Oleh: Ilwadi Perkasa
RUSUH Mesuji seperti tak ada habisnya. Daerah Otonom berusia muda ini selalu saja menampar-nampar muka masyarakat Lampung hingga stigma Lampung rawan dan Mesuji angker semakin rekat.
Konflik lahan selalu menjadi pemicu utamanya, sejak dulu, dan tak pernah bisa dituntaskan sampai kini. Akar persoalan (konflik agraria) di kawawan register hingga sengketa lahan antara masyarakat dengan perusahaan juga masih menganga.
Kabupaten Mesuji seperti dibiarkan dalam situasi mencekam. Padahal, setiap peristiwa berdarah di daerah ini selalu menimbulkan korban jiwa.
Terakhir, konflik lahan di sini telah merenggut 3 nyawa, bahkan kabar lain menyebutkan ada 4 korban jiwa. Beritanya menghiasi hampir semua media, termasuk di media sosial yang hingga kemarin ramai memuat gambar atau foto korban yang berdarah-darah. Tayangan foto di media sosial begitu vulgar, dan perlu kiranya ditertibkan.
Tak elok rasanya mengungkap sederetan peristiwa yang pernah terjadi di daerah ‘keras’ ini. Terlalu mengerikan, sebenarnya. Tapi oke, cukup satu saja. Dulu, 2011 lalu, pernah ada peristiwa yang bikin heboh dunia.
Komisi III DPR didatangi warga Mesuji, melaporkan adanya dugaan pembantaian terhadap petani Mesuji di perkebunan sawit. Dilaporkan korban mencapai 30 orang. Ke-30 petani itu dikabarkan dibunuh dengan cara keji.
Semua pihak pasti tahu, apa akar masalah Mesuji mudah meletup, yakni konflik lahan yang tak terselesaikan. Jika akar masalahnya sudah diketahui, tunggu apa lagi, segera bereskan! (*)
Tinggalkan Balasan