Muara Enim (SL)-Lagi, seorang warga di Sumatera Selatan jadi korban mangsa Harimau Sumatera. Seorang wanita warga Dusun V, Desa Padang Pindu, Kecamatan Panang Enim, Kabupaten Muara Enim, janda Sulistiawi (30), tewas tercabik cabik setelah, saat mandi di aliran sungai, dalam hutan masyarakat, Jumat, 27 Desember 2019.

Putri sulung Purwanto (51) dan Ratemi (51) menjadi korban keenam setelah Sudandi, di Lahat. Anak sulung dari empat bersaudara dan statusnya janda dengan anak satu bernama Rega Wijaya (9).
Baca : Tunggu Durian Runtuh Suwandi Jadi Korban Kelima di Mangsa Harimau Sumatera di Lahat
Baca : Ambil Hasil Panen Petani Kopi di Kawasan Gunung Dempo Dimangsa Harimau
Informasi dilokasi kejadian menyebutkan, tubuh korban ditemukan sekitar 25 meter dari lokasi pemandian, dengan kondisi mengenaskan sebagian tubuh hilang, dan penuh luka gigitan. Kepastian korban dimangsa harimau, ditemukan jejak tapak kaki harimau, di lokasi sungai dan tempat korban ditemukan.
Kepala Resor Wilayah VIII BKSDA Sumatera Selatan, Rusmin menyebutkan, Jumat, 27 Desember 2019, Pukul 17.00 WIB, korban pamit kepada ibunya untuk pergi mandi di tempat pemandian umum yang berjarak 100 meter dari rumah. Tempat pemandian berada di hutan masyarakat. “Korban ini mandi ke tempat pemandian umum seorang diri. Bawa sabun, handuk, dan perlengkapan lainnya,” kata Rusmin.
Lalu, pukul 18.00 WIB, atau satu jam kemudian, ibu korban mencari Sulis karena tak kunjung pulang dari mandi, padahal saat itu di daerah rumahnya sudah mulai gelap. Ibu korban mendatangi lokasi pemandian di dalam hutan dan perkebunan kopi serta karet.
Setiba di lokasi, ibu korban pun kaget melihat handuk dan sabun anaknya berantakan. “Ibu korban ini kaget lihat barang-barang berantakan. Handuk dan sabun juga sudah ada bekas acak-acakan dan dia langsung pulang,” katanya.
Pukul 19.00 WIB, Ibu korban pulang ke rumah dan memberi tahu warga. Ada sekitar 300 warga datang dan melakukan pencarian di lokasi korban hilang. “Ada 300-an warga yang mencari korban di lokasi. Ada dari polisi, TNI, dan BKSDA juga di lokasi menyusuri tempat korban hilang,” kata Rusmin.
Pukul 23.30 WIB, warga menemukan bercak darah tidak jauh lokasi korban mandi. Warga pun beramai-ramai menyusuri lokasi dan akhirnya Sulis ditemukan. Jarak korban ditemukan dan lokasi tempat mandi sekitar 25 meter. Kondisi korban sudah tidak utuh dan meninggal dunia. “Kaki kiri sudah dimakan harimau, ada lagi luka di leher, dan dagingnya sudah hilang,” katanya.
Sabtu, 28 Desember 2019, Pukul 01.30 WIB, dua jam kemudian, korban akhirnya dievakuasi dan tiba di rumah duka Desa Talang Tinggi, Muara Enim. Terlihat jelas luka di tubuh korban bekas diterkam dan digigit harimau Sumatera. “Positif diterkam harimau, ada jejak-jejak harimau sekitar 13-15 cm ditemukan di lokasi kejadian. Kelihatan jelas bahwa ada serangan harimau di tubuh korban,” tegas Rusmin.
Selain masyarakat, pihak TNI dengan dipersenjatai laras panjang juga ikut turun mengevakuasi korban. “Melihat keadaan korban, miris sekali, karena jasadnya nyaris tak sempurna. Sampai saat ini warga desa masih tetap berjaga, sementara jasad korban sudah di semayamkan di rumah duka. Sebelumnya memang ada warga lain yang sempat melihat keberadaan harimau tak jauh dari lokasi kejadian,” kata warga.
Camat SDL, Fauzi membenarkan kejadian tersebut, bahwa ada salah satu warga di Desa Talang Tinggi yang berbatasan dengan Desa Talang Keli yang menjadi korban keganasan diduga binatang buas. Setelah kejadian tersebut kini disetiap desa yang rawan binatang buas sudah membuat posko-posko yang melibatkan pihak Koramil, Polsek Semendo dan Instansi Pemerintah Muara Enim. Bahkan ada warga juga sudah ada yang memasang perangkap untuk menangkap binatang buas tersebut.
“Imbauan Kepada warga masyarakat khususnya di area Semendo bahwasanya disetiap daerah rawan binatang buas sekarang sudah dibangun posko-posko. Untuk masyarakat yang sering pergi ke kebun jangan lupa membawa persenjataan tajam dan diharapkan janganlah sendirian apalagi jaraknya jauh dari pemukiman penduduk. Bagi yang mempunyai hewan ternak agar dijaga dan jangan diliarkan karena hewan tersebut juga dapat memancing binatang buas,” katanya. (red)
Tinggalkan Balasan