Lampung Barat (SL)-Paket bantuan penanggulangan Covid-19, dengan anggaran Rp8,1 Miliar, dan beras 10 kg dikemas dalam karung bergambar Bupati Parosil dan Wakilnya, berkualitas busuk. Puluhan warga Pekon (Desa) Khubu Perahu, Kecamatan Balikbukit, Kabupaten Lampung Barat (Lambar) mengembalikan beras bantuan sebagai bentuk protes ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas bantuan pangan yang dibagikan.

Warga penerima bantuan mengatakan, bahwa beras yang diterima sebelumnya merupakan beras berkualitas rendah.Hal itu terlihat dari warna dan aroma yang tidak sedap. “Gak layak makan om, bau dia (beras) dan warnanya merah kekuning-kuningan. Setelah dimasak rasa nasinya tidak enak kaya basi gitu,” katanya.
“Bukanya kami tidak terima kasih dan bersyukur dengan bantuan ini. Tapi kualitas beras yang diberikan sangat rendah. Rasanya kurang layak untuk dikonsumsi. Ini seperti stok beras lama. warnanya tidak bersih dan banyak menir,” kata warga penerima bantuan di Kelurahan Waymengaku, Kecamatan Balikbukit.
Hal senada disampaikan warga lainya. Dia mengaku, enggan untuk memasak beras tersebut. “Sudah dapat bantuanya, tapi sampai sekarang berasnya belum kami masak. Rasanya kurang sreg memasaknya karena kualtias berasnya seperti itu, jelek,” ungkapnya.
Bantuan bersumber Pemkab Lambar dengan mengalokasikan anggaran senilai Rp8 miliar lebih dari biaya tak terduga (BTT) tahun 2020 untuk penanganan dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19. Antara lain dengan menyalurkan 35 ribu paket sembako yang berisi 10 kilogram (Kg) beras dan 4 kaleng ikan kemasan yang akan disalurkan ke 15 kecamatan di Lambar.
Peratin (Kepala Desa) Khubu Perahu, Eri Susanto mengatakan di pekonnya yang menerima bantuan sebanyak 194 keluarga. Sejumlah 98 warga mengembalikan beras bantuan 10 Kg ke balai pekon pada hari Kamis 11 Juni 2020. Menurutnya, pengembalian beras itu merupakan bentuk kekecewaan masyarakat sebagai penerima. Warga menilai beras yang dibagikan merupakan beras berkualitas rendah dan tidak layak komsusmsi.
“Diperkirakan jam 9 pagi ada beberapa warga yang mengembalikan beras, dan pengakuan mereka beras itu tidak layak, berbau (tak sedap) dan hitam. Bila dimasak, katanya, basi. Makanya mereka pulanglan ke balai pekon,” katanya Jumat 12 Juni 2020.
Dengan kejadian tersebut, pihaknya melakukan pendataan jumlah masyarakat yang memulangkan bantuan dan diteruskan dengan kordinasi dengan Dinas Sosial Lambar. “Kami data, siapa dan berapa banyak (yang memulangkan). Ada 98 warga yang memulangkan. Karna kemarin kita kasih waktu sampai jam 5 sore,” katanya.
Diganti Beras Baru
Dikatakan Eri, untuk saat ini beras yang dipulangkan telah diganti dengan beras yang baru. Serta telah mulai pihaknya salurkan kembali. “Kita buatkan berita acara lalu kita ke Dinas Sosial, dan dari Dinas Sosial itu kita langsung pergi ke gudang di tempat Aho (Pihak Ketiga Penyedia Barang dan Jasa Bantuan Sosial Sembako) dan diganti dengan yang baru,” ucapnya.
Eri menjelaskan bahwa bantuan beras pengganti telah berada di balai pekon sejak pukul 19:00 WIB dan akan langsung disalurkan kembali kemasyarakat. “Alhamdulilah, jam tujuh beras sudah ada di balai pekon, dan pagi ini telah bisa didistribusikan kembali kepada masyarakat yang mengembalikan bantuan,” pungkasnya.
Aho Wijaya selaku pihak ketiga penyedia paket bantuan tersebut mengaku terjadi kesalahan dalam proses penyimpanan beras bantuan tersebut. “Jadi gini, memang ada beras yang rusak karena penyimpanan di sini, kurang lebih 10 ton dan sudah dikembalikan ke pabrik. Namun, memang ada satu atau dua keluarga yang menerima beras itu karena kesalahan angkut. Jadi tidak seluruh beras bantuan itu berkualitas rendah,” kata Aho.
Dia menerangkan, untuk pengadaan bantuan beras dan sarden itu, pihaknya tidak diberi kreteria khusus. “Dalam kontrak dari dinas sosial tidak ada yang menyebut untuk beras dengan kwalitas premium atau super premium. Begitu juga dengan ikan kaleng kemasan (sarden) tidak ada ketentuan merk,” terangnya.
Dia melanjutkan, dalam kontrak pengadaan bantuan itu hanya disebutkan: pengadaan 350 ton beras layak komsumsi dan ikan kaleng kemasan dengan berat 425 gram. “Sebelum beli beras itu, kita sudah tanya dengan pabrik beras. Kualitas apa. Menurut pabrik yang ada di Lampung Tengah dan Metro, berasnya kualitas premium,” jelasnya. (Ade Irawan/red)
Tinggalkan Balasan