Jakarta (SL) – Polri kesulitan menganalisis rekaman CCTV untuk mengungkap kasus teror bom palsu dan molotov di rumah dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Karena itu, Polri meminta bantuan kepolisian London, Inggris, yang memiliki peralatan lebih canggih guna menganalisis rekaman tersebut.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, pihaknya telah mengamankan rekaman pada DVR CCTV di sekitar rumah Ketua KPK Agus Rahardjo dan Wakil Ketua KPK Laode M Syarif. Namun, Puslabfor Polri kesulitan menganalisis karena kualitas videonya yang standar. “Kami analisis DVR-nya ini sampai kirim ke London, kita bekerja sama dengan Inafis di kepolisian metropolitan di London,” ujar Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (21/1/2019).
Dari hasil analisis di London, kata Dedi, terdapat perbedaan citra ketika rekaman video bergerak dan ketika dalam keadaan diam. Sehingga diperlukan tingkat kecermatan dan ketelitian yang tinggi dalam menganalisis wajah terduga pelaku yang terekam CCTV. “Sebagai contoh, kami sudah mencurigai ada satu kendaraan yang dalam satu bulan sebelum kejadian mondar-mandir dua orang. Pada saat mondar-mandir terlihat jelas. Tapi ketika di-zoom orangnya, jenis kendaraan sudah tahu, tapi pelat nomornya pada posisi yang sulit, pecah,” tuturnya.
Tim Inafis dan Puslabfor Polri sejatinya telah menganalisis rekaman tersebut. Namun, karena resolusinya yang kecil dan terbatasnya alat yang dimiliki, Polri kemudian meminta bantuan kepolisian London untuk menganalisis bukti teror ketua KPK tersebut. “DVR-nya ini standar, di Indonesia ada klasifikasinya ya. Kameranya tingkat resolusinya sangat standar, sedangkan kami mencoba untuk DVR CCTV dianalisis laboratorium digital milik Puslabfor Polri,” ucap Dedi. (L6)
Tinggalkan Balasan