Ada Apa dengan Penerbangan Domestik Kita?

Bandara Radin Inten II Ikut Terdampak Low Season

Oleh: Ilwadi Perkasa

INDUSTRI penerbangan sejak awal tahun 2019 terus mengalami tekanan. Keputusan menaikan harga tiket domestik dengan tujuan menambah kocek, ternyata berdampak menurunnya jumlah penumpang. Kondisi ini terjadi di banyak bandara, termasuk di Bandara Radin Inten II, Lampung.

Mahalnya harga tiket domestik, melebihi harga penerbangan luar negeri sangat dirasakan pelaku usaha perjalanan wisata yang tergabung di dalam Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA).

Khusus regional Sumatera, kondisi paling parah terjadi di Bandara Kualanamu, Sumut. Ribuan penerbangan dari Kualanamu dilaporkan telah dibatalkan (Bacar berita terkait: Harga Tiket Pesawat Mahal Tingkat Hunian Hotel Turun 40 Persen di halaman Komoditi & Ekbis)

Jumlah penumpang di Bandara Kualanamu Internasional Airport, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, mengalami penurunan penumpang sebanyak 189.762 penumpang. Hal ini, merupakan dampak dari kenaikan harga tiket pesawat domestik di Tanah Air.

Pada Januari 2019, berdasarkan data, penurunan jumlah penumpang selama satu bulan tercatat sebanyak 189.762 orang turun 19,9 persen. Penyebabnya diduga kuat akibat gejolak harga tiket domestik. Alhasil jumlah penerbangan di Bandara Kualanamu ikut ‘nyungsep’ pada angka 1.734 penerbangan atau turun 23, 6 persen, dibanding pada Januari 2018. Hal ini diikuti dengan meningkatnya jumlah pembatalan penerbangan hingga 1.904 penerbangan.

Radin Inten II

Kondisi yang sama juga terjadi di Bandara Radin Inten II, Lampung yang baru saja naik status menjadi bandara internasional.

Tiga maskapai penerbangan, Lion, Sriwijaya dan Garuda Air telah melakukan pengurangan jadwal penerbangan di Bandara Radin Inten (RI) II.

Humas Bandara Radin Inten II Wahyu Aria Sakti, tidak secara tegas menyatakan pengurangan jadwal penerbangan tersebut akibat minimnya penumpang. “Bisa juga oleh alasan lainnya,” katanya.

Namun lazimnya, keputusan pengurangan atau penambahan jadwal penerbangan oleh maskapai disesuaikan dengan jumlah penumpang di bandara. Jika jumlah penumpang tidak memenuhi skala angkut secara ekonomi, maka mau tidak mau maskapai akan mengurangi jadwal penerbangannya.

Gubernur Lampung M Ridho Ficardo mengaku heran, dan mempertanyakan alasan pengurangan jadwal tersebut. “Ini pasti ada kesalahan,” tanya Ridho.

Ridho meyakini, jumlah penumpang di bandara kebanggaan masyarakat Lampung cukup banyak. Apalagi jika melihat fakta arus wisatawan ke Lampung semakin hari semakin meningkat.

Dampak kenaikan harga tiket pesawat dirasakan para pengusaha tur dan travel di Kota Bandar Lampung. Para pelanggan usaha tur dan travel mengakui terjadi penurunan pemesanan tiket pesawat setelah adanya kenaikan harga tiket pesawat.

Para pengusaha biro tur dan travel mengakku pemesanan tiket pesawat anjlok 50 hingga 70 persen. Agen biro perjalanan tidak bisa berbuat banyak, karena kenaikan harga tiket sangat riskan dengan jumlah pemesanan dan kunjungan wisatawan, serta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Pemilik Adiyatama Tour and Travel yang berada di Kota Bandar Lampung, Adi Susanto mengatakan, sudah jelas kalau tarif atau harga tiket pesawat mengalami kenaikan akan terjadi penurunan pemesanan tiket di agen atau biro tur dan travel. “Beberapa bulan ini penurunan mencapai 70 persen lebih sehingga sangat berat dala menjalankan usaha di tarvel agent,” kata Adi Susanto.

Menurut Adi, yang juga sekretaris ASITA Lampung, dampaknya cukup besar terhadap usaha tur dan travel. Banyak orang yang sekarang malas bepergian karena tingginya harga tiket, juga UMKM yang menyiapkan oleh-oleh dan suvenir juga merasakan dampaknya.

Usaha biro perjalanan, salah satunya didominasi penjualan tiket. “Sejak kenaikan harga tiket pesawat berbagai maskapai penerbangan, jumlah pelanggan usaha tur dan travel mengalami penurunan yang tajam,” ujar Adi.

Dibandingkan sebelum kenaikan harga tiket, pelanggan usaha biro perjalanannya tidak dapat dihitung lagi. Sejak kenaikan tiket, jumlah pemesanan tiket hanya paling tinggi 10 orang per hari.

Kenaikan harga tiket juga dirasakan terjadi penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Lampung. Pasalnya, hal tersebut diketahui dengan merosotnya paket-paket wisata yang ditawarkan biro perjalanan di Lampung.

“Sekarang pengunjung malas bepergian karena paketnya sudah mahal,” ujar Sarman, salah seorang pendamping wisatawan.

Ia mengatakan banyak biro perjalanan untuk mengusahakan berputarnya usaha sudah sulit sekarang ini, apalagi ditambah harga tiket pesawat naik, bagasi pesawat berbayar, dan juga paket wisata tidak dapat dinaikkan, karena pelanggan akan mengeluh.

Belum lagi usaha mikro kecil dan menengah yang ada di Lampung juga mengeluhkan merosotnya omset penjualan, gara-gara bagasi pesawat sekarang bayar. “Kalau dulu orang belanja oleh-oleh banyak tidak berbatas, sekarang dibatasi, jadi penjualan merosot,” katanya.

Cari Solusi

PT Angkasa Pura II melakukan sejumlah solusi menghadapi low season atau periode di mana permintaan untuk melakukan perjalanan ke suatu tempat dalam kondisi rendah.

Direktur Angkasa Pura II, Muhamad Awaluddin mengatakan, dia telah melakukan koordinasi untuk mencari solusi dengan seluruh stakeholder yang berada di setiap bandar udara, salah satunya pihak maskapai.

“Solusinya, kita terus bekerja sama intensif dengan maskapai, meningkatkan angka penumpang, karena mau bagaimana pun situasi ini adalah sebuah aktivitas yang harus terkolaborasi dengan baik,” katanya di Bandara Soekarno Hatta Tangerang, Selasa 12 Februari 2019.

Pihaknya juga terus melakukan sosialisasi kepada pengguna jasa, bahwa dalam dunia penerbangan terdapat hal-hal yang menjadi fokus keselamatan, keamanan, dan kenyamanan yang terus ditingkatkan.

Sementara, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Polana B. Pramesti meminta semua pemangku kepentingan atau stakeholder industri penerbangan untuk optimistis, guna menggenjot industri penerbangan tahun ini.

“Penurunan penumpang, hampir terjadi setiap tahun, memang kondisi low season yang merupakan siklus tahunan yaitu Januari, Februari. Dan, Maret baru mengalami peningkatan,” tutur Polana

Dari data angkutan udara domestik yang dihimpun Ditjen Hubud, terlihat adanya fluktuasi jumlah penumpang. Pada 2016 bulan Januari jumlah penumpang 6,7 juta, Februari 6,4 juta, Juli 8,7 juta, dan Desember 8,4 juta.

Sementara itu, 2017 bulan Januari jumlah penumpang 7,7 juta, Februari 6,5 juta, Juli 9,5 juta, dan Desember 9,0 juta. Sedangkan pada 2018, bulan Januari jumlah penumpang 8,3 juta, Februari 7,5 juta, Juli 9,7 juta, dan Desember 8,1 juta penumpang.

“Jadi, saya mengajak semua stakeholder untuk optimis memandang bisnis penerbangan tahun ini akan terus tumbuh dan berkembang,” ungkapnya. (*)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *