Air Sumur Tiban Tak Boleh Dikonsumsi langsung, Ini Hasil Uji Laboratorium Nya

Tanggamus (SL)-Air Sumur Tiban Sudimoro Bangun, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus mengandung Bakteri Koliform dengan kadar 170 per 100 ml. Hal tersebut terbukti setelah hasil uji kandungan penelitian air Sumur Tiban tersebut keluar dari Labolatorium Kesehatan Daerah Provinsi Lampung.

Menurut Wahyu Widayati, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Tanggamus, dengan adanya kandungan bakteri itu maka, air harus direbus terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.

“Untuk biologis kandungan air, dalam uji lab diteliti dua kandungan, yakni bakteri Koliform dan E.coli. Hasilnya Koliform ada 170 dan E.coli 0 per 100 ml,” terang Wahyu.

Hasil uji kandungan penelitian air Sumur Tiban dari Labolatorium Kesehatan Daerah Provinsi Lampung

Sedangkan untuk unsur kimia, lanjut dia, tetap ada tapi semuanya masih di bawah batas ambang bahaya. Sedangkan dari unsur fisika, air jernih, tidak berbau dan tidak berasa.

“Secara kualitas air dari unsur kimia dan fisika air bagus, hanya di unsur biologi saja ada kandungan bakteri. Jadi sebaiknya air direbus dahulu, jangan dikonsumsi langsung,” terang Wahyu.

Dari hasil tersebut, menurut Haryanto, panitia memang tidak mendariganjurkan air diminum langsung. Namun masyarakat sendiri yang melakukannya.

“Kami sudah beri imbauan air tidak diminum langsung. Kepercayaan orang-orang saja. Apalagi mereka liat airnya jernih jadi sepertinya aman kalau diminum,” ujar Haryanto.

Ia mengaku para panitia Sumur Tiban juga telah menerima hasil uji labolatorium air tersebut. Dan selanjutnya tetap beri imbauan air tidak diminum langsung.
Ia mengaku, sedangkan jika dibasuh, ia mengaku tidak apa-apa. Sebab sampai saat ini tidak ada laporan timbulnya alergi atau gatal-gatal-Fenomena masyarakat yang percaya dengan khasiat air Sumur Tiban di Pekon Sudimoro Bangun, Kecamatan Semaka masih tinggi, sejak Januari lalu.

Kini orang yang datang kebanyakan dari luar daerah, seperti datangi dari Tegal, Jawa Tengah. Lalu Serang, Provinsi Banten, Baturaja dan Palembang serta Bengkulu.

“Kalau sekarang banyaknya yang datang orang dari jauh-jauh. Paling jauh dari Tegal, Serang, Palembang, Baturaja, Bengkulu,” kata Haryanto, salah satu panitia.

Ia mengaku, dari para pengunjung banyak juga yang datang beberapa kali, minimal dua kali. Mereka bisa diketahui saat bercerita pernah minta air dan kini minta lagi karena merasakan manfaatnya.

“Kalau yang datang lagi katanya ada perbedaan dan perubahannya. Kami juga baru tahu orang itu pernah datang saat cerita. Kalau tidak cerita tidak tahu,” ujar Haryanto.

Ia mengaku, semua itu dikembalikan oleh kepercayaan masing-masing. Pastinya dari pemilik yakni Sunaji dan para panitia tidak mengumbar omongan khasiat air Sumur Tiban.

“Kalau kami tidak bilang air ini bisa untuk obat, tapi masyarakat saja yang percaya ini bisa. Akhirnya semua dikembalikan ke orangnya masing-masing,” ujar Haryanto.

Ia mengaku, rata-rata yang ramai hari Sabtu dan Minggu. Lantas membawa tempat air atau beli jeriken. Sebab sekitar lokasi banyak yang berjualan jeriken ukuran lima liter.

Suasana sekitar lokasi juga banyak masyarakat yang berjualan makanan dan minuman. Seperti soto, gorengan, mi, jagung bakar, kacang rebus, dan jajanan. Untuk minuman bisa dibeli kopi, es cendol dan minuman-minuman sachet.

Bahkan tersedia juga masker, sebab dari panitia mewajibkan pengunjung yang minta air menggunakan masker. Hal ini sebagai bentuk kepatuhan agar di lokasi diterapkan protokol kesehatan.

Maka adanya Sumur Tiban telah membawa manfaat warga sekitar. Sebab mereka bisa berdagang sekaligus respon keinginan orang jauh. Sebab selain bisa mengambil air, mereka juga istirahat, isi perut baru pulang.

Warga sekitar berdagang sejak pagi hari sampai Sumut Tiban tutup sekitar pukul 22.00 WIB. Jumlah mereka tidak tentu namun rata-rata sekitar 15 orang yang berdagang.

Menurut Sri, dirinya berdagang sejak Sumur Tiban mulai ramai pada Januari lalu. Sebab banyak orang yang datang dan itu bisa dimanfaatkan untuk peluang bisnis dengan jualan makanan.

“Kalau rata-rata bisa sampai ratusan ribu sehari, orang belinya macam-macam, banyak yang beli jeriken,” ujar Sri.

Begitu juga pendapat warga sekitar yang menyediakan tempat parkir. Meski tidak mematok tarif. (Hardi)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *