Tanggamus, sinarlampung.co-Sejak dua tahun terakhir, ada 100-an kepala keluarga di Pekom Umbar, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus terisolasi. Termasuk 50-an pelajar yang harus menyesuaikan arus sungai untuk berangkat sekolah. Pasalnya, jembatan gantung yang melintasi Sungai Lubuk Kejung, rusak berat dan nyaris tak bisa dilewati sejak tahun 2022 lalu.

Jembatan gantung di Sungai Lubuk Kejung itu dibangun tahun 2019 dibangun pada masa Gubernur Ridho Ficardo dalam “Program 1000 Jembatan Gantung”, Kemudian putus tahun 2022. Dengan jembatan gantun itu warga hanya menempuh beberapa ratus meter ke tiga desa induk, termasuk sekolahan.
Jembatan ini juga digunakan oleh warga Cukuh Balak yang berkebun di sekitar area tersebut. Kondisi rusaknya jembatan semakin menghambat aktivitas warga, termasuk anak-anak yang biasanya menjadikannya sebagai jalur utama untuk bersekolah.
Sementara jalan alternatif berupa jalan setapak yang pembangunan secara padat karyanya tak selesai alias mangkrak, dengan jarak dari Desa Umbar harus memutar sekitar 3 sampai 5 kilo meter sampai menyeberang Way Rilau yang ada jembatan beton dekat pesisir pantai.
“Sudah dua tahun ini dibiarkan. Masyarakat menunggu kepedulian Pj Bupati Tanggamus Mulyadi Irwan, untuk mengecek langsung kesulitan warga pasca putusnya jembatan gantung di Pekon Umbar, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus ini,” kata warga disana kepada wartawan.
Menurutnya, ada sekitar 100 kepala keluarga dan ada 50-an pelajar yang tak bisa beraktivitas jika deras arus Sungai Lubuk Kejung. “Kasihan warga terisolasi apalagi jelang musim hujan yang arusnya kerap deras,” katanya, Selasa 12 November 2024.
Untuk jalan alternatif, ada jalan setapak yang pembangunan secara padat karyanya tak selesai alias mangkrak. “Kalo dari Desa Umbar berjarak memutar tiga sampe lima kilo meter, untuk sampai menyeberang Way Rilau yang ada jembatan beton dekat pesisir pantai. Silahkan dicek langsung, penjabat bupatinya jangan hanya menerima begitu saja laporan yang baik-baik saja dari anak buah sambil melihat google map,” kata Emil Salim.
Bagi warga dusun, jembatan tersebut satu-satunya akses menuju Desa Induk Desa Sukajadi, Desa Sukadamai, serta Desa Sabar Menanti. “Ada 50-an pelajar dari dusun menyeberang sungai untuk ke SD 1 Umbar. Jika banjir, anak-anak tak dapat pergi ke sekolah,” kata Emil diamini rekannya Azmi Yazi.
Jembatan gantung ini dibangun oleh Divisi SAR LP3UI Lampung bersama Vertical Rescue Lampung dan diresmikan pada 5 Januari 2019. Lokasinya menghubungkan Dusun Sukajadi, Dusun Sukadamai, dan Dusun Sabar Menanti di Pekon Umbar, Kecamatan Kelumbayan.
Awalnya, jembatan tersebut bertujuan memudahkan warga, terutama mereka yang tinggal di Dusun Sukajadi atau Lubuk Kejung, untuk menyeberang ke pekon induk. Namun, kerusakan yang terjadi sejak awal tahun 2023 telah membuat jembatan ini tidak lagi layak digunakan.
Prima, warga Dusun Sukajadi, menyampaikan bahwa jembatan ini adalah akses terdekat dan satu-satunya bagi masyarakat menuju pekon induk, Pekon Umbar. “Kerusakan jembatan sejak awal 2023 telah menyulitkan akses warga. Selama hampir setahun ini, perjalanan menuju pekon induk menjadi sangat sulit,” ujar Prima pada Sabtu, 9 November 2024 lalu.
Ia menambahkan bahwa jembatan ini memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, termasuk kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. “Kami sangat berharap pemerintah, khususnya pemerintah pusat, dapat membangun kembali jembatan ini,” harapnya.
Kondisi memprihatinkan ini menjadi lebih sulit saat musim hujan tiba. Para pelajar yang hendak ke sekolah kerap mengurungkan niat mereka karena khawatir terjebak banjir dan hanyut saat menyeberang. “Saat banjir keadaan mengancam keselamatan anak-anak dan memutus akses pendidikan mereka. Sebab anak-anak tidak berani menyebrang,” tandasnya.
Sekretaris Pekon Umbar Safik Ahmad, juga mengharapkan perhatian dari pemerintah pusat, provinsi, dan Kabupaten Tanggamus untuk mendukung pembangunan kembali jembatan ini. “Jembatan gantung ini mencakup kebutuhan warga di Dusun 2, Dusun 3, dan Dusun 4. Sangat penting bagi pembangunan di Pekon Umbar,” kata Safik.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah pekon, termasuk pengajuan proposal perbaikan. Namun, hingga kini, jembatan tersebut masih belum mendapat perbaikan yang dibutuhkan. Warga berharap segera ada perhatian konkret agar akses vital ini kembali dapat digunakan untuk menunjang kehidupan sehari-hari mereka. (Red)
Tinggalkan Balasan