Papua (SL)-Setelah berjalan kaki selama 5 hari, sebanyak 167 masyarakat Distrik Paro berhasil dievakuasi oleh TNI Polri ke Kenyam Ibukota Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Warga memilih mengungsi pasca teror yang dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya. Hingga kini, jumlah warga Distrik Paro yang mengamankan diri ke Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, kembali bertambah setelah sejumlah orang tiba dengan dijemput enam unit truk, Senin 13 Februari 2023 sore.
Mereka mengamankan diri ke Kenyam setelah Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya mengancam 15 pekerja bangunan dan membakar pesawat pilatus milik Susi Air di Lapangan Terbang Paro pada Selasa 7 Februari 2023. “Masyarakat dari Distrik Paro mulai beberapa hari yang lalu, tahap pertama ada 25 orang yang masuk (ke Kenyam), kemarin 29 orang yang masuk, hari ini ada 87 KK ditambah ada anak-anak yang masuk. Kami dari pemerintah daerah sedang berusaha menyiapkan tempat,” ujar Penjabat Bupati Nduga Namia Gwijangge di Kenyam, Senin.
Namia mengaku belum bisa menyebut berapa jumlah pasti warga Paro yang sudah berada di Kenyam karena hingga kini masih dilakukan pendataan. Terlebih, ada warga Paro yang belum sampat didata namun sudah pergi ke rumah keluarganya masing-masing.
Ia meyakini bahwa jumlah warga Paro yang mengamankan diri ke Kenyam masih akan bertambah karena masih ada yang berada di perjalanan. “Ada informasi masih ada lagi (masyarakat Paro ke Kenyam), jadi waktu mereka jalan dari sana, mereka terpencar. Ada kebiasaan masyarakat ini, yang lalu pengungsi ketika ketemu keluarga mereka tinggal di keluarganya masing-masing, akhirnya kami kasih bahan makanan lalu mereka bawa,” kata dia.
Untuk sementara, warga Paro akan dikumpulkan di satu tempat yang masih dipersiapkan. Pemerintah Kabupaten Nduga juga akan membuat dapur umum. Sedangkan, untuk anak-anak yang seharusnya sekolah, Namia memastikan mereka akan dimasukkan ke sekolah yang ada di Kenyam.
“Untuk makanan, melalui Dinas Sosial kami siapkan. Sementara ada upaya evakuasi pembebasan pilot di sana (Paro), sementara masyarakat di sini. Kalau pilot sudah dibebaskan berarti masyarakat kita kembalikan. Untuk anak-anak sekolah, saya sudah minta didata dan kami akan layani mereka, mereka juga harus dapat hak mereka berupa pendidikan dasar. Mereka yang datang kita periksa kesehatannya,” kata Namia.
Kepala Distrik Paro, Iday Lokbere mengungkapkan, sebagian besar masyarakat Paro belum memiliki surat kependudukan sehingga hal itu menyulitkan pemerintah untuk mendata. Karenanya, selama berada di Kenyam, warga Paro akan didata dan dibuatkan kartu kependudukannya. “Jumlah KK di sana ada di kampung masing-masing, datanya belum terakumulasi. Jadi nanti mereka semua masuk baru kita akan buatkan KK semua,” kata dia.
Sebagian warga Paro tampak sulit berbahasa Indonesia dan tidak banyak yang mau diwawancara oleh wartawan. Salah satu yang sedikit bicara adalah Anas Kogoya, pria yang tergolong sudah lanjut usia. Ia tampak kebingungan ketika ditanya beberapa usianya. Ia mengaku cukup lama berjalan kaki, terhitung ia membutuhkan waktu delapan hari untuk tiba di Kenyam. “Jalan sejak hari Minggu 5 Februari 2023, sampai di Kenyam delapan hari,” ujarnya.
Sosok Egianus Kogoya sebagai pimpinan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di wilayah Nduga menjadi momok menakutkan bagi masyarakat sipil yang daerahnya masih minim tersentuh pembangunan tersebut. Bahkan, Anas mengeluarkan bahasa tubuh seperti orang ketakutan ketika ditanya tentang Egianus Kogoya. Hal itulah yang menjadi alasan Anas dan keluarganya pergi dari Dsitrik Paro. “Keluar karena takut,” cetusnya.
Sementara itu, Emanus Gwijangge yang juga merupakan warga Distrik Paro menjelaskan bahwa selama delapan hari berjalan rombongannya membawa bahan makanan untuk perbekalan. “Kita bawa bekal, ada yang bawa beras dan lain-lain, untung tidak ada yang sakit,” kata Emanus merupakan warga Distrik Paro yang masih berusia muda. Namun, Emanus tidak bisa bercerita banyak karena beberapa masyarakat kemudian menghentikan wawancara tanpa alasan yang jelas.
Sementara pihak lain menyebutkan rakyat sipil di distrik Paro sedang mengungsi diduga akibat Operasi Militer di Distrik Paro. Rakyat mengungsi dengan berjalan kaki selama dua hari menuju ibu Kota Kabupaten Kenyam, Nduga, Papua. Pengungsi terpaksa membawa alat masak untuk masak didalam perjalanan menuju kota.
Sudah setengah abad sejak 19 Des 1961 rakyat Papua telah menjadi sasaran Operasi Militer Indonesia dan terjadi banyak pelanggaran HAM. Saat ini rakyat didistrik paro membutuhkan solidaritas dari berbagai kalangan, aktivis HAM, Gereja, dan berbagai lembaga yang peduli akan HAM dan Demokrasi di Papua. (Red)
Tinggalkan Balasan