Lampung Selatan (SL)-Bupati Lampung Selatan, H. Nanang Ermanto meluruskan pernyataannya yang dipelitir terkait akan mematikan orang atau rejekinya bila mengganggu pekerjaa bupati. Pasalnya, pernyataan itu menjadi konsumsi media, dan menjadi makna yang keliru.
“Saat memberikan sambutan itu, saya mengatakan bahwa Saya ini orangnya pekerja, jangan tipu-tipu saya. Kalau tipu-tipu, kalau enggak mati orangnya, mati rezekinya. Artinya mati itu mati sendiri rejekinya bagi mereka yang menipu saya. Dan Itu bahasa yang sering saya keluarkan kepada para pejabat di sini,” katanya.
Menurut Nanang, beredarnya pelintiran ucapan itu membuat dirinya tak nyaman, karena dianggap seolah oleh menjadi Kepala daerah yang mengancam masyarakat. “Jadi saya merasa tidak pernah mengeluarkan kalimat seperti yang disebutkan oleh media online itu,” kata Nanang di hadapan ratusan Sat Pol-PP di Aula Sebuku Rumah Dinas Bupati Lampung Selatan, Kamis 24 Februari 2022.
Nanang juga meminta Kasat Pol-PP Heri Bastian, membentuk tim investigasi untuk menelusuri keterangan yang mengaitkan Korps Praja Wibawa dengan dirinya itu. “Akan saya somasi siapa yang memberikan informasi yang tidak benar. Saya minta jangan main-main,” katanya.
Politisi PDIP ini mengatakan untuk apa bersusah payah mengangkat 220 orang sebagai THLS Sat Pol-PP apabila tidak bisa berjuang bagi Kabupaten Lampung Selatan. Dengan bekerja dan bergotong royong, apalagi sampai membuat pendapatan daerah meningkat, maka hal itu akan selarasa dengan program pemerintah daerah yang ingin mensejahterakan para pegawainya.
“Sehingga begitu pendapatan daerah meningkat, gajinya untuk para THLS. Kebersamaan dan rasa gotong royong Sat Pol-PP sudah saya rasakan di era saya. Hasil kebersamaan sudah bisa dilihat dari kerja sama antara Sat Pol-PP dengan instansi lain,” katanya.
Terkait dengan pemberitaan media itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabbupaten Lampung Selatan, M. Sefri Masdian, sudah menjelaskan kepada wartawan media tersebut. Sefri mengatakan bahwa Bupati Lampung Selatan tidak pernah mengatakan ‘akan mematikan orang yang berani mengganggu kinerjanya. Kalau orangnya tidak bisa saya matikan, maka riskinya akan saya matikan’.
Sefri menegaskan tidak pernah bupati mengatakan seperti itu. “Apa yang disampaikan Pak Bupati lebih pada mengajarkan kita untuk bekerja keras, memberikan motivasi serta kerja sesuai dengan koridor sebagaimana yang disampaikan oleh Bupati,” katanya.
Menurut Sefri bahwa kalimat yang disampaikan oleh Bupati pada saat penyerahan SK THLS Sat Pol-PP pada waktu itu menyinggung tentang kegagalan suatu organisasi adalah menajemen konflik dan adu domba serta membangun sistem kotak mengkotak. Sefri menyatakan Bupati tidak mau melihat hal-hal seperti itu.
Karena, kata dia, pasti bakal ketahuan dengan Bupati. “Kalau enggak ketahuan, kalo enggak mati orangnya, mati rejekinya. Dari kalimat itu, kan, jelas sangat berbeda maknanya. Itu yang disampaikan oleh Pak Bupati saat penyerahan SK. Jika kita telaah dan bandingkan, jelas sangat berbeda maknanya. Apa yang disampaikan oleh pak bupati lebih pada memotivasi jajarannya, memacu semangat kerja serta kerja sesuai dengan koridornya,” kata Sefri. (Red)
Tinggalkan Balasan