Tanggamus (SL)-Darwiyah (65) janda yang tinggal sebatang kara di rumah kayu reot dan berlantaikan tanah dengan ukuran 4×6 meter. Warga Pekon Karang Anyar, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus. Dia hidup seorang diri dengan keterbatasan ekonomi yang hanya mengandalkan kiriman putranya yang bekerja sebagai buruh di kota, dan selama ini luput dari perhatian Pemerintah.

Dalam sehari-hari untuk kebutuhan makan Darwiyah mengharapkan uluran tetangga atas jasanya mengerik warga yang masuk angin. Hal itu dia lakukan karena kiriman 100 Ribu dari sang anak untuk satu bulan di rasakan tidak cukup. ” Setiap tiga bulan sekali saya dapat kiriman dari anak saya 300 ribu , cukup tidak cukup ya gimana lagi. Saya tidak punya kerjaan, cuman kalau ada tetangga yang menyuruh saya mbantu ngerik orang sakit masuk angin, selesainya saya di kasih imbalan, sepengasihnya,” ujar Darwiyah, Senin 9 Maret 2020.
Kepada Sinarlampung.co, Ardi salah satu tetangga mengungkapkan bahwa ibu Darwiyah sering sakit-sakitan karena usia yang sudah tua dan hidup di rumah yang kurang sehat. Jika hujan di dalam rumah sangatlah kembab karena atap banyak yang bocor. “Diusia yang tua ini Ibu Darwiyah sering sakit, apalagi saat musim penghujan di dalam rumahnya lembab karena atapnya banyak yang bocor akibat rapuh, yang jelas tempatnya jadi tidak sehatlah,” kata Ardi,
Ardi berarap, ada perhatian dari Pemeritah Tanggamus untuk ibu Dariah. “Saya berharap kepada pemerintah agar dapat membantu, baik bedah rumah, PKH lansia ataupun Rastra, karena selama ini beliau belum pernah dapat bantuan dari pemerintah.” katanya.
Kehidupan Ibu Darwiyah menjadi salah satu potret kehidupan orang miskin di Negeri Tanggamus yang tidak tersentuh dengan program pemerintah yang memiliki program menurunkan angka kemiskinan dengan Keluarga Harapan Sejahtera (PKH), dan bedah rumah. (Hardi)
Tinggalkan Balasan