Pasca Operasi Tumor Otak Kasmawati Mengalami Kelumpuhan Butuh Perhatian dan Uluran Tangan Dermawan

Tanggamus (SL) – Pasca operasi tumor otak Kasmawati (44) warga Pekon Banjarsari, Kecamatan Wonosobo, Tanggamus, mengalami kelumpuhan dan mata sebelah kiri tidak dapat melihat lagi, dalam melakukan aktifitas sehari-hari harus dibantu suaminya.

Jubaidi (45) yang merupakan buruh harian lepas harus merawat istri dan memenuhi kebutuhan hidup dua orang putranya. Sebelum sakit dan operasi Kasmawati bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah salah satu warga setempat.

Dikatakan gejala penyakitnya sejak bulan Mei 2021, Kasmawati mulai merasa sakit di bagian mata, yang dirasakan kabur hingga tidak bisa liat lagi, karena keterbatasan biaya Jubaidi hanya mengobati dengan ramuan tradisional.

Beberapa bulan tidak nampak ada perubahan Jubaidi membawa Kasmawati ke rumah sakit Mitra Husada. Pihak rumahsakit tidak memberi penjelasan tentang penyakit yang di derita pasien, keluarga hanya di beri resep obat untuk menebusnya.
“Saya tanyakan apa penyakit istri saya tidak ada penjelasan hanya di beri resep dan saya tebus resep itu dapat obat berupa pil dan tetes mata, saya hanya kuat Nebus resep 2 kali saja,” kata Jubaidi

Kasmawati tidak dapat bekerja lagi dengan penyakit yang di deritanya, mengetahui hal tersebut majikannya membawa ke rumahsakit di Bandarlampung guna pemeriksaan lebih serius.
“Oleh Bu Leli istri saya di bawa ke rumahsakit dan dinyatakan ada tumor di kepala, harus di operasi sayapun segera mengurus BPJS serta menyiapkan dana lain,” imbuhnya.

Operasi di lakukan di bulan November 2021 dengan biaya di tanggung BPJS.
“Alhamdulillah operasi bisa di lakukan dan pasca operasi kami diperbolehkan pulang tapi istri saya mengalami kelumpuhan dan mata sebelah kiri tidak bisa melihat lagi, maka kami tetap harus kontrol dan terapi sinar di dua rumah sakit berbeda, untuk kontrol kami di rumahsakit Urip Sumoharjo dan untuk terapi sinar di RSUD Abdul muluk,” terangnya.

Untuk menghemat biaya operasional Jubaidi sempat ngontrak di sekitar rumahsakit selama satu bulan.
” Sesuai anjuran dokter untuk pemulihan pasca operasi kami harus melakukan terapi sinar dan tetap kontrol, untuk terapi dianjurkan selama 27 kali, mengingat jarak yang jauh akhirnya kami ngontrak sebulan, tapi belum selesai terapi, baru 16 kali pihak rumahsakit menyatakan bahwa BPJS kami tidak aktif lagi dan harus menggunakan biaya umum, karena tidak mampu kami pulang, itu di bulan februari,” jelas Jubaidi

Sejak saat itu Jubaidi hanya dapat merawat Kasmawati dirumah sesekali membawanya ke rumahsakit dan biaya operasional sekali kontrol Rp 500.000, hal ini membuat Jubaidi merasa kewalahan.

Jubaidi sehari-hari hanya seorang buruh serabutan, tidak dapat berbuat banyak dan hanya bisa pasrah dan ber do,a dengan keadaan sekarang. Kini keluarga Jubaidi sedang menunggu uluran para Dermawan untuk meringankan beban biaya yang di tanggungnya.
”Saya berharap dan memohon bantuan pemerintah kabupaten dan kepada para Dermawan, kami sekarang hanya pasrah, dan istri pun pasrah karena keadaan saya tidak ada biaya, hanya bisa berdoa semoga Alloh membukakan jalan untuk kami dan kebutuhan untuk Istri saya,. “tutup Jubaidi

Saat di jumpai wartawan dikediamannya, terlihat Kasmawati terduduk di kursi roda pinjaman dari majikannya dan berharap ada mukjizat serta para dermawan yang membantu pengobatan dirinya.(Sabtu, 9 Juli 2022). (Wisnu)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *