Medan (SL)-Fakta baru kasus kematian dua wanita muda, Rizka Fitria (21) dan Aprilia Cinta (16), yang tewas di bunuh oknum anggota Polres Pelabuhan Belawan Aipda Roni Syahputra. Keduanya sempat di bawa ke kamar hotel melati. Ironisnya, Rizka ternyata rekan kerja sebagai PHL di Polres Pelabuhan Belawan. Spekulasi ramai menyebutkan kedua korban sempat disetubuhi sebelum dibunuh.
Baca; Polda Sumut Tangkap Pembunuh Dua Wanita Muda di Medan Pelaku Oknum Anggota Polres Pelabuhan Belawan

Namun, Kasubbid Penmas Polda Sumatera Utara AKBP MP Nainggolan mengungkapkan jika pihaknya belum bisa menyimpulkan dugaan itu hingga hasil visum terhadap kedua korban diketahui. “Tidak, tidak. Kita belum bisa menyimpulkan ke sana. Hasil visum juga belum keluar kan,” kata MP Nainggolan, Sabtu 27 Februari 2021.
Menurut Nainggolan, ada hubungan antara pelaku dengan korban Riska Fitria yang bekerja sebagai Pekerja Harian Lepas di Polres Belawan. “Sakit hati, hanya sakit hati karena si korban itu pegawai harian lepas di Polres Belawan bukan hubungan cinta, mungkin adalah masalahnya,” katanya.
Diketahui bahwa Rizka Fitria (21) dan Aprilia Cinta (16) dibunuh Aipda Roni Syahputra di salah satu kamar hotel melati di kawasan Jalan Jamin Ginting, Padang Bulan, Medan. Antara Rizka Fitria dan pelaku Aipda Roni merupakan rekan kerja di Mapolres Pelabuhan Belawan. Rizka merupakan pekerja harian lepas (PHL).
Masing-masing korban tewas kehabisan oksigen setelah dicekik oleh pelaku. Motif pelaku yang tega menghabisi korban pun terbilang sepele yakni sakit hati. “Motifnya sakit hati gara-gara masalah titipan ke tahanan yang diminta pelaku, namun tidak bisa dipenuhi oleh korban,” jelas MP Nainggolan.
Namun titipan apa tidak disebutkan. Hanya saja permintaan pelaku yang tidak dipenuhi korban membuat mereka cekcok dan berselisih. “Untuk menyelesaikan perselisihan itu pelaku kemudian mengajak korban bertemu di suatu tempat,” kata Nainggolan.
Korban kemudian menghubungi pelaku. Namun pada saat itu Rizka membawa temannya yakni Aprilia Cinta. Hingga kemudian kedua korban dibawa ke sebuah penginapan di Padang Bulan. Di sanalah kedua korban dihabisi dengan cara dicekik.
Belum diketahui juga motif sebenarnya hingga membuat pelaku tega menghabisi nyawa korban. “Memang secara akal sehat kita tidak bisa menerimanya. Namun kita kan bekerja berdasarkan fakta dan penyelidikan di lapangan,” kata Nainggolan.
Selanjutnya jenazah kedua korban dibuang secara terpisah. Jenazah Rizka Fitria ditemukan di pinggir Jalan Lintas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) pada Senin 22 Februari 2021. Sementara jenazah Aprilia Cinta ditemukan di Jalan Budi Kemasyarakatan Lingkungan 24, Kelurahan Pulo Brayan Kota, Kecamatan Medan Barat juga pada Senin 22 Februari 2021.
Riska Fitria Putri Semata Wayang
Ani Kusmirawan (44), ibu kandung Riska Fitria, menuturkan bahwa putrinya itu sudah berencana menikah dengan kekasihnya, Lian Syahputra Nasution. Pernikahan itu sedianya digelar tahun ini. “Pacarnya bekerja di bengkel las. Pacarnya sudah seperti anak kami. Mereka berencana untuk melangsungkan pernikahan pada tahun ini. Tapi semuanya kandas,” ucap Ani dengan mata berkaca-kaca.
Warga Lorong 6 Veteran Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan ini, tak menyangka akan kehilangan putri semata wayangnya ini. SEmentara hubungan Riska dan pacarnya selama ini baik-baik saja. “Saya tidak sangka kenapa anak saya diginikan orang. Tega sekali pelakunya. Saat Riska izin mau pacaran, saya bilang, Kalau pacar mau datang atau mau pergi, harus jemput dan diantar ke rumah. Jadi mereka apa-apa selalu dari rumah perginya,” kenangnya.
Ani Kusmirawan menceritakan bahwa, Sabtu 20 Februari 2021 sore, korban pamit dari rumahnya untuk membeli kado untuk acara nikah sepupunya. “Sabtu kemarin ada nikah sepupu, makan-makan di sini, jam setengah sepuluh (09.30 WIB) pagi, dia sudah pulang cepat, dari Polres Belawan untuk bantu acara di rumah,” katanya.
Sekitar pukul 14.30 WIB, korban bersama temannya Sinta (14) yang juga tewas dibunuh, kemudian beranjak pergi dari rumah dengan alasan untuk membeli kado. “Anakky bilang, Kakak mau pergi beli kado, sama Sinta ke pajak beli kado.” Saya jawab jangan mau lama-lama mamak gak ada yang bantuin. Ternyata tidak kembali lagi anak saya itu,” katanya terisak.
Jadi PHL di Polres Usai PKL
Sementara sang Ayah, Alan mengungkapna bahwa anak ketiga dari enam bersaudara ini dikenal sosok yang baik dan mandiri. “Anak saya ini tidak pernah mau mengeluh. Bahkan apa-apa membeli sendiri dengan uang hasil kerjanya. Kalau ia kepingin beli baju, ia selalu membelinya sendiri. Ia juga peduli kali sama kami,” kata Alan.
Alan menjelaskan bahwa putrinya bekerja di Polres Pelabuhan Belawan berawal saat praktek kerja lapangan (PKL) yang ditugaskan dari sekolahnya. “Awalnya ia kerja praktek di Polres Pelabuhan Belawan. Namun, setelah tamat, ia diminta bantu-bantu di Polres sebagai tenaga honor yang membantu dibagikan kesehatan,” ujarnya.
Lanjut Alan, anaknya sempat berhenti sebagai tenaga honorer di Polres Pelabuhan Belawan, namun, lima bulan terakhir kembali dipanggil kerja. “Sempat berhenti. Namun lima bulan terakhir ia kerja di sana lagi. Kami sudah percaya karena anak kami bekerja di Polres Belawan. Karena kami anggap lingkungan aman,” ujarnya yang menyangka anaknya dibunuh dengan cara tragis dan dibuang. (Red)
Tinggalkan Balasan