Bandar Lampung (SL)-Mantan Sekda Lampung Ir Sutono megaku prihatin dengan kondisi lingkungan hidup yang ada di Provinsi Lampung Saat ini. Karena itu dia mengajak generasi muda memahami pentingnya menjaga ekosistem dan lingkungan hidup, yang kini mulai ditinggalkan. Kelangkaan satwa satwa yang menjadi ikon daerah kini mulai terasa.
“Pertanyaan sederhana saya, dimana saat ini ada pohon terbesar dan tertua di Lampung. Adakah, jika ada di Desa Mana?. Jika ada mungkin itu kini bisa jadi ikon objek wisata. Orang-orang akan datang berwisata ingin melihat pohon itu. Satwa misalnya, masih adalah di Desa-desa itu Satwa-Satwa langka atau khas desa kelahiran desa itu. Ini generasi yang bisa menjawab,” kata Sutono, saat menghadiri acara HUT ke 8 Surat Kabar Harian Lentera Swasa Lampung, di Bandar Lampung, Sabtu 17 Desember 2022.
Sutono, yang alumni Institut Petanian Bogor (IPB) mengatakan sesungguhnya alam, ada gunung, sungai, laut dan hutan adalah kekayaan yang sejati dan juga kebanggaan kita. Dia (Gunung, Sungai, Laut, dan hutan,red) itu menopang keseimbangan ekosistem alam dan menjaga kelangsungan hidup dunia, termasuk manusia dan generasi selanjutnya.
Dia menyerap air dan menjaga persediaan air tanah, menjadi rumah hunian bagi satwa-satwa di dalamnya, menetralkan polusi dengan mengkonsumsi co2 dan melepaskan o2, menyuplai kebutuhan manusia sehari-hari, contohnya ikan laut, tanaman-tanaman tertentu.
“Mari kita lestarikan lingkungan kita, jaga hutan dari pengrusakan lagi, jaga laut dari penangkapan yang berlebihan, jaga gunung dari penggundulan akibat aktivitas tambang, perkebunan, dan lain-lain, jaga sungai dari pencemaran limbah pabrik yang mematikan ikan-ikan di dalamnya,” katanya.
Sutono juga mengajak generasi untuk mulai menanam pohon-pohon khas Desa yang kini mulai hilang. “Mari kita menanam bibit pohon baru di hutan dan membiakkan satwa-satwa di dalamnya, menangkap ikan di laut secukupnya sesuai kebutuhan dengan memperhatikan kelangsungan populasi ikan di masa mendatang,” katanya.
Jika perlu menghentikan aktivitas tambang baik tambang emas ilegal, perkebunan komersial sebuah tanaman secara luas, tambang batu bara, tambang minyak mentah, menghemat pemakaian listrik, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan menggunakan alat transportasi ramah lingkungan. “Bersepeda untuk bepergian jarak dekat dalam kota, kan sekaligus olahraga, mengajak yang lain keluarga, teman, kenalan, dan keturunan kita, melestaikan lingkungan,” katanya.
Menurut Sutono, jika semua melestarikan alam, maka suatu saat nanti, generasi penerus juga yang akan menikmati hasilnya. “Kita harus berupaya menjaga kelestarian lingkungan hidup di masyarakat selain dari rumah, dengan melakukan hal,” katanya.
Bercocok tanam misal harus dengan bijak dapat meningkatkan hasil panen. “Untuk memberantas hama tanaman, kita dapat menggunakan musuh alami sebagai upaya untuk mengurangi penggunaan pestisida yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya. Kita juga dapat merotasi tanaman sebagai upaya menjaga keseimbangan ekosistem,” urainya.
Menjaga Flora Dan Fauna
Dengan menjaga kelestarian hutan dan tidak melakukan perburuan liar, itu sudah turut menjaga flora dan fauna langka. Dengan begitu, keseimbangan ekosistem tetap terjaga. Hutan memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan karena menjadi paru-paru dunia yang dapat menghasilkan oksigen dan menyerap karbondioksida, daerah resapan air terbesar sehingga dapat mencegah banjir bandang, erosi, dan tanah longsor, serta tempat tinggal aneka flora dan fauna.
“Sebagai upaya menjaga kelestarian hutan, kita dapat menanam sejuta pohon, tidak membuka lahan dengan membakar hutan, tidak melakukan penebangan pohon secara liar, dan melaporkan pada pihak berwajib jika mengetahui adanya praktik illegal logging. Sebelum membangun sesuatu, seperti gedung atau jalan, pihak-pihak yang terlibat di dalamnya harus melakukan analisis mengenai dampak lingkungan). Hal ini dilakukan agar pembangunan tersebut tidak merusak kelestarian lingkungan hidup dan mencari solusi atas konsekuensi yang akan dihadapi,” kata ahli satwa Komodo dan Harimau ini.
Kondisi hutan saat ini memang sudah sangat memprihatinkan akibat banyaknya penebangan pohon secara liar dan praktik illegal loging. Dengan kondisi yang seperti ini, hutan tidak mampu lagi meresap air sehingga terjadi banjir bandang, erosi, dan tanah longsor. Karena itu, kita harus melakukan reboisasi untuk tetap menjaga kelestariannya. “Sekali lagi dengan melakukan keenam upaya menjaga kelestarian lingkungan hidup di masyarakat tersebut, berarti kita turut menjaga keseimbangan ekosistem yang ada,” katanya. (Juniardi)
Tinggalkan Balasan