38 Rumah Warga Kotaalam Terdampak Banjir

Lampung Utara (SL)-Sejumlah 38 unit rumah warga Kelurahan Kotaalam, Kecamatan Kotabumi Selatan, Lampung Utara, terendam banjir. Menyikapi hal itu, Lurah Kotaalam, Felix Sulandana, berjanji akan menindaklanjuti  musibah banjir yang dialami warga yang berada di bantaran Way Sesah.

“Ya, hari ini, kami turun untuk melihat keadaan warga. Di sini, ada 4 empat rumah tepatnya terdampak air bah. Itu sudah masuk data, dan insyallah akan segera turun bantuan,” kata Felix, Selasa, 14 April 2020, di lokasi pemukiman warga terdampak banjir.

Bersama jajaran, dirinya meninjau lokasi terdampak banjir cukup parah akibat hujan kemarin petang sampai dengan hari ini, Selasa siang, 14 April 2020, tepatnya di lokasi Tanjung Alam Permai, Rt/Rw 014/005 yang terisolasi akibat akses jalan terputus genangan air.

Ia juga mengaku cukup kesulitan mengakses wilayah yang berada di daerah perbatasan dengan kelurahan Tanjungharapan menjadi keluhan warga itu. Praktis keadaan cukup menyulitkan, sehingga banyak warga memilih berdiam diri. Dan itu akan disampaikan kepada instansi terkait dan pimpinan tertinggi disana, dalam hal ini Plt Bupati Budi Utomo.

“Saya sempat merasakan juga apa yang dirasakan warga disini, insyallah kedepan akan ditindak lanjuti. Dan hari ini bahan saya untuk melaporkan pada pimpinan, “terangnya.

Terkait penyebab banjir, kata Felix, karena ada pendangkalan aliran Way Sesah. Pihaknya juga akan menindaklanjuti agar ada pengerukan dan/atau normalisasi sungai. “Semua sedang kita data dan untuk kelurahan di sini sudah ada 38 rumah terdampak,”  tambahnya.

Tokoh pemuda setempat, Tori menambahkan banjir pasca hujan lebat kemarin tidak hanya menggenangi pemukiman dan perkebunan warga. Namun akses vital moda transportasi warga disana mengalami hal serupa. Sehingga mengisolasi penduduk beraktivitas, mulai dari ekonomi sampai sosial lainnya.

“Kami jadi terisolasi begini, maklum saja jalan berada diperbatasan tergenang air. Sementara sisi lainnya kearah jalur dua tergenang, sementara disini hanya ada dua jalur itu dipergunakan warga. Harapannya ada peningkatan, dibuatkan gorong-gorong atau jembatan sekalian, “imbuhnya.

Sebelumnya, warga terdampak banjir di Rt/Rw 014/005 Kelurahan Kota Alam, Kecamatan Kotabumi Selatan mengaku belum pernah mendapatkan bantuan.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, Selasa siang, 14 April 2020, debit ketinggian air masih di atas paha orang dewasa. “Cukup merepotkan juga. Apalagi istri sedang hamil tua. Terpaksa kami mengungsi ke tempat keluarga berada tak jauh,” kata Mahyuni Efendi, salah seorang warga terdampak banjir di sana.

Menurutnya, kenaikkan debit air berawal sehari sebelumnya. Pasca hujan lebat yang mengguyur Kotabumi dan sekitarnya. Sehingga bergotong-royong mengungsikan barang berharga yang dapat diselamatkan. “Setelah sebelumnya mengungsikan anak dan istri yang telah menunggu waktu melahirkan. Baru setelah itu membereskan barang-barang yang dapat diselamatkan, itu pun hanya bantuan dari warga sekitar,” terangnya.

Pria yang keseharian bekerja sebagai petani dan buruh serabutan itu berharap ada perhatian dari pemerintah. Sebab, selama ini terkesan tidak gerakan, padahal hampir setiap tahun menjadi korban. Sejak Tahun 2013 menghuni rumahnya, namun belum pernah mendapatkan bantuan.

“Ya itulah yang kami sesalkan, kenapa selama ini tidak pernah ada bantuan. Boro-boro ada petugas membantu saat awal kejadian banjir, pernah sih di foto-foto tapi tak pernah ada bantuan yang datang. Kami cukup sabar menanti, apalagi ini sudah hampir satu dekade, “imbuhnya.

Marta warga terdampak banjir luapan air dialiran Way Sesah akibat ada pendangkalan sungai disana. Seharusnya ada rehabilitisasi aliran, sebab, belum pernah dilaksanakan sampai detik ini. “Kemarin pernah ada rehabilitasi aliaran Way Sesah, tapi tidak sampai disini. Akibatnya ya begini, aktivitas terhambat akibat jalan tergenang air. Sehingga memutuskan aktivitas warga, khususnya mencari keperluan sehari-hari,” terangnya.

Warga berharap pemerintah dapat jeli melihat kondisi masyarakat dilapangan. Sebab, selama ini seperti tidak aksi dilapangan, hanya sekedar pendataan diatas kertas. Dan realisasinya tidak pernah ada atau diterima penduduk terdampak air bah. “Ya kami berharap pemerintah ada perhatian, jalur lintas aktivitas masyarakat masyarakat terputus disini karena disini semua jalan tergenang air. Besar harapan masyarakat dapat dibangun jembatan disana, tepatnya ke arah jalur dua,” katanya. (ardi)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *