Aksi Koboi di Exit Tol Bintaro Oknum Perwira PJR Polda Metro Jaya Satu Warga Tewas

Jakarta (SL)-Dua warga menjadi korban aksi koboi oknum anggota Patroli Jalan Raya (PJR) Polda Metro Jaya di Exit Tol Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Korban tewas Poltak Pasaribu (43), sementara masih dirawat rekannya M Aruan (60). Pelaku melibatkan oknum Perwira PJR Polda Metro Jata Ipda Os yang kini ditahan di Polda Metro Jaya.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan di Polda Metro Jaya, mengatakan Polda Metro Jaya mengungkap kasus penembakan di Exit Tol Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Penembakan itu memakan 2 korban yang salah satunya meninggal dunia. “Adapun pelakunya adalah Ipda OS. Anggota tersebut anggota Polda Metro,” kata Zulpan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa 30 November 2021.

Menurut Zulpan, dari hasil penyelidikan terungkap pelaku merupakan anggota PJR Polda Metro Jaya berinisial yang kini telah ditahan di Polda Metro Jaya. Penembakan terjadi pada Sabtu 27 November 2021 dini hari. Kedua korban diketahui bernama Poltak Pasaribu dan M Aruan.

Keduanya dilaporkan mengalami luka tembak di bagian perut. Kedua korban sempat dilarikan ke RS Pelni, namun kemudian dipindahkan ke RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Salah satu korban meninggal dunia pada Minggu 28 November 2021. “Satu korban lainnya masih dirawat di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Kasus penembakan ini terungkap setelah polisi mengidentifikasi kendaraan yang diduga dikemudikan pelaku. Kami sudah memperoleh beberapa informasi. CCTV juga sudah ada. Identitas dari kendaraan yang dipakai pelaku sudah didapatkan,” katanya.

Ada Laporan Orang Kepada Ipda OS

Sementara Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Tubagus Ade Hidayat membenarkan pelaku penembakan disebut adalah polisi lalu lintas yang bertugas di unit Patroli Jalan Raya (PJR) Polda Metro Jaya, Ipda OS. Ipda OS menembak kedua korban, lantaran mendapat laporan dari masyarakat yang merasa terancam dibuntuti di jalan tol.

Sebelum Ipda OS melakukan penembakan dua kali ke arah korban, karena pelaku merasa dirinya terancam. Hal tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan saksi. “Karena orang tersebut si pelapor diikuti dari mulai satu hotel di Sentul kemudian diikuti oleh beberapa unit mobil. Karena terancam, orang tersebut lapor ke kepolisian karena anggota Polri berdinas di sana diarahkan menuju ke sana agar aman,” katanya.

Warga yang tidak mengungkapkan identitasnya merasa terancam saat diikuti oleh mobil korban sejak berangkat dari salah satu hotel di kawasan Sentul, Kabupaten Bogor. Ipda OS yang mendapat laporan itu, sambung Tubagus, langsung mengarahkan warga untuk bergerak ke depan kantor PJR Jaya IV di Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

“Dan setelah terjadi, berdasarkan keterangan sementara, terjadi peristiwa ribut di situ dan dengar satu tembakan, mengakui polisi dan keterangan saksi mau ditabrak dan terkena tembakan dua kali yang mengenai korban. Orang yang merasa terancam, laporannya saat dia terdesak, saat khawatir dan saat terancam harta atau nyawa maka laporan disampaikan melalui lisan atas kejadian tersebut, baru buat laporan tertulis yang saat ini ditangani Krimum,” sambungnya.

Di lokasi tersebut, kata Tubagus, terjadi keributan antara Ipda OS dengan kedua korban berinisial PP dan MA yang berujung pada penembakan. Sementara itu, pihak kepolisian belum menetapkan tersangka terhadap Ipda OS. Karena menurutnya, masih membutuhkan bukti kuat. “Saat ini yang bersangkutan belum atau belum ditetapkan tersangka kenapa? Karena untuk tetapkan tersangka harus minimal 2 alat bukti,” tambahnya.

Bantah Ada Keributan

Lasti Silitonga, istri Poltak Pasaribu menyatakan suaminya tidak melakukan perlawanan dalam insiden tersebut. Dia menceritakan saat kejadian ada 4 orang termasuk suaminya berada di dalam mobil hitam bernopol B-2235-TRA. Mereka adalah Charles (sopir), M Aruan, Poltak Pasaribu, dan satu lagi tidak diketahui identitasnya.

Dari pengakuan sopir, rombongan Poltak tengah mengikuti seorang pejabat tinggi dari DKI Jakarta yang membawa wanita mengarah ke hotel di Sentul. Kemudian, suaminya disuruh berhenti di pertengahan jalan, namun menolak dan memilih berhenti di pintu keluar Bintaro. “Jadi setelah dibuntuti rombongan diarahkan ke pinggir jalan, disuruh minggir. Tadinya kan nggak tahu itu polisi,” ujar Lasti kepad wartawan Rabu 1 Desember 2021.

Di Exit Bintaro itulah penembakan terjadi. Rombongan suami yang berhenti saat itu langsung ditembaki orang tak dikenal yang berhenti di depan mobil. Sesaat setelah ditembak, pelaku penembakan langsung melarikan diri.

“Orang itu berhenti, turun seseorang dari depan langsung ditembakkan. Kalau sopir kan nggak noleh ke belakang kiranya dia (polisi) nembakin ke atas. Tahu-tahunya suami saya bilang aduh saya ketembak. Datang lagi seseorang itu terus yang dari kaca samping ditembak juga. Jadi, dua kali tembakan ke mobil,” jelas Lasti.

Lasti menyangkal suaminya melakukan perlawanan. Untuk memastikan kejadian, Lasti bertanya kepada sopir. “Dia bilang nggak ada itu, nggak ada perlawanan. Boro-boro kita ditanya, boro-boro ditanya kita siapa, kenapa kalian buntuti si A (pejabat yang dibuntuti),” katanya.

Lasti berharap polisi mengusut tuntas insiden tersebut. Dia menyayangkan suaminya yang menjadi korban juga tercap sebagai pelaku kriminal. “Seakan-akan mereka ini ada tumbuk-tumbukan (berantem). Padahal, itu benar nggak ada,” ucapnya.

Berdasarkan isu yang beredar, ada oknum pejabat legislatif yang terlibat dalam peristiwa penembakan tersebut. Namun pihaknya kepolisian belum bisa mengungkap secara rinci siapa sosok oknum pejabat legislatif yang disebut terlibat itu. (Red)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *