Way Kanan (SL)-Nurhayati, janda lanjut usia (Lansia), miskin warga Kampung Banjar Agung, Dusun Satu ,Rt 01, Kecamatan Baradatu, Kabupaten Way Kanan mengharapkan perhatian pemerintah Way Kanan. Dia hidup dengan mengandalkan pemberia Pendi, anaknya yang menjadi buruh angkut kayu di kebun. Sementara dia tak memiliki kebun.

Kepada sinarlampung.com, Nurhayati menyatakan mengharapkan keadilan dari pemerintah Kabupatan Way Kanan aan instansi terkait. Nurhayati dan anaknya Pendi , adalah tergolong orang miskin, tapi kok tidak pernah dapat bantuan, baik itu Pusat, Provinsi atau Kabupaten, seperti banyak di siarkan orang miskin dapat kartu ini dan itu.
“Saya merasa dan tergolong orang miskin. Karna saya tidak punya usaha tetap, pekerjaan anak saya sebagai kuli panggul kayu d kampung ini. Kebun sejengkalpun kami tidak ada. Tapi ko keluarga saya ngak pernah dapat salah satu program pemerintah ya, apa itu yang katanya PKH-PKH. Tapi ada tetannga yang rumah gedong, punya kebun kok dapat,” kata Nurhayati, seperti protes.
Apalagi, lanjut Nurhayati, dirinya sudah tidak mampu lagi untuk kerja berat. Sementara anak Pendi, usaha tidak pasti. “Saya ini tidak mampu lagi untuk bekerja. dan pekerja an anak saya Pendi tidak tetap,” katanya.
Sementara Pendi menceritakan tentang kehidupan dia dan istrinya, yang masih punya balita. “Saya punya anak Balita, dan bisa kalian liat keadaan rumah yang dinding bambu berlantaikan tanah tapi keluarga saya tidak mendapat bantuan program pemerintah yang nama nya PKH. Alagi bedah rumah, dan bantuan lain. Kami hanya berharap keadilan kepada pemerintah, terutama pemarintahan kami di Way Kanan,” kata Pendi.
Menanggapi hal itu, Iparia, Ketua Ketua DPD Kowapi mengharap kan agar pemerintah Kabupaten Way Kanan dan pihak terkait dapat segera melaku kan pendantaan ulang bagi yang menerima program PKH tersebut. “Karna saya angap penerima Program PKH ini banyak tidak tepat sasaran,” kata Rahmat. (indro)
Tinggalkan Balasan