya untuk meningkatkan kualitas produk, mau pun kemasan, dan yang lainnya, agar memenuhi serta menjaga standar SNI yang telah kami dapatkan, sehingga tidak hanya diterima oleh pasar nasional, tapi juga global”, harapTuty yang juga menjabat sebagai Sekretaris Poklahsar Melawai Biru Balikpapan.

Selain harapan untuk produknya sendiri, Bu Tuty juga menyampaikan harapan agar para pelaku UKM lain di Indonesia dapat terus berkembang dan maju. Ia pun berbagi tips dengan mengatakan, “Sinergi dengan pihak pemerintah dapat menjadi langkah strategis untuk memajukan bisnis para wirausahawan mau pun wirausahawati lain di seluruh Indonesia. Salah satu caranya dengan memanfaatkan program atau event yang disediakan untuk para UKM di tiap daerah, seperti perlombaan, pameran atau eksibisi, dan yang lainnya”.

Tidak hanya itu, Tuty pun menyarankan para pelaku UKM lain agar memiliki berbagai perijinan dan sertifikasi yang diperlukan, sehingga peluang memperbesar bisnis dapat semakin terbuka lebar. “Saya sebagai pelaku UKM dari Balikpapan Kalimantan Timur sangat berterima kasih kepada pemerintah.

Langkah pengembangan BDS Snack sampai dengan saat ini telah banyak didukung, baik dari Pemkot, Pemprov, mau pun Kementerian Perindustrian, Kementerian Perikanan, BSN (Badan Standarisasi Nasional), dan yang lainnya, sehingga produk kami pun sudah bersertifikat SNI 7762-2013”, tutur penerima penghargaan Adhikarya Pangan Tahun 2016 dari Presiden RI dan penghargaan bergengsi lainnya baik tingkat lokal mau pun nasional ini.

Tuty, yang juga merupakan salah satu member JLC (JNE Loyalty Card), juga menyampaikan bahwa memiliki niat berwirausaha agar memberikan manfaat bagi orang lain dan lingkungan sekitar adalah hal yang penting. Selama ini, Ia berusaha untuk mewujudkan niatnya tersebut melalui nama BDS Snack.

“BDS awalnya adalah singkatan dari alamat tempat saya tinggal yaitu perumahan Bukit Damai Sentosa sebagai tempat pertama memulai usaha ini. Namun untuk mengingatkan diri mau pun sebagai ruh perusahaan, termasuk untuk para karyawan, maka singkatan BDS diubah menjadi “Berdayakan Daerah Sekitar”. Semangat dari merek tersebutlah yang harus senantiasa diupayakan untuk terwujud,” pungkasnya. (rls)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *