Keluarga Korban Dugaan Malpraktek Akan Lapor Oknum Dokter RS Permata Hati Ke Pihak Berwajib

Kota Metro (SL)-Mardi Bastian (38) suami dari Penny Ambar Wati (35) Korban diduga Malpraktik, akan melaporkan oknum dokter Rumah Sakit Bersalin (RSB) Permata Hati Kota Metro ke pihak berwajib. Hal ini dipicu, lantaran suami korban tidak terima atas tindakan salah satu dokter di RS Kebidanan dan Kandungan itu.

Mardi mengungkapkan, awalnya sang isteri berobat dari bidan Dila dirujuk ke RSB Permata hati Kota Metro. Sesampainya di RS tersebut, kandungan di USG, salah seorang dokter YD mengatakan detak janin masih ada dan masih bisa diselamatkan.

Kemudian korban dirawat dan diberi obat. Namun besoknya kandungan dinyatakan terjadi keguguran. YD merekomendasikan agar kandungan di kuret. Setelah proses Kuret selesai, besoknya Jumat 15 Januari 2020, sekira pukul 10.00 WIB, YD sudah membolehkan korban untuk pulang karena dinyatakan sehat.

Sesampainya di kediaman, tepatnya di kelurahan Adipura, Trimurjo, Lampung Tengah, sekira pukul 12.30, selang 2 jam korban mengeluh sakit dan panas serta terjadi pembengkakan pada perutnya. Suami kembali membawa korban ke RSB Pemata Hati untuk di USG dan dokter setempat menyarankan untuk di rawat.

Tidak berselang lama dirawat, korban mengalami kejang, dokter kembali menganjurkan untuk operasi dan ditangani dokter inisial BC dan P, mereka menyebut adanya infeksi dan korban harus dibedah. “Saran dokter istriku harus segera dioperasi karena terjadi infeksi dalam kandungannya. Kalau saya ikut apa kata dokter yang penting istriku bisa sehat. Penyebab kenapa terjadi infeksi, sampai sekarang pun saya tidak tahu,” ungkapnya.

Dia menambahkan setelah menandatangani persetujuan untuk dilakukan operasi. Poses  operasi pun dilakukan berlangsung selama 4 jam, mulai pukul 03.00 WIB sore dan sekitar pukul 18.30 korban baru keluar dari ruang operasi.

“Sampai saat ini yang di operasi itu apa dan hasil operasinya pun tidak ada sama sekali. Dokter yang menangani juga tidak mengklarifikasi hasil operasi, bentuknya seperti apa, baik itu berupa kotoran atau cairan sampai sekarang tidak ada tiba-tiba disuruh pulang,” tambahnya lagi.

Sepulangnya dari RSB Permata hati, Mardi mengaku istrinya mengalami pendarahan dan sesegera mungkin dirinya menghubungi salah satu dokter via telpon yang menangani korban dan dianjurkan dibawa lagi ke UGD.

Sesampainya di UGD, korban hanya dirawat dan tidak ada tindakan lain dari pihak rumah sakit terutama dokter setempat. Hingga saat ini belum ada keterangan dari pihak rumah sakit. Karena merasa kecewa dengan pelayanan RS Permata Hati, Mardi berinisiatif membawa sang istri ke RS Mardi Waluyo untuk ditangani secara insentif.

“Yang jelas saya selaku suami korban, sampai saat ini tidak terima terhadap perlakuan serta tindakan oknum dokter di RSB Pemata Hati dan saya akan meneruskannya ke pihak berwajib. Ini sebagai pelajaran, agar nantinya tidak ada lagi kejadian terulang seperti yang saya dan istri alami,” pungkasnya.

Sementara itu, saat media ini berupaya meminta klarifikasi ke pihak RS Permata Hati, hingga kini oknum dokter terkait sulit untuk ditemui untuk dimintai klarifikasi. (Red)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *