Kasus Ayah Bunuh Anak Karena Uang Studi Tour, Orang Tua Dukung Beban Studi Tour Sekolah di Hapus

Tasikmalaya (SL)-Pengungkapan misteri kematian Delis Sulistina (13) siswi SMPN 6 Tasikmalaya yang tewas dibunuh ayahnya akibat meminta uang study tour oleh Kepolisian, membuat orangtua siswa berani buka suara. Mereka mendukung Pemerintah Kota Tasikmalaya untuk menghilangkan kegiatan study tour sekolah yang selama ini dirasakan sebagai beban berat.

Bahkan, beberapa sekolah berdalih kegiatan itu tidak wajib tapi memaksa melalui komite sekolah untuk wajib membayar kepada seluruh siswa. “Kalau sekolahnya biasa beralasan telah mendapatkan persetujuan komite sekolah karena tahu takut disalahkan. Pengurus komite yang dijadikan tameng pihak sekolah,” kata Alisia (45) warga Perumahan BRP Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, Senin (2/3/2020).

“Padahal, orangtua siswa banyak yang tidak dilibatkan dalam rapat, dan tahu-tahu harus bayar biaya itu baik kepada yang ingin ikut atau tidak ikut. Alasannya kebersamaan, pokoknya kita terbebani pungutan berdalih komite seperti itu,” kata Alisia, dilangsir kompas.com.

Alisia menambahkan, jika persetujuan komite yang selalu dijadikan andalan sekolah untuk memungut biaya ke orangtua menimpa warga tak mampu pasti akan sangat terbebani sekali.

Hutan Utang Agar Anak Berangkat Study Tour

Dirinya saja mengaku meski taraf ekonomi normal sangat terbenani saat diminta pihak sekolah untuk study tour sebesar Rp 1.500.000 beberapa waktu lalu. “Jadi sebenarnya SD dan SMP di Tasikmalaya itu beneran gratis atau tidak. Sekolah biasanya bekerja sama dengan komite dan menekan para siswa-siswanya untuk wajib bayar. Terus terang Pak, waktu itu saya sampai pinjam ke saudara agar anak saya bisa berangkat,” tambahnya.

Setelah ada keputusan pungutan sekolah yang berdalih komite tersebut, lanjut Alisia, tentunya orangtua murid tak akan tega membiarkan anaknya tak ikut bersama teman-temannya. Sebetulnya hal inilah yang seharusnya dipertimbangkan secara mendalam oleh pihak sekolah, bukan hanya mengaku ke luar sudah ada persetujuan pengurus komite saja.

“Orangtua mana yang tega membiarkan anaknya tidak ikut, sementara teman-teman lainnya ikut. Tapi, kalau ada masalah, sekolah pasti alasannya, kan sudah disetujui komite sekolah, lepas tangan pasti karena tahu dari awal mereka salah,” ujar dia.

Membebani dan harus dihilangkan

Hal sama diutarakan, Mella (52) warga Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Menurutnya, pemerintah harus tegas menghilangkan kegiatan-kegiatan yang selalu membebani orang tua murid.

Soalnya, kalau orangtua murid itu biasanya selalu diam dan tak akan protes keputusan sekolah karena takut anaknya dikucilkan oleh para guru-gurunya. “Ya, jangan sampai kejadian seperti itu terulang kembali, jika kegiatan itu terus diadakan, bukan tidak mungkin kisah tragis yang dialami almarhumah Delis bisa terulang kembali,” ungkapnya.

Pihak sekolah pun biasanya selalu mematok biaya yang tak masuk akal dan mahal. Pungutan terus dilakukan sekolah berdalih persetujuan komite sekolah. Sebetulnya ini kejadian di SD dan SMP Tasikmalaya bukan kali ini saja terjadi terkait pungutan sekolah dengan dalih persetujuan komite sekolah, tapi sudah lama.

“Sekarang saja setelah ada kejadian ini kita pada ngomong. Karena sudah tidak masuk akal sekarang biaya SD dan SMP masih minta ke murid dengan dalih komite sekolah. Lalu, biaya BOS dan program gratis pemerintah bagaimana? Keuntungan saja yang dipikirkan, gaji sudah gede, kewajiban asal-asalan,” pungkasnya.

“Iyalah dalam kasus Delis misalnya, masa ke Bandung sehari saja harus empat ratus ribu, ongkos ke Bandung kalau kolektif gitu kan paling seratus ribu PP, terus masa biaya makan sehari sama masuk beberapa tempat yang dikunjungi harus sampai tiga ratus ribu, itu kan tak masuk logika,” tambahnya.

Kasus Delis, dicekik ayah akibat minta uang study tour

Diberitakan sebelumnya, Satuan Reserse Kriminal Polres Tasikmalaya Kota berhasil mengungkap kasus pembunuhan Delis Sulistina (13) siswi SMPN 6 Tasikmalaya yang diketahui tewas di gorong-gorong sekolahnya pada Senin (27/1/2020) lalu.

Pelaku Budi Rahmat (45), merupakan ayah kandungnya sendiri dengan cara dicekik sampai tewas karena kesal dimintai uang oleh korban untuk biaya study tour sekolahnya. Korban meminta uang untuk study tour sekolahnya ke Bandung sebesar Rp 400 ribu.

“Karena korban merasa pemberian uang ayahnya kurang, korban dibawa ke rumah kosong dan sempat cek cok dengan pelaku. Lokasi rumah kosong itu dekat dengan tempat kerja pelaku sekaligus TKP pembunuhan terjadi,” jelas Kepala Polres Tasikmalaya Kota AKBP Anom Karibianto saat Konferensi Pers, Kamis (27/2/2020) siang.

Sampai akhirnya mayat Delis, ditemukan membusuk di dalam gorong-gorong sekolahnya setelah dibunuh oleh ayah kandungnya sendiri beberapa hari sebelumnya. (kompas/red)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *