Bandar Lampung, sinarlampung.co-Sejak sepekan akhir Bulan Juli 2024, sedikitnya ada tujuh nyawa melayang dengan modus bunuh diri, se Provinsi Lampung. Mereka ada terdiri dari ibu rumaha tangga, buruh, pelajar, hingga mahasiswa. Teranyar Edgar Niskaryo Zebua (24), mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung. Dia ditemukan tewas tergantung dalam gubuk lahan kosong dekat Unila, Jalan Soemantri Brojonegoro, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Sabtu 27 Juli 2024.
“Korban ditemukan rekannya, pada Sabtu 27 Juli 2024 pagi sekira pukul 06.30 WIB. Hasil penyelidikan, korban bernama Edgar Niskaryo Zebua, tercatat sebagai mahasiswa UIN Raden Intan Lampung dan tak ada kekerasan di tubuhnya. Usianya 24 tahun,” kata Kasatreskrim Polresta Bandarlampung Kompol Dennis Arya Putra.
Informasi lain menyebutkan sebelum ditemukan tewas Edgar terlihat bersama pacarnya. Tapi, belum diketahui persis apakah pertemuan itu yang menjadi pemicu pelaku mengakhiri hidupnya dengan gantung diri.
Selain Edgar, dalam pekan terakhir Juli 2024 ini, ada enam peristiwa bunuh diri. Pertama, pada Jumat 19 Juli 2024, pukul 18.15 WIB, seorang pria berinisial M (38) tewas gantung diri dalam rumahnya Desa Sidowaluyo, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan. Dugaannya, korban nekat mengakhiri hidupnya lantaran frustasi istrinya kabur membawa kabur uang pinjaman KUR BRI sekitar Rp2 miliar.
Lalu, Kedua, Sabtu 20 Juli 2024, seorang pria inisial A (37) tewas gantung diri dalam kandang ayam di Langkapura, Bandar Lampung. Ketiga, Minggu 21 Juli 2024, pukul 09.00 WIB, wanita bernama Ajeng Tia (19), warga asal Tanjung Bintang, tewas gantung diri di rumah kontrakannya Jalan Darussalam, Gang Ratu, Langkapura Baru, Bandar lampung.
Kemudian, keempat, Senin 22 Juli 2024, pukul 14.20 WIB, E (29), warga Kota Baru, Tanjungkarang Timur mencoba bunuh diri dengan menerobos palang pintu rel kereta api Jalan Gajah Mada, tepatnya di bawah flyover Jalan Gajah Masa. Korban selamat dengan kondisi putus tangan kanan tersambar Kereta Api Babaranjang.
Kelima, Selasa 23 Juli 2024, pria bernama Prasetyo (34), warga Desa Surabaya Udik, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung Timur gantung diri pada pohon sengon areal perladangan diduga depresi akan akibat cerai dan mantan istrinya menikah lagi. Terakhir warga bernama Jumiati (42), warga Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur gantung diri di rumahnya karena depresi terlilit hutang.
Kondisi Mental Yang Tak Dapat Solusi
Psikolog Gorontalo, Nurul Abrari menyebut, kasus bunuh diri dipicu kondisi mental pelaku yang tidak mampu mendapatkan solusi dari permasalahan yang dihadapinya. “Pelaku bunuh diri melakukan tindakan tersebut karena kondisi mental pelaku. Mereka merasa bahwa tindakan tersebut adalah solusi untuk mengakhiri masalah,” kata Nurul Abrari, di Gorontalo, Jumat.
Menyikapi tingginya kasus bunuh diri yang terjadi saat ini, menurut dia, sebenarnya niat awalnya ingin masalah yang mereka hadapi segera terselesaikan tapi tidak menemukan hingga memilih bunuh diri. “Jadi saking beratnya masalah yang mereka rasakan, sehingga menjadi bingung bagaimana menyelesaikannya,” kata Nurul.
Ia mengatakan, sebelum tindakan bunuh diri dilakukan oleh seseorang, korban biasanya mengalami depresi dan merasa tidak memiliki teman. Bila menemukan teman, sahabat, atau keluarga dengan gejala tersebut, agar pihak terdekat dapat memberikan bantuan dengan dukungan dan perhatian yang lebih besar. “Jika menemukan anggota keluarga yang mengalami depresi atau terjadi perubahan sikap akibat masalah yang dihadapi. Misalnya murung tiba tiba atau lebih banyak memilih menyendiri agar dapat didampingi,” ujarnya.
Orang depresi sangat memerlukan pendampingan agar dapat membantu dirinya sendiri untuk tidak menempuh jalan bunuh diri. Keluarga atau orang terdekat dapat meyakinkan orang yang menghadapi persoalan berat untuk tidak ragu bercerita, sehingga dapat menghindari stres, dengan melakukan aktivitas yang disukai yang dapat membantu menekan gejala depresi.
“Setelah kita mencoba hal-hal di atas tapi masih juga ada gejalanya, maka jangan segan atau malu untuk minta bantuan pihak profesional misalnya ke psikolog,” kata magister psikologi profesi tersebut.
Menurutnya, dukungan keluarga dan orang di sekitarnya, akan sangat membantu mencegah orang depresi mengambil pilihan untuk mengakhiri hidup. Mendengarkan dengan baik agar merasa diperhatikan.
Tentu saja saat dia bercerita, jangan ada penghakiman. Beri nasehat-nasehat dan pengetahuan agama. Mungkin dia tahu apa yang harus dilakukan, hanya saja lebih sangat memerlukan orang yang mau menerima kondisinya dan memberikan kasih sayang atau perhatian bahkan teman bicara terbaik,” katanya.
Hal lain yang patut diketahui dalam mencegah terjadinya bunuh diri, yaitu orang orang sekeliling harus lebih peka dengan perubahan-perubahan yang dialami seseorang yang ada di lingkungan sekitar. “Perhatikan jika ada orang yang tidak lagi beraktivitas secara normal. Misalnya seperti biasanya ke sekolah maupun ke kampus, lalu sudah tidak lagi, dan cenderung mengurung diri dalam kamar, dan sebagainya,” katanya.
Terkait informasi dan berita kasus bunuh diri yang beredar luas di media sosial, Nurul menyarankan setiap pihak dapat menahan diri untuk membagikan. Apalagi jika informasi itu juga memuat alasan bunuh diri. Harusnya tidak diekspos, kan belum tentu hal itu yang menyebabkan ia bunuh diri. Selain itu, informasi seperti ini juga bisa memicu perilaku yang sama, karena orang lain dapat mencontoh dari kasus-kasus sebelumnya. (Red)
Tinggalkan Balasan