Bandar Lampung, sinarlampung.co – Empat tahun terakhir, yakni periode 2021-2024, kondisi produksi padi di Provinsi Lampung meningkat. Menurut Pj. Sekretaris Daerah (Sekda) Lampung, Fredy, peningkatan itu bisa dilihat dari capaian pada 2021 yakni mencapai 489.573 Ha, 2022 mencapai 518.256 Ha, dan 2023 mencapai 530.108 Ha. Sedangkan, produksi padi pada 2024 naik tipis yakni hanya 531.616 Ha saja.
“Sedangkan capaian produktivitas juga mengalami peningkatan dari 50,77 Ku/Ha menjadi 51,87 Ku/Ha, 52,03 Ku/Ha dan pada tahun 2024 ini diperkirakan mengalami penurunan menjadi 51,37 Ku/Ha karena dampak kekeringan,” ujar Fredy dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Swasembada Pangan Provinsi Lampung di Balai Keratun, Komplek Dinas Kantor Gubernur, Bandar Lampung, Rabu, 18 Desember 2024.
Fredy mengatakan bahwa program ini sesuai dengan yang termuat pada Asta Cita yang salah satunya adalah Mendorong Kemandirian Bangsa melalui Swasembada Pangan, Energi, Air dan Ekonomi.
Ia juga menyampaikan bahwa peningkatan produksi padi selalu dihadapkan beberapa tantangan dalam pembangunan pertanian, antara lain perubahan iklim, kondisi perekonomian global, gejolak harga pangan, bencana alam, peningkatan jumlah penduduk, aspek distribusi dan alih fungsi lahan.
“Sebagai informasi, capaian kinerja khususnya dalam capaian produksi gabah pada tahun 2024 bila dibandingkan tahun 2023 terjadi penurunan meskipun luas panen lebih tinggi dari tahun 2023,” katanya.
Perkiraan produksi gabah hingga Desember 2024, mencapai 2.731.226 ton GKG (turun 26.672 ton GKG) dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 2.757.898 ton GKG.
Fredy menyebut bahwa dengan luas panen tahun 2024 diperkirakan mencapai 531.617 Ha sedangkan tahun 2023 mencapai 530.108 Ha yang disebabkan adanya kekeringan di bulan Agustus-September 2024 lalu.
Berdasarkan data ATR/BPN, Provinsi Lampung yang memiliki potensi lahan sawah tahun 2024 terjadi penurunan dari 361.699 Ha menjadi 337.285 Ha,
Ferdy menekankan bahwa Pemerintah Provinsi Lampung akan melakukan upaya-upaya untuk mencapai target tanam sesuai ketetapan yang telah ada maupun tambahan tanam yang telah ditarget oleh pemerintah pusat dengan harapan adanya dukungan perbaikan-perbaikan.
“Terutama dalam penyediaan ketersedian air, selain penyediaan benih sesuai tepat waktu, jumlah, mutu, harga, tempat dan jenis,” ujarnya.
Dalam rangka mencapai swasembada pangan , pada tahun 2025 Provinsi Lampung diberi target sebesar 1.034.205 Ha yaitu dari pertanaman reguler seluas 849.384 Ha dan dari optimalisasi lahan dan cetak sawah seluas 184.821 Ha. Target tersebut meningkat tajam dari target sebelumnya 623.899 Ha (136,14 %).
Fredy menegaskan bahwa untuk mencapai hal tersebut diperlukan usaha yang tidak biasa-biasa saja alias luar biasa karena dari lahan baku 337.285 Ha maka berarti IP yang harus dicapai sebesar 2,52 dari IP awal 1,8.
Ia menyampaikan bahwa beberapa hal tersebut dapat dicapai melalui penyediaan air sepanjang tahun, untuk itu perlu penyediaan air yang cukup, perbaikan irigasi baik jaringan, bendungan, pintu-pintu air, pompa air, irigasi perpompaan, sumur tadah dalam, embung dan lain-lain.
Selanjutnya, penyediaan pupuk yang mencukupi untuk luasan tersebut, penyediaan benih, alat dan mesin pertanian baik pra panen (traktor) maupun pasca panen combine harvester serta pengering dan penggilingan padi serta pembinaan/pengawalan pendampingan di lapangan.
Fredy berharap rakor ini dapat menciptakan gagasan-gagasan aktif dalam mendukung swasembada pangan di Indonesia khususnya di Provinsi Lampung.
“Untuk itu diperlukan koordinasi dan sinergitas semua stakeholder agar tercapai apa yang dicita-citakan yaitu Swasembada Pangan,” tegasnya. (*)
Tinggalkan Balasan