Bandarlampung, sinarlampung.co – Para atlet drumben Lampung yang tergabung dalam Induk Organisasi Olahraga (Inorga) Federasi Youth Band Indonesia (FYBI) di bawah naungan Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) mengungkapkan keluhannya setelah mengikuti ajang Pekan Olahraga Nasional (Pornas) VII Jawa Barat (Jabar) di Bandung pada 7-8 Juli 2023.
Mereka mengeluh lantaran tidak mendapatkan perlakuan layak, baik sedari awal pemberangkatan sampai tiba di Bandung. Padahal mereka sudah berjuang mati-matian memperebutkan gelar juara dan memperoleh medali demi mengharumkan nama Lampung di kancah Nasional. Sehingga, peraihan gelar juara umum dan perolehan medali pada Pornas tersebut terkesan begitu tak berarti bagi para atlet secara pribadi.
Keluhan itu disampaikan para atlet melalui rekaman video yang diterima sinarlampung.co pada Kamis 30 Mei 2024 malam. Dalam rekaman video tersebut para atlet drumband yang telah menorehkan prestasi di ajang Pornas Jabar 2023 itu tampak silih berganti menyampaikan kekecewaan dan keluhannya. Mereka juga terlihat mengenakan medali kebanggaannya masing-masing yang diketahui diperoleh saat perhelatan Pornas VII Jabar kala itu.
“Kami mewakili semua kawan-kawan dari 33 orang yang saat itu mengikuti lomba Pornas Jabar. Syukur alhamdulillah kami mendapatkan juara umum dengan membawa tiga medali emas, tiga perak, dan satu medali perunggu. Kami berharap kepada Kadispora Provinsi Lampung dan Kadis Pendidikan Provinsi Lampung agar kami bisa menikmati program beasiswa siswa berprestasi mengingat kami telah membawa Lampung hingga ke kancah nasional,” ujar salah seorang atlet putra.
Dilanjutkan salah satu atlet putri, bahwa perlakuan tidak layak itu mereka dapatkan saat mengikuti pemusatan pelatihan (Training Center/TC). Para atlet dimintai biaya oleh pengurus FYBI sekitar Rp450 per orang. Uang tersebut dikatakan untuk membiayai penginapan dan konsumsi para atlet. Dari 33 peserta hanya ada beberapa saja yang tidak ikut membayar alias gratis.
“Ternyata saat TC kami diminta biaya masing-masing. Itu untuk biaya penginapan dan biaya makan, kurang lebih sekitar Rp450 ribu per orang,” ucapnya.
Para atlet ini juga mengaku, pungutan biaya tak hanya dimintai pada saat pemusatan latihan saja, tetapi juga saat awal keberangkatan di Lampung.
Mereka juga sempat dihadapkan dengan perselisihan antara panitia yang mempersoalkan penginapan dan konsumsi para peserta yang telat.
Selain pungutan biaya pemberangkatan dan pemusatan latihan, para atlet juga harus membayar biaya duplikat piagam dan medali kepada pengurus FYBI. “Iya dipungut biaya,” ujar mereka serentak.
Mereka mengatakan, dari 33 peserta, kini hanya tersisa sekitar 15 orang saja yang tergabung di FYBI. Mereka tetap bertahan di FYBI lantaran ada janji yang belum ditepati.
“Ada janji dari pihak FYBI yang belum terlaksana kepada kami, para atlit yang saat itu berangkat ke Bandung. Contohnya seperti sertifikat yang belum didapat beberapa atlet. Alasannya karena ada permasalahan dari mereka,” ujarnya.
Ditambahkan, bahkan ada satu atlet yang sertifikatnya salah nama dan terpaksa diperbaiki. Tetapi sampai detik ini atlet tersebut belum juga mendapat sertifikat resmi dari pihak KORMI atau panitia perlombaan. Padahal sertifikat tersebut berguna untuk mendaftar kuliah.
“Harapan kami agar kami mendapatkan program beasiswa dan mendapatkan perlakuan yang layak, karena kami sudah membawa FYBI Lampung hingga kancah nasional. Selain itu kami ingin mendapat perhatian lebih enggak dibiarkan begitu saja,” harap mereka.
Diketahui para atlet yang merasa tidak diperlakukan dengan layak tersebut merupakan pelajar SMA dan SMP yang bakal mewakili Indonesia pada kejuaraan Dunia FYBI di Bali tahun 2024 ini. (Red/*)
Tinggalkan Balasan