Akademisi Unila Arizka Warganegara Kini Bergelar Guru Besar Bidang Geografi Politik

Bandar Lampung, sinarlampung.co-Dosen tetap Fakultas Ilmu Sosial dan Polirik (Fisip) Universitas Lampung Dr Arizka Warganegara, dikukuhkan sebagai guru besar (Profesor,red) bidang Bidang Geografi Politik. Pengukuhan Prof Arizka Warganegara, oleh Rektor Universitas Lampung Prof. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, di Gedung Serba Guna (GSG) Unila, Senin 2 Desember 2024.

Rektor Unila menyatakan saat ini jumlah guru besar Kampus Unila menjadi 126 orang. Selain Prof. Arizka Warganegara, ada 5 guru besar lainnya yang dikukuhkan. Mereka adalah Prof. Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, S.Si., M.T., Prof. Gregorius Nugroho Susanto M.Si, Prof. Dr. Ernie Hendrawaty, SE MSi, Prof. Dr Amrizal, S.T, M.T., dan Prof. Radix Suharjo S.P. M.Agr. PhD.

Rektor mengatakan Keenam guru besar itu ditetapkan sejak 1 September 2024. SK-nya ditandatangani oleh Mendikbudristekdikti Nadiem Makarim. Bahkan dalam waktu dekat akan dikukuhkan lagi 9 guru besar dari Unila. “Penambahan guru besar bukan hanya aset universitas tetapi juga bagi negara. Kami berharap ilmu yang telah dikuasai untuk memberikan kontribusi bagi negara menuju Indonesia Emas,” ujar Lusmeilia Afriani.

Lusmeilia Afriani mengingatkan kepada para guru besar untuk terus berkontribusi tidak hanya tentang keilmuannya, tetapi juga menginspirasi bagi generasi muda.

Sementara dalam orasi ilmiahnya, Prof. Arizka Warganegara, S.I.P,. M.A,. Ph.D mengemukakan ada tiga tantangan dan hambatan dalam pengembangan studi geografi politik di Indonesia.

Pertama, studi yang bersifat interdisiplin seperti halnya geografi politik masih belum begitu familiar dalam konteks Indonesia sehingga para ilmuwan kita terbiasa melihat fenomena sosial politik dengan menggunakan kacamata tunggal.

Kedua pengembangan studi interdisiplin di Indonesia masih terlalu fokus pada level pascasarjana. Dalam konteks ini kata dia, seharusnya di Indonesia sudah mulai dibuka program studi di level sarjana berbasis keilmuan interdisiplin.

Ketiga, meletakkan studi geografi dan politik pada irisan departemen/jurusan yang berbeda membuat studi geografi politik di Indonesia tidak terlalu berkembang. Politik berdiri sendiri sebagai kajian, begitu juga geografi.

Oleh sebab itu, doktor lulusan USA ini mengusulkan beberapa hal yang dapat dipertimbangkan bagi membantu mengembangkan studi geografi politik di Indonesia. Seperti mata kuliah geografi politik harus dimasukkan sebagai salah satu mata kuliah wajib dalam program studi ilmu politik, ilmu pemerintahan, ilmu hubungan internasional, administrasi negara, dan geografi.

Kemudian mendorong penelitian-penelitian interdisiplin pada level pembelajaran sarjana bukan hanya pada level pascasarjana. Dan pengembangan asosiasi-asosiasi studi geografi politik atau memasukkan geografi politik sebagai salah satu speciality dalam asosiasi-asosiasi rumpun ilmu terdekat seperti asosiasi keilmuan Politik-HI-Pemerintahan dan asosiasi keilmuan geografi.

Orangtua Arizka, Saad Burhanuddin Warganegara dan Mashaurani Yamin mengungkapkan rasa bangganya atas pencapaian yang diraih putra keduanya itu. Dia berpesan setelah mendapat gelar profesor, agar tetap rendah hati dan tidak membandingkan dirinya dengan yang lain.

“Sebagai umat muslim, pesan yang utama tetap menjalankan ibadah. Kedua jangan sombong, kita mencari rahmat Allah SWT. Semua rekan tetap dianggap sama, jangan merasa kita di atas. Jangan lupa daratan. Karena apapun yang kita perbuat dan kita capai, akan dipertanggungjawabkan di akherat,” kata Mashaurani.

Sementara ayahanda Arizka, Saad Burhanuddin mengucapkan selamat. “Alhamdulillah atas capainnya, kami bangga. Mudah-mudahan dia bermanfaat bagi bangsa ini dan bagi keluarga,” imbuh Saad.

Ucapan bangga juga turut disampaikan dosen senior Fisip Unila, Prof DR Ari Darmastuti. Menurutnya Arizka merupakan mahasiswanya saat menempuh studi S1 Ilmu Pemerintahan Fisip Unila. “Kami keluarga besar Fisip Unila mengucapkan selamat terhadap Profesor Arizka Warganegara atas jabatan Guru Besar Geografi Politik-nya, kami sangat bergembira karena beliau masih sangat muda usianya, sudah meraih capaian luar biasa,” tutur Ari.

“Saya tidak heran dengan capaian yang beliau dapat, karena dari mahasiswa yang saya bimbing di S1 dulu, dia merupakan mahasiswa yang paling cepat lulus dengan hasil Cumlaude,” sambungnya. (Red)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *