Bandar Lampung, sinarlampung.co-Mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Jasmani (Penjas) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung yang sempat terlantar sejak dari Bali dan Rest Area KM 360 Semarang-Batang, sudah tiba di kampusnya, Universitas Lampung, Kota Bandar Lampung, Minggu 21 Januari 2024 sekitar pukul 11.30.
Baca: Ratusan Mahasiswa Unila Rombongan KKL Telantar di Rest Area Tol KM 360 Semarang-Batang
Rombongan mahasiswa tiba dengan menumpang tiga unit bus. Kedatangan mereka disambut langsung Dekan FKIP Unila Prof. Sunyono didampingi Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Hermi Yanzi, termasuk jajaran pimpinan FKIP Unila.
Rombongan KKL ini bisa tiba di Lampung setelah pihak hotel dan perusahaan otobus mendapat jaminan dari pihak fakultas untuk segera menyelesaikan biaya yang belum dibayarkan dengan jumlah total sekitar Rp46 juta.
Ketua panitia Yonatan Sodiva Ompuna, mahasiswa Prodi Penjas Angkatan 2022, mengucapkan terima kasih kepada pihak fakultas yang segera mengambil alih permasalahan ini. Sodiva mengaku sangat menyesalkan kejadian ini.
“Saya secara pribadi dan mewakili teman-teman, khususnya Penjas Angkatan 2022 mengucapkan terima kasih kepada bapak Dekan FKIP Unila. Kami sangat terbantu atas segala kegaduhan dan kerumitan dalam acara KKL ini. Semoga yang akan kami lakukan ke depan menjadi yang terbaik dan ada jalan keluar,” ujar Yonatan.
Yonatan menceritakan bahwa mereka berangkat dari Bandar Lampung pada 14 Januari 2024 untuk melaksanakan KKL dengan tujuan Bali, Yogyakarta dan Bromo menggunakan Biro Jasa Perjalanan TAF Tour And Travel. “Namun karena ketidakprofesionalan pihak biro perjalanan, mereka mengalami masalah sejak di Bali sehingga gagal ke Bromo dan Yogyakarta. Sebab pihak Perusahaan Otobus tidak mau melanjutkan perjalanan karena ada kekurangan pembayaran. Dan seperti inilah kejadiannya,” ungkap Yonatan.
Hak senada diungkap mahasiswa lainnya, yang menyatakan untuk kegiatan KKL itu permahasiswa membayar Rp4,1 juta dengan include perjalanan, makan, minum serta medis. “Kita yang berjumlah 130an mahasiswa. Kita ditelantarin sejak di Bali dekat Pelabuhan Gilimanuk. Karean itu rombongan kita enggak jadi ke Bromo dan Jogja. Kami ditelantarin disetiap rest area dimana makan dan minum suruh beli sendiri,” katanya.
Menurutnya, pihak travel menelantarkannya akibat pembayaran masih kurang Rp46 juta, sehingga 3 bus tersebut tidak mau melanjutkan perjalan termasuk pulang menuju Lampung. “Kita sudah membayar lunas semuanya, kita juga enggak tahu kenapa uangnya belum sampai ke pihak travelnya. Enggak mungkin kita talangin uang sebanyak itu agar busnya mau jalan,” ujarnya.
Dia menambahkan, kegiatan KKL merupakan mata kuliah yang diwajibkan. Jika tidak mengikutinya akan dipersulit dalam mengambil mata kuliah KKN. “Sejak awal diterantarin, kami sudah ngadu ke Kaprodi. Tapi malah kena marah, dan suruh menyerahkan nama-nama mahasiswa yang membrontak ke dia. Mungkin Kaprodinya sudah pro dengan pihak travelnya karena kenalannya,” ucapnya.
Dekan FKIP Akan Usut dan Tindak Biang Keroknya

Terkait kisruh hingga terlantarnya mahasiswa KKL itu, Dekan FKIP Unila Prof Sunyono mengatakan bahwa pihaknya akan meminta penjelasan dari pihak mahasiswa, program studi, dan pihak travel. “Kita akan cari informasi tentang kejadian yang sebenarnya. Segera akan kita panggil dari pihak mahasiswa, prodi dan pihak travel untuk memberi penjelasan,” kata Prof Sunyono.
Prof Sunyono berjanji akan mengambil tindakan tegas jika terbukti pihak Prodi Penjas “bermain” dan “cawe-cawe” dalam menentukan biro perjalanan dalam kegiatan KKL yang bermaslah itu. Peristiwa ini, lanjutnya telah mencoreng nama baik lembaga FKIP juga Unila. Oleh sebab itu, pimpinan FKIP Unila akan memanggil para pihak untuk mencari penyebab timbulnya permasalahan terlantarnya mahasiswa KKL ini.
“Yang pertama, kita bersyukur karena para mahasiswa ini sudah pulang dan tiba di sini. Berkaitan dengan kasus ini, akan kita tindak tegas. Kita akan minta penjelasan dari Kaprodi. Kita akan minta penjelasan panitia penyelenggara dari pihak mahasiswa yang KKL, kemudian kita juga akan minta penjelasan dari pihak travel. Kita akan cross check, jika informasi di antara mereka tidak sama, maka akan kita pertemukan di fakultas bersama-sama dengan para Wakil Dekan sehingga bisa ditemukan dimana letak kesalahannya,” kata Sunyono.
Prof Sunyono menegaskan siapapun yang terbukti melanggar akan diberi sanksi sehingga kejadian serupa tidak terulang. “Jika kesalahannya ada di pihak travel maka pihak travelnya akan kita tuntut karena ini sudah menyangkut nama lembaga dan tidak lagi orang per orang. Bukan lagi mahasiswa, tapi lembaga yang namanya FKIP Universitas Lampung. Kita tidak bisa main-main karena ini menyangkut nama baik institusi resmi yang harus kita junjung tinggi,” tegasnya.
Menurutnya, FKIP akan mngusut hal tersebut agar jelas siapa yang telah melakukan pelanggaran. “Kita juga akan membuka perjanjian kontrak antara travel dan prodi serta panitia mahasiswa. Jika memang terjadi pelanggaran dari pihak travel maka akan kita minta segera menyelesaikan. Kalau ternyata tidak bisa, maka akan kita tempuh jalur hukum. Namun, jika nanti ditemukan terjadi pelanggaran oleh pihak prodi. Ada permainan dan ‘cawe-cawe’ maka akan kita ambil tindakan tegas terhadap Kaprodi, karena terkait KKL ini memang sudah ada peraturannya,” katanya.
Kepala Program Studi (Kaprodi) Pendidikan Jasmani, Dr Heru Sulistianta, mengaku siap bertanggung jawab. Dia mengaku sudah membangun komunikasi dengan pihak travel untuk menyelesaikan masalah ini. “Kalau masalah ini siap bertanggung jawab. Semua sudah kita komunikasikan dengan pihak travel, bagaimana nanti pendekatannya supaya masalah ini bisa selesai karena ini anak-anak kita semua. Jika memang nanti ada kerugian, sama-sama akan kita selesaikan,” ujar Heru.
Ketua Umum (Ketum) DPP Pematank, Suadi Romli mendesak pihak kampus Unila untuk bertanggungjawab, terkait peristiwa telantarnya 133 mahasiswa Pendidikan Jasmani yang mengikuti kegiatan KKL tersebut. “KKL itu, kegiatan kampus. Jadi, pihak Unila harus bertanggungjawab. Karena, kondisi adek-adek mahasiswa yang KKL justru depresi,” kata Romli, saat mendengar 133 mahasiswa terlantar di Resa area Jawa Tengah itu.
Sebelumnya, sebanyak 133 mahasiswa program studi Penjas angkatan 2022 FKIP Unila, yang melakukan kegiatan KKL sejak 14 Januari 2024 di tiga lokasi yakni Bali, Bromo dan Yogyakarta, dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp4,1 juta/orang, sehingga total mencapai Rp545 juta. Namun, dalam perjalan ratusan mahasiswa Unila tersebut terancam diturunkan oleh sopir Bus Kensya Trans Wisata, karena urusan pembayaran.
Pasalnya, biro jasa tour and travel berinisial LR yang dipilih untuk mengawal keberangkatan mahasiswa Penjas FKIP Unila tersebut, belum membayar pelunasan kepada pemilik Bus Kensya Trans Wisata. Padahal mahasiswa transfer lunas ke LR. “Ibu Rektor, tolong kami mahasiswa Penjas FKIP yang mengikuti kegiatan KKL telantar di Rest Area Tol Semarang-Batang Km 360. Karena, sopir Bus Kensya Trans Wisata ingin meninggalkan kami,” kata salah satu mahasiswa melalui pesan WhatsApp kepada wartawan, Sabtu 20 Januari 2024 sore.
Rektor Universitas Lampung (Unila), Prof Lusmeilia Afriani yang mendengar kabar itu bereaksi. “Rombongan mahasiswa FKIP Unila Prodi Penja angkatan 2022 yang melakukan kegiatan KKL, sudah berangkat dari Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah itu sudah berangkat dari Semarang,” kata Rektor. Sabtu malam. (Red)
Tinggalkan Balasan