Kisah Satpam Yang Diterima Masuk UNISBA Gara-gara Hafalkan Al-Qur’an

Bandung (SL)-Berprofesi sebagai Satpam, tidak membuat Ahmad Faisal patah semangat untuk terus menuntut ilmu. Walaupun sudah memiliki pekerjaan, Faisal masih punya niat melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas. Pria yang sempat berprofesi sebagai Satpam ini menceritakan proses dirinya menjadi seorang Mahasiswa dan menjadi lulusan Universitas Bandung (UNISBA).

Awalnya, Faisal pernah melakukan pendaftaran dan berhasil lulus Ujian Masuk Bersama (UMB) di UNISBA. Namum, Faisal mengundurkan diri dan memilih mencari pekerjaan karena tidak mampu dari segi biaya.

“Setelah itu, saya memutuskan untuk kerja. Saya pernah bekerja di grosiran dan bertahan selama tiga hari karena di berhentikan. Setelah itu, saya kerja di sablon kaos, Kurang lebih 3 bulan saya keluar juga dari sablon dan begabung di anggota Satpam UNISBA pada tahun 2017,” ujarnya kepada Sinarlampung. Senin, 17 Oktober 2022.

Hafalkan Al-Qur’an Demi Kuliah Gratis di UNISBA

Sembari menjadi Satpam, Faisal iseng mencari link beasiswa, kemungkinan ada kesempatan lain untuk bisa kuliah. Mengingat biaya yang menjadi kendala selama ini.

“Pada saat menjadi Satpam saya mencoba mencari link beasiswa. Supaya saya bisa kuliah. Alhamdulillah setelah mencari link beasiswa, saya menemukan beasiswa Baitul Maal dengan syarat harus hafal minimal lima Juz Al-Qur’an,” papar Faisal.

Tahap demi tahap Faisal mengikuti pendaftaran menjadi mahasiswa dengan menghafalkan Al-Qur’an. “Alhamdulillah bulan September 2018 resmi menjadi mahasiswa UNISBA. Pembiayaan saat kuliah untuk akademik semuanya gratis dan ditanggung pihak Baitul Maal,” ungkapnya.

Prodi yang ia pilih adalah Prodi Pendidikan agama Islam (PAI) sesuai cita-citanya untuk menjadi seorang pendidik yang fokus terhadap agama Islam. Buah dari perjuangannya, Faisal akhirnya bisa menyelesaikan kuliah selama empat tahun dan wisuda pada tanggal 28 Agustus 2022 lalu.

Disamping aktif sebagai Mahasiswa, Faisal bekerja secara part time di toko pada hari Sabtu dan Minggu. Sementara, Senin-Jumat adalah waktunya kuliah dan berorganisasi.

“Pada tahun ke tiga saya bekerja sebagai marbot di mesjid Komplek. Alhamdulillah di sana saya bisa mempunyai penghasilan untuk biaya makan dan alhamdulillah sedikit nya bisa ngasih kepada oang tua,” tuturnya.

Latar Belakang Keluarga

Ahmad Faisal terlahir dari pasangan Enut Mustofa dan Ida, anak pertama dari tujuh saudara. Dia mengaku, kondisi perekonomian keluarganya tidak stabil, penghasilan yang cukup untuk biaya makan. Faktor inilah yang memacu Faisal bertekad melanjutkan pendidikan. “Saya kuliah karena ingin merubah dan mengangkat harkat derajat oang tua,” kata dia.

Faisal berharap, ia bisa memberikan kebahagian dan menjadi contoh bagi adik-adiknya. Bahkan, dia juga memiliki hasrat untuk meneruskan ke jenjang berikutnya, yaitu S2.

Baginya UNISBA adalah segalanya yang merubah kehidupan dan nasibnya. Ia berharap, universitas tersebut menjadi lebih baik, tak hanya akreditasi tapi juga mampu melahirkan lulusan berkualitas dan menjadi pejuang dalam pengaplikasian nilai-nilai islam.

“Tak ada yang bisa merubah nasib, kecuali ketentuan Allah. kalau kita yakin bakal sukses dan mampu menjadi lebih baik, maka Allah pun akan memberikan hal demikian. Allah tidak akan mungkin mengubah suatu kaum jika kaum itu hanya berdiam diri, jadi bergeraklah untuk suatu perubahan yang nyata bukan hanya sekedar hayalan belaka,” pungkasnya. (Heny)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *