Bandar Lampung (SL)-Sudarsono atau dikenal akrab disapa Lek Dar, politisi kawakan Partai Demokrat asal Kota Metro yang kini mundur dari partai yang pernah ia besarkan dulu. Kabar ini sangat mengagetkan lantaran Sudarsono sebelumnya diketahui sangat dekat dengan Ketua DPD Partai Demokrat Lampung, Edi Irawan.
Bahkah, Sudarsono aktif terlibat dalam kerja-kerja Edi saat mencalonkan diri menjadi Ketua DPD Partai Demokrat Lampung. “Hati dan pikiran aku pegel, saya tetap menjadi petani sajalah,”katanya, Selasa 26 April 2022 malam.
Nama Sudarsono mungkin tidak asing di Partai Demokrat. Selain dikenal dekat dengan sejumlah petinggi partai di pusat, Sudarsono yang memulai karirnya menjadi lurah di Kota Metro juga merupakan salah satu tokoh masyarakat paling terkenal di sana (Metro-Red).
Ia dikenal humoris, cerdas dan kritis. Sudarsono dikenal luas oleh masyarakat di Kota Metro hingga mengantarnya menjadi ketua DPRD Kota Metro dan sempat menjadi calon Walikota Metro. Rasa-rasanya, semua orang di Kota Metro pasti mengenal dirinya.
Mundurnya Sudarsono lantaran merasa kecewa dengan kerja-kerja Edi paska terpilih menjadi ketua. “Sudah tidak demokratis lagi, terlalu banyak intervensi yang berpotensi onar. Lebih baik saya memilih mengalah. Saya tidak mau berkecimpung di dunia politik yang seperti itu,” katanya.
Ia juga mengatakan jika ada penyimpangan karakter dan jargon. Hal itu lantaran proses muscab di intervensi oleh petinggi DPD. “Setahu saya PD santun dan sejuk. Daripada senior ikut ribut ya lebih baik mundur Daripada jadi tontonan masyarakat,”ucapnya.
Ia menilai, apa yang sudah terjadi hingga dia tercampakkan dari pencalonan ketua DPC PD Kota Metro memaksa dirinya untuk memilih mundur.
“Intervensi ketua begitu masif, lihat saja proses di Lampung Timur dan Lampung Utara ribut. Apa ya begitu cara kita membesarkan partai,” tegasnya.
Sudarsono blak-blakan mengatakan, intervensi oleh ketua Edi menjadi alasannya untuk mundur. Dia, dengan kalimat satire mengatakan bahwa dia “salah menerima tamu” yang akhirnya mencederai nuraninya.
Dulu, katanya, dirinya sempat mengantongi dukungan dua PAC dari lima PAC di Kota Metro yang ia yakini dapat menjadi modal dirinya direstui oleh DPP Partai Demokrat.
Namun, mantan Ketua DPC Partai Demokrat itu, akhirnya menemui kenyataan yang tak sejalan dengan kehidupan berpolitik yang menjadi alirannya, yakni jujur dan bermatabat.
“Ketua mengintervensi Muscab PD Kota Metro hingga pencalonan saya patah di tengah jalan. Nama saya tidak masuk dalam calon ketua di tingkat pusat oleh sebab intervensi ketua yang menghendaki Bambang Imam Santoso menjadi ketua. Dua DPC yang semula ke saya pun ikut diarah-arahkan ke sana, model politik seperti itu memalukan,”ujarnya. (Red)
Tinggalkan Balasan