Bandar Lampung (SL)-Memprihatinkan, begitu kira-kira saat mata tertuju melihat kondisi gedung Gelanggang Olahraga Sang Bumi Ruwa Jurai (GOR Saburai) milik Provinsi Lampung itu. Hal itu bukan tanpa alasan, pasalnya, gedung yang berada di pusat Kota Bandar Lampung itu kumuh dan tidak terawat, bahkan bagian dalamnya kini dihuni anjal dan orang gila.

“Kita prihatin sekali melihat aset Provinsi Lampung itu. Kondisi gedung itu sangat tidak mendapat perhatian pihak terkait. Padahal kata dia, gedung ini merupakan aset Pemerintah yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan masyarakat, terkhusus,” kata tokoh masyarakat yang melintas.
Di bagian luar gedung sudah tertutupi rindangnya pepohonan dan rumput ilalang serta semak belukar. “Sayang saja, gedung bersejarah, tentu membangun gedung ini tentu tidak sedikit anggaran yang dikeluarkan pemerintah daerah,” ujarnya.
Seharusnya aset yang sudah ada tersebut mesti dijaga dan dipelihara serta dirawat dengan baik, sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Terlebih letaknya yang strategis.
Sebelumnya soal Gelanggang Olahraga Sang Bumi Ruwa Jurai (GOR Saburai) juga ditulis wartawan senior, Herman Bathin Mangku, yang menyebutkan GOR Saburai telah menjadi bagian dari sejarah dan identitas Kota Bandarlampung. Lokasinya ada di jantung ibukota Provinsi Lampung. GOR Saburai dan sekitarnya telah menjadi kawasan semacam alun-alun, pusat aktivitas olahraga, hingga menjadi ruang kontemplatif bagi warganya.
GOR Saburai yang dibangun 47 tahun lalu, 1977, tahun terakhir gubernur ketiga Lampung, R. Sutiyoso, telah menjadi bagian dari nadi kehidupan warga. Di kawasan itu, dulu, pusat berbagai turnamen olahraga, pameran pembangunan, pagelaran musik, hingga solat ied resmi Pemprov Lampung. Zainal Abidin Pagaraalam, gubernur kedua Lampung, sebelum R. Sutiyoso, GOR Saburai belum ada, rajin bermain tenis di kawasan tersebut.
Di kepemimpinan putranya, Sjachroedin Zainal Abidin Pagaralan, tahun 2008, GOR Saburai nyaris lenyap dan hendak dipindahkan ke Kemiling, tepi kota. Namun, masyarakat ramai-ramai menolak gagasan menyulap lahan 2,7 Ha GOR Saburai dan sekitarnya jadi kawasan pusat perbelanjaan di era gubernur Sjachroedin ZP.
Di era gubernur Ridho Ficardo (2017), GOR Saburai dan sekitarnya yang sudah tampak lusuh kembali menggoda hendak dijadikan convention hall, hotel, hingga mal. Lewat Dinas Pengairan dan Pemukiman Pemprov Lampung, untuk GOR Saburai itu sendiri akan direhab dan tetap menjadi gedung fasilitas olahraga.
Dana yang dianggarkan untuk “bedah plastik” mengubah GOR Saburai jadi lebih modern dan refresentatif senilai Rp50 miliar dari kantong APBD Lampung 2017. Meski akan dibangun convention hall, fungsi olahraga tetap akan menjadi prioritas, kata Endarwan, kepala Dinas Pengairan dan Permukiman Lampung kala itu (5 Januari 2017).
Edarwan kala itu menyatakan Pemprov Lampung bukan bermaksud menggulung bangunan bersejarah yang ada, tapi supaya kawasan tersebut bisa lebih representatif. Endarwan yang kini menjabat kepala Dinas Pariwisata Lampung.
Sayang, rehabilitasi GOR Saburai yang mulai dilakukan 2019 kini terbelangkalai. Gubernur Ridho Ficardo turun tahta digantikan Arinal Djunaidi. Ganti Gubernur rupanya berganti kebijakan. Wajah GOR Saburai semakin carut marut setahun ini di bawah kepemimpinan gubernur yang baru, Arinal Djunaidi.
Alasan Kadis Cipta Karya dan Pengelolaan Sumberdaya Air Provinsi Lampung Thomas Edwin, renovasi GOR Saburai mangkarak karena kontraknya diputus. Alasan dia, kontraktornya, CV Teguh Wijaya terlambat mengerjakan. Tapi Dalam surat yang ditujukan Dinas Cipta Karya dan Pengelolaan Sumberdaya Air Provinsi Lampung, alasannya bukan itu.
Proses rehabilitasi GOR Saburai yang sudah menyerap APBD Tahun Anggaran 2019 tersebut mangkrak karena berubahnya keinginan penguasa saat ini. Dalam surat Dinas Cipta Kerja dan Pengelolaan Sumberdaya Air Provinsi Lampung No.640/1162/V.03.1/2019, pekerjaan distop karena akan dibangun masjid termegah di daerah ini. (Juniardi)
Tinggalkan Balasan