Bandar Lampung, sinarlampung.co – Edy Samudra Kertagama sastrawan tanah lada yang namanya sudah melegenda membacakan puisi pada buku Senja dan Gerimis bersama pembaca puisi nasional Nisrina Muadzah El Dzakiyyah dari Sanggar Teater Jabal Tanggamus pada acara sampaikan pada acara Monolog Mawar Terakhir “Kenangan itu membuatku terasa mati” karya Taufik Hidayat dan Pembacan Puisi oleh Edy Samudra Kertagama di Gedung Dewan Kesenian Lampung (DKL). Senin, 24 Februari 2025.
Pada akhir acara beberapa penonton menyampaikan apresiasi dan testimoninya. Diana Rosa selaku Kepala Subagian TU Taman Budaya Lampung mengatakan, kami sangat menyambut baik dan berbahagia dengan adanya pementasan Monolog dengan judul Mawar Terakhir karya Taufik Hidayat dari Komunitas Kata Kita.
“Semoga dengan adanya group-group teater di Provinsi Lampung ini akan menambah karya-karya teater yang secara kualitas baik dan menumbuhkan ekosistem berkesenian yang baik dan sehat. Semoga Komunitas Kata Kita selalu berkarya dan berkarya serta berprestasi untuk Provinsi Lampung”, pungkas Diana.
Pada kesempaatan yang sama, Arsiya Heni Puspita dengan nama pena Arsiya Oganara menambahkan, Bang Taufik sangat menjiwai sebagai tokoh pria yang begitu berlebihan mencintai Mawar. “Saya merasa secara emosi terbawa pada alur ceritanya”, tandas Journalist dan penulis.
Beni selaku Ketua Ormas Gerakan Rakyat Provinsi Lampung berkomentar, pertujukan monolog ini hal yang penting untuk lebih menggalakkan kesenian di kota Bandar Lampung serta Provinsi Lampug karena pertunjukan ini jarang biasanya beramai-ramai pemainnya. Monolog ini hal yang positif dan baik kedepannya dan lebih digalakkan lagi.
“Bung Taufik sangat menjiwai karakternya sebagai seseorang yang kehilangan sosok wanita yang sangat dicintai sampai Mawar sudah meninggal”, tutup Beni.
Tak lupa, Reno Arlan selaku guru SMAN 4, pertunjukan ini baik sekali, sangat menginspirasi untuk kawan-kawan.
“Saya kira monolog ini terlalu absurd, artinya dalam kehidupan nyata banyak terjadi, pihak laki-lakinya terlalu berlebihan, prianya merasa sebagai pihak pemanang ketimbang wanitanya”, pungkas Reno.
Kemudian, Fera Puspita Tamsul dari UKMBS Kombir Darmajaya menyatakan, tokoh lelaki yang mempunyai rasa cinta yang sangat besar pada Mawar sampai menimbulkan persaan obsesi, namun berakhir tragis karena Mawar pergi untuk selamanya.
Lalu, Sabrina Rizkiya juga dari UKMBS Kombir Darmajaya membeberkan, Mawar Terakhir ini bukan hanya monolog tentang cinta tapi tentang perjalanan emosi dalam menghadapi kehilangan dan harapan. Bukan cuma soal cinta dalam arti romantis, tapi juga cinta yang lebih luas cinta terhadap kehidupan, kenangan, atau bahkan diri sendiri.
“Mawar Terakhir seolah menjadi simbol dari sesuatu yang indah tapi juga rapuh, sesuatu yang harus dilepaskan meski berat”, tutup Sabrina.
Diketahui, Komunitas Kata Kita merupakan komunitas yang bergerak pada bidang kesenian, istilahnya adalah wadah untuk para pegiat seni, Komunitas Kata Kita di dirikan oleh Taufik Hidayatullah pada 11 Oktober 2024.
Komunitas Kata Kita sudah mengadakan pementasan teater sebanyak tiga kali dengan judul Si Bolo, Roy Story dan Bolo Mau Kawin. Komunitas Kata Kita kami memiliki divisi teater dan divisi tari, selengkapnya bisa check Instagram @theater_katakita dan @tari_katakita.
Acara diawali dengan penampilan Modern Dance oleh Syafani Intan Nuranita Ketua Divisi Tari Komunitas Kata Kita sekaligus siswi SMA N 7 Bandar Lampung. (Heny)
Tinggalkan Balasan