Tanggamus (SL)-Sejumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) di Pekon Sridadi, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus tidak dapat mencairkan dana tersebut dengan berbagai dalih. Ada dugaan pungutan Rp20 ribu, dan tebang pilih perlakuan oleh pendamping. Padahal mereka sangat membutuhkan di tengah pandemi Corona saat ini.
Hal itu dikaui KPM PKH atas nama Hartati dan Neti Herawati, yang sudah beberapa bulan tidak dapat mencairkan dana tersebut dengan alasan saldo nol dan harus mengurus ke Bank Mandiri. Anehnya, kasus yang dialami dirinya terjadi sejak pendamping baru inisal R.
“Sudah lima bulan berjalan dana PKH saya gak cair dengan alasan gak keluar dananya dan saya di haruskan mengurus ke Gisting ke Bank Mandiri, karena jarak saya belum sempat mengurus,” kata Trionggo, suami Hartati, kepada sinarlampung.co Jumat 8 Mei 2020.
“Semenjak pendamping ini di pegang oleh inilai R, dana PKH dan beras gak penah cair. Buat apa rumah saya di pasang stiker keluarga Penerima bantuan, kalok (jika,red) selama 5 bulan ini bantuan gak bisa di cairkan,” katanya kesal.
Hal yang sama dialami Neti, yang mengaku sejak empat bulan lalu, bantuan untuknya juga tidak cair. “PKH saya sudah hampir empat bulan gak cair. Tapi BPNT saya cair, dana gak cair dengan alasan saya tidak pernah mengikuti kumpulan sehingga saldo nol karena saya sudah di anggap mampu padahal liat kondisi saya,” kata Neti.
Hartati dan Neti Herawati, masing masing berbeda kelompok. “Benar memang pidana PKH punya Hartati saldo nol saya suruh ngrurus ke Bank dia tidak mau. Mengenai kenapa rumah nya masih di pasang stiker konfirmasi lebih lanjut kepada ibu pendamping,” kata Ida ketua kelompok Hartati.
Sementer Ketua Kelompok Neti juga mengakui jika saldonya kosong. “Punya Neti memang saldo nol karena dia gak pernah kumpulan” kata Eli.
Berbeda dengan KPM atas nama Marsiah dan Misyanti, dana bulan April milik mereka agak terlambat cairnya dengan alasan saldo gantung. “PKH saya memang agak telat cairnya dan saya harus mengurus ke bank dengan bantuan pendamping PKH pekon Soponyono,” kata Marsiah.
Menurut Marsiah, dia bertanya ke R, dan R mengatakan bahwa saldo nol, “Saya terus mengurus ke Bank melalui rekening koran saldo ibu sudah dicairkan. Saya tanya lagi ke R, dan di suruh sabar karena masih di urus oleh adik kandungnya A yang menjadi pemilik link Bank,” katanya.
“Karena saya butuh ya tak tagih terus beberapa hari kemudian dana tersebut saya dapatkan. Saya tidak terima struk dan harus menandatangani surat bahwa dana tersebut sudah saya ambil bahkan R menyuruh saya ikut jadi anggota KPM Soponyono karena saya dianggap reseh,” Terang Marsiah.
Hal serupa dialami oleh Misyanti atau Rohman. Dia emosi dan marah kemudian mendatangi rumah R. Dan akhirnya dicairkan. “Karena alasan Corona ATM milik kami di kumpul k,” ketua masing-masing karena yang lain pada cair punya saya kok tidak dengan alasan saldo nol,” katanya.
“Saya langsung datangi rumah R sambil marah saya gak mau tau pokonya punya saya harus cair males saya ngurus ke Bank beberapa hari kemudian dana saya di cairkan,” kata Rohman.
Terkait pengumpulan ATM penerima PKH dibenaarkan oleh Ida. “Memang karena Corona ini kami Ketua meminta ATM untuk di kumpulkan. Karena ada dua pencairan dalam satu bulan dan kita masih dilarang kumpul-kumpul,” kata Ida..
Tapi keterangan Ida berbeda dengan yang disampaikan oleh Eli. Menurut Eli, ATM itu di kumpulkan atas kemauan KPM bukan kemauan ketua. “Itu kemauan KPM bukan maunya ketua kelompok,” kata Eli.
Salah satu KPM yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwaa dulu setiap pencairan ada pemotongan berkisar 50 sampai 70 ribu tergantung penerimaannya, “Tapi sekarang ini tidak lagi di target hanya sukarela dan Rp20 ribu untuk setiap kali gesek ATM. Anggota KPM di wajibkan menarik dana di link Bank di tempat adiknya jika tidak apabila ada permasalahan maka R tidak mau membantu,” katanya.
Sedangkan untuk KPM BPNT untuk Pekon Sridadi ada 12 orang dengan saldo nol dengan alasan ATM belum dapat di combo. Sementara pendamping PKH Sridadi inisial R sulit di temui untuk dimitai konfirmasi menhenai masalah tersebut. (Hardi/Wisnu)
Tinggalkan Balasan