Mesuji (SL)-Nasib miris yang dialami oleh Nurhidayati (40) dengan kedua anaknya. Warga asal Kalimantan Selatan yang bekerja di perusahaan Sumber Indah Perkasa (SIP) yang beralamatkan di desa Brabasan kecamatan Tanjung Raya kabupaten Mesuji. yang tidak bisa melakukan aktifitas diluar lokasi perkantoran.
Menurut keterangannya yang dihimpun, saat ini kondisi mereka sangat menyedihkan, pasalnya perusahaan menahan mereka, bila mereka ingin keluar dari lokasi di wajibkan izin dan keluar masuk harus di foto seolah-olah sudah seperti tahanan
Tempat yang saat ini mereka tinggali ada tempat tidur dan tikar di ruang tamu, dan saluran air yang mengarah ke Mes di putus.
“Kami harus ke sumur mas kalau ingin ngambil air bahkan terkadang anak anak kalau mandi ya harus kesana, karena saluran air nya di putus oleh pihak PT,” ujar Nurhidayati Selasa 16 Maret 2021.
Untuk makan sehari hari Nurhidayati hanya mengharap belas kasihan dari orang lain dan karyawan yang tinggal di Mes, karena dari pihak PT tidak memberi bantuan untuk makan, dan jajan anak anak pun di beri oleh orang lain.
“Alhamdulillah masih ada tetangga mes yang memberi kami makanan dan jajan anak anak, kalau dari pihak perusahaan tidak ada sama sekali,” bebernya.
Di tanyakan terkait sekolah anak, ia mengatakan saat ini anak yang pertama sekolah di SDN brabasan dan yang kecil sudah memiliki surat pindah ke Kalimantan akan tetapi tidak bisa ke sana karena tidak di perbolehkan oleh PT,
“Kami sudah minta surat pindah untuk anak anak, akan tetapi yang di berikan surat pindah oleh pihak sekolah hanya yang kecil, karena anak saya yang besar sudah kelas 6 dan mendekati ujian makanya tidak di izinkan pindah, kalau sekolah berjalan kaki kalau ada Tebengan ya nebeng kalau tidak ada Tebengan kadang juga tidak sekolah, karena motor sudah kami jual untuk nyicil hutang ayahnya, yang kecil tidak bisa sekolah karena sudah pindah sekolah ke Kalimantan sedangkan kami tidak di izinkan meninggalkan Perusahaan sebelum permasalahan ayahnya di selesaikan,” terangnya sambil menangis.
Bahkan Nurhidayati pernah memohon kepada pihak perusahaan untuk memper bolehkan dia dan anak anak supaya dapat pulang ke kampung halaman akan tetapi tidak berikan.
“Saya sudah mengusulkan kepada pihak PT agar saya dengan anak anak di izinkan keluar dari lokasi ini akan tetapi tidak di perbolehkan, saya kasihan dengan anak-anak, karena dengan kejadian ini akan membuat beban mental untuk mereka,” ucapnya.
Tumino membenarkan bahwa telah melakukan kesalahan dengan menggelapkan uang perusahaan, akan tetapi dia meminta dengan perusahaan agar supaya anak istrinya di perbolehkan pulang ke kampung agar supaya anak anak bisa sekolah dan jangan di tahan di sini.
Lanjutnya, uang yang ia pakai kurang lebih 335.000.000 dan sudah di bayar 70.000.000, untuk sisanya masih di usahakan dengan menjual aset yang ada di Kalimantan, ia hanya berharap kepada pihak perusahaan agar dapat mengizinkan anak dan istrinya di bebaskan, karena perbuatan yang ia lakukan tidak ada hubungannya sama sekali dengan anak dan istri serta akan saya pertanggung jawabkan perbuatan saya. Jelasnya sambil menangis di depan awak media.
Di tempat terpisah Pihak perusahaan melalui Asisten, yang tidak mau menyebutkan namanya, saat di konfirmasi awak media terkait, adanya informasi bahwa pihak perusahaan telah menyekap atau menahan dan tidak memberi makan kepada keluarga pak Tumino, ia menyangkal, bahwa informasi tersebut tidak benar,
“Informasi tersebut tidak benar, kami tidak menyekap dan kami memberikan mereka bahan makanan untuk mereka masak sendiri,” bantahnya. (AAN.S).
Tinggalkan Balasan