Rusuh di Distrik Dogiyai Puluhan Rumah Terbakar Dua Polisi Satu Tentara Terluka Dipicu Penebakan Warga?

Jayapura-Tiga aparat keamanan, dua Polri satu TNI terluka akibat terkena panah dalam kerusuhan yang terjadi di Dogiyai, Papua Tengah. Ketiga personel yang terluka akibat terkena panah yaitu Bripda Eliezer, anggota Polres Dogiyai, dan seorang anggota Brimob BKO Polres Dogiyai, Kemudan Serka Stewart Tapilatu, anggota Koramil Monomani, terkena panah di lengan kanan.

Dari data yang diperoleh, tercatat 69 bangunan terbakar, dengan rincian 13 petak bangunan berada di jalan tengah Kampung Tokapo, sembilan petak bangunan di pertigaan Kamu Selatan, delapan petak bangunan di jalan Trans Nabire-Enarotali, Kampung Ekimanida, Distrik Kamu.

Kemudian 35 petak bangunan yang berada di kompleks Pasar Ikebo, dan empat petak bangunan di Kampung Kimupugi, Distrik Kamu tepatnya di depan Puskesmas Kabupaten Dogiyai. Polisi masih bersiaga dilokasi kejadian guna mengantisipasi terjadinya hal hal lain.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Ignatius Benny Prabowo mengatakan dari laporan yang diterima, massa melakukan penyerangan terhadap aparat keamanan saat melakukan pengamanan TKP di Kampung dan Bandara Moanemani, saat akan mengevakuasi tiga personel yang terluka akibat terkena panah.”Ketika personel melakukan pengamanan di Bandara Moanemani, sekelompok massa menyerang anggota yang akan mengevakuasi korban,” kata Benny.

Menurut Kabid Humas, mssa menghujani anggota dengan anak panah dan batu serta melakukan pembakaran satu rumah warga. “Evakuasi korban menggunakan helikopter berhasil dilakukan dan saat ini ketiganya sudah berada di RSUD Nabire,” kata Benni dilansir dari antara.

Kepolisian menyebut, aksi kerusuhan tersebut diawali tindakan sekelompok orang yang melakukan penghadangan dan penyerangan terhadap personel Operasi Damai Cartenz 2023 di Dogiyai, Papua Tengah. Di sisi lain, Juru Bicara Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Ones Suhuniap mengatakan, kerusuhan di Dogiya terjadi akibat tembakan aparat yang menyebabkan tiga orang warga tewas.

Kepala Satgas Humas Operasi Damai Cartenz, Kombes Donny Charles Go mengatakan situasi terkini di Kabupaten Dogiyai, Papua “tidak bisa kita bilang terkendali juga. Sejauh ini, anggota TNI/Polri masih “stand by” di Dogiyai, namun kata Donny, dia melihat tidak ada lagi kumpulan massa.

Donny tak menyebut jumlah anggota TNI/Polri yang dikerahkan, tapi ia bilang “kita rasa cukup, walaupun nanti ada bantuan lagi. Tapi kita saling menjaga dulu lingkungan masing-masing. Daerah yang bisa dijangkau kita lakukan patroli,” kata Donny kepada BBC News Indonesia, Jumat (14/07).

Donny menambahkan, sebanyak lima anggota keamanan terluka dalam dua hari kericuhan di Dogiyai. Dua anggota terluka karena dilempar kapak pada Kamis (13/07), dan tiga lainnya terkena panah pada Jumat (14/07).

Ia juga belum bisa memastikan latar belakang para pelaku, apakah bagian dari masyarakat sipil, atau orang-orang yang terafiliasi dengan OPM yang disebut pemerintah sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). “Kita sebutnya orang tak dikenal… Kita belum bisa mengidentifikasi, perlu waktu dulu. Kalau situasi sudah tenang lagi, baru kita coba lakukan penyelidikan,” kata Donny.

Selain itu, Donny juga tidak membantah atau membenarkan soal laporan kematian warga sipil. “Tapi kita masih selidiki lagi untuk memastikan itu. Katanya ada,” katanya.

Menurutnya, kasus kematian warga sipil yang beredar ini digunakan untuk mengerahkan massa “Untuk melakukan aksi-aksi anarkis untuk pembakaran rumah.” katanya.

Donny Charles melanjutkan, kerusuhan yang terjadi diawali oleh aksi sekelompok orang tidak dikenal (OTK) yang melakukan penghadangan dan penyerangan terhadap personel Operasi Damai Cartenz 2023 di Dogiyai, Papua Tengah. Donny menjelaskan, serangan itu terjadi sekitar pukul 11.00 WIT saat personel hendak mengantarkan satu anggota mereka yang mengalami sakit untuk berobat ke Rumah Sakit Paniai, Kamis (13/07).

Di tengah jalan, tepatnya di kampung Idakebo Distrik Kamu utara, kata Donny, kendaraan Satgas Damai Cartenz tiba-tiba dihadang oleh sekelompok OTK yang berjumlah tujuh orang. “Pada saat anggota kami hendak merespons penghadangan tersebut, dengan membuka pintu mobil, tiba-tiba dari belakang satu orang OTK melemparkan kapak ke arah mobil yang mengakibatkan kaca pecah dan satu anggota kami mengalami luka di pelipis kiri terkena kampak,” kata Donny dalam keterangan tertulis.

Tidak hanya itu, ketujuh OTK tersebut juga sempat melakukan perampasan senjata namun tidak berhasil. “Akibat dari kejadian tersebut, juga terjadi percobaan perampasan senjata sehingga secara terdesak anggota kami meresponsnya dengan melakukan tembakan untuk membubarkan OTK dan melakukan pengejaran ke arah gunung,” tambah Donny.

Tiga Warga Tewas Ditembak Polisi?

Juru Bicara Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Ones Suhuniap mengatakan, berdasarkan informasi yang dia terima, kerusuhan di Dogiya terjadi akibat tembakan aparat yang menyebabkan tiga orang warga tewas. Korban bertama, kata Ones, ditembak pada Kamis yang diduga dilakukan oleh aparat keamanan, “Penembakan dilakukan tanpa alasan yang jelas, akibatnya masyarakat marah,” kata Ones dilangsing BBC News Indonesia.

Ones mengatakan, korban pertama tengah duduk di pinggir jalan. Kemudian, dua mobil yang berisi aparat keamanan datang dari arah Distrik Idakebo menuju Kota Dogiya. “Tanpa alasan penyebab, anggota Brimob dari dalam mobil menembak korban di dada kanan. Korban pun langsung tersungur jatuh di tempat dan meninggal,” kata Ones.

“Setelah menembak mati korban, anggota polisi bergegas lari ke Kota Dogiyai. Kejadian ini sedang diperhatikan oleh salah satu anak kecil dari agak jauh. Secara spontan anak ini membunyikan tiang listrik sebagai tanda ada kejadian penembakan.

Masyarakat secara spontan mendatangi tempat kejadian. Mayat korban semayamkan di rumahnya Obayo Ugapuga,” kata Ones.

Selain itu, lanjut Ones, terdapat dua korban lain yang ditembak pada Kamis malam di Distrik Idakebo. “Kepolisian di papua harus bertanggung jawab secara atas tiga korban warga sipil,” kata Ones.

Hal senada disampaikan aktivis HAM dari Gereja Kingmi di tanah Papua, Yones Douw. Menurutnya, kerusuhan ini dipicu kematian seorang warga bernama Yosua Keiya, 20 tahun.

Awalnya, terjadi pemalangan jalan oleh sekelompok orang. Saat itu, Yosua Keiya berada di lokasi dan duduk melihat aksi tersebut di pinggir jalan. “Jadi setelah palang itu, aparat kepolisian tiba, mereka yang palang itu lari hilang. Nah, anak yang duduk ditembak di tempat,” kata Yones Jumat (14/07).

“Sebenarnya kalau aparat penegak hukum, itu ada aturan mainnya. Tidak ada aturan menembak mati, tapi melumpuhkan atau mencederai. Lalu ditangkap dan diproses hukum,” tambah Yones.

Situasi di Kabupaten Dogiyai saat ini disebut “sangat mencekam”. Tidak ada satu pun warga yang keluar rumah. “Anggap saja kota mati sementara ini di Dogiyai,” tambah Yones. (Red)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *