Bandar Lampung, sinarlampung.co – Sejumlah media ramai-ramai melakukan aksi Boikot Rakata Institute salah satu Lembaga Survei yang ada di Lampung, Selasa 26 November 2024. Pemboikotan Lembaga Survei yang hanya muncul saat Pilkada, Pileg dan Pilpres itu, lantaran dianggap telah merendahkan profesi jurnalis dan media yang menaunginya. Pelecehan Pihak Rakata Institute terhadap media diketahui terjadi saat pers release hasil survei, Senin 25 November 2024 malam.
Sikap arogan yang ditunjukkan peneliti Rakata Institute, Fatih Raftsaal H Kuswanto, memanaskan situasi ketika sejumlah jurnalis bertanya terkait penggunaan logo media mereka tanpa konfirmasi terlebih dahulu.
Dalam grup WhatsApp resmi Rakata, dua jurnalis dari Viva.id Lampung dan IDN Times mengajukan pertanyaan terkait hal tersebut. “Izin bertanya Bang, untuk pemasangan logo, sebelumnya kok enggak ada pemberitahuan ya Bang? Soalnya saya takut ditanya sama kantor Bang,” tulis Ridwan, jurnalis Viva.id.
Namun, pertanyaan itu dijawab dengan nada kurang menyenangkan oleh Fatih. “Ya sudah kalau mau dihapus nggak apa-apa, Anda nggak bisa hadir di hari H kecuali Anda membawa surat resmi dari pimpinan,” tulisnya.
Fatih melanjutkan dengan pernyataan yang dianggap sinis, bahwa pihaknya membutuhkan surat pengantar dari pimpinan media jika ingin melakukan peliputan pada hari H (27/11) mendatang.
“Jadi jangan di balik-balik Bang. Baik, kita tunggu finalnya ya Bang dalam 5 menit. Yang membutuhkan data hasil survei ini Rakata atau media? Kami tidak diberitakan juga tidak apa-apa. Tapi masyarakat menunggu berita ini, kesempatan bagi media untuk mengambil posisi.” Tulis Fatih.
Menanggapi klaim bahwa masyarakat membutuhkan berita hasil survei Rakata, salah satu jurnalis dari Rilis.id mempertanyakan keyakinan Fatih.”Seberapa yakin masyarakat menunggu berita hasil survei dari Rakata?” tanyanya.
Fatih menjawab dengan nada yang dinilai merendahkan: “Kalau masyarakat ndak butuh, nggak perlu ditampilkan di media Anda. Masih banyak media lain yang membutuhkan dan nilai engagement-nya tinggi.”
Sikap meremehkan yang ditunjukkan Fatih tersebut belakangan menuai kecaman dari berbagai media di Lampung.
Pemimpin Redaksi Rilis Id Lampung, Ade Yunarso, menyebut tindakan tersebut melecehkan profesi jurnalis. Ia menilai, Rakata menunjukkan arogansi dan sikap tidak menghargai kerja jurnalistik.
“Jadi, kita minta turunkan logo Rilis.id karena saya nilai melecehkan media kita, dan saya menyatakan Rilis.id memboikot Rakata!” tandas Ade.
Ade mengatakan, kasus ini menjadi peringatan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kerja sama dengan media untuk lebih menghormati profesionalisme jurnalis.
Sementara Pemimpin Redaksi Pembaruan.id Ariyadi Ahmad, juga mengambil langkah tegas dengan melakukan aksi Boikot Rakata Institute.
“Kami tidak akan mentolerir tindakan seperti ini. Pembaruan.id secara resmi memutuskan hubungan apa pun dengan Rakata Institute dan menolak untuk meliput kegiatan mereka ke depan,” Ujar Ari.
Senada dengan Ari, Juniardi Pimpinan Redaksi Media Siber sinarlampung.co secara tegas juga menyatakan boikot apapun yang berhubungan dengan Rakata Institute.
Juniardi menyayangkan, kehilangan dukungan dari media dapat memengaruhi persepsi masyarakat terhadap Rakata. Karena menurutnya, Pers berdiri sebagai pilar ke empat dalam Demokrasi, berbeda dengan lembaga survei yang hadir hanya di momen tertentu.
“Saya berharap Rakata Institute segera melakukan klarifikasi dan permohonan maaf secara terbuka untuk menetralisir keadaan. Dan aksi boikot ini semoga jadi pelajaran, agar semua pihak termasuk Rakata Institute, memahami pentingnya menghormati aturan dan etika dalam bekerja sama dengan media,” tegas Juniardi mantan Ketua Komisi Informasi Lampung itu. (Red)
Tinggalkan Balasan