Jawa Barat (SL)- Gempa Cianjur Magnitudo 5,6 SR di kedalaman 10 Kilometer dibawah permukaan tanah yang terjadi siang tadi pukul 13.21. WIB menewaskan 62 orang, dengan 1000an orang luka luka, termasuk ratusan rumah rusak berat, 5300 lebih mengungsi belum termasuk pasilitas umum, dan longsor. Senin, 21 November 2022.
Gempa yang berpusat di Cianjur, Jawa Barat terjadi pada kedalaman 10 kilometer, dengan koordinat 6,84 Lintang Selatan -107.05 Bujur Timur. Gempa juga dirasakan masyarakat di kawasan Jabodetabek. Getaran gempa membuat sejumlah gedung perkantoran berguncang.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melansir akibat gempa yang memiliki kedalaman 10 kilometer itu tak ada potensi tsunami. BMKG memperingatkan kemungkinan terjadi gempa susulan.
Kapolres Cianjur AKBP Doni Hermawan mengatakan penambahan Korban meninggal dunia akibat Gempa Cianjur sebanyak 61 orang dinyatakan meninggal dunia dalam insiden tersebut. “Dilaporkan korban meninggal dunia bertambah menjadi 61 orang,” kata Kapolres Cianjur AKBP Doni Hermawan kepada awak media mengenai korban Gempa Cianjur.
Doni mengatakan kemungkinan korban meninggal dunia akibat Gempa Cianjur terus bertambah, kini proses evakuasi masih terus dilakukan. Ia menambahkan saat ini masih ada korban tertimbun longsoran tanah ataupun tertimpa bangunan. “Kemungkinan warga yang luka-luka maupun yang meningga masih ada kemungkinan bertambah,” katanya.
Dominasi Korban Gempa Cianjur Anak Anak
Data sebelunya Bupati Cianjur memastikan jumlah korban tewas akibat gempa bumi M 5,6 Cianjur mencapai 56 orang. Di antara jumlah tersebut, 40 korban tewas merupakan anak-anak.
“Data paling baru, korban meninggal mencapai 56 orang dengan 40 di antaranya merupakan anak-anak. Kebanyakan anak-anak, mereka tertimpa bangunan yang ambruk,” kata Bupati Cianjur, Herman Suherman, kepada wartawan, Senin (21/11/2022) sore.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan jumlah korban meninggal ada 46 orang meninggal dunia. “Sekarang sudah ada 46 orang yang meninggal dunia dan sudah ada di RSUD Kabupaten Cianjur,” kata Kepala BNPB Suharyanto saat konferensi pers via Zoom bersama BMKG, Senin (21/11/2022).
Suharyanto mengatakan banyaknya korban meninggal dunia akibat gempa M 5,6 Cianjur lantaran kondisi rumah-rumah di Cianjur yang tidak tahan gempa. Selain itu, gempa Cianjur juga terjadi di siang hari. “Kita bayangkan saja ini siang hari kejadian, dan warga tinggal di rumah-rumah tidak tahan gempa, begitu ada gempa ya langsung ambruk,” ucapnya.
Suharyanto berharap ini menjadi pelajaran untuk ke depannya. Dia meminta agar ke depannya rumah-rumah di wilayah rawan gempa disiapkan yang tahan gempa. “Ini jadi PR kita bersama bagaimana menyiapkan rumah rumah tahan gempa yang sekarang sudah berdiri,” ujar dia.
Kondisi terkini korban gempa Cianjur terus bertambah dan berdatangan ke RSUD Kabupaten Cianjur. Bahkan, IGD RSUD Cianjur sampai tak mampu menampung jumlah pasien. Pasien pun terpaksa menjalani perawatan di halaman RS.
Selain menelan puluhan korban jiwa dan ratusan orang luka-luka, gempa Cianjur hari ini mengakibatkan berbagai kerusakan di sejumlah wilayah terdampak. BNPB mencatat, kerusakan gempa Cianjur meliputi bangunan rumah, pondok pesantren (ponpes), Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), hingga gedung pemerintahan di Kabupaten Cianjur dan di Kabupaten Bogor.
Tanah longsor akibat gempa M 5,6 Cianjur hari ini juga terjadi di dua lokasi. Longsor terjadi di jalur utama Cipanas, Kabupaten Cianjur, dan longsor di kawasan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Imbas longsor di kedua lokasi tersebut mengalami pengalihan lalu lintas.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun menjelaskan alasan gempa Cianjur bersifat merusak. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan beberapa wilayah di Jawa Barat, termasuk Cianjur, termasuk dalam kawasan seismik aktif dan kompleks yang menjadikanya rawan dan sering terjadi gempa.
Tak hanya rawan gempa, Daryono menyebut wilayah-wilayah tersebut juga cenderung sering terdampak gempa dangkal. Pasalnya, kata dia, ada beberapa sesar-sesar yang ditemukan di wilayah tersebut.
“Jadi kompleksitas tektonik ini memicu, berpotensi memicu terjadinya gempa kerak dangkal atau shell low crustal earthquake, fakta tektonik semacam ini menjadikan kawasan tersebut menjadi kawasan rawan gempa secara permanen, dan dengan karakteristik gempa kerak dangkal atau shell low cluster earthquake ini,” kata Daryono saat konferensi pers via zoom, Senin (21/11/2022). (Red)
Tinggalkan Balasan