Sampah Jadi Karya Seni: Asep, Pemuda Asal Sukamaju yang Sulap Limbah Jadi Kaligrafi dan Miniatur Indah

Lampung Selatan, sinarlampung.co – Di tangan kreatif Asep Saepul Rahman, pemuda asal Desa Sukamaju, Kecamatan Way Sulan, Kabupaten Lampung Selatan, limbah dan bahan bekas disulap menjadi karya seni bernilai tinggi. Mulai dari lukisan, kaligrafi bakar, miniatur rumah, hingga bunga hias dari daun karet tua, semuanya ia ciptakan dengan penuh ketekunan.

 

Asep mulai menekuni seni sejak duduk di bangku kelas dua di MTs Anatus Shibyan Sukamaju pada tahun 2018. Minatnya terus berkembang hingga ke jenjang SMA di Nurul Hidayah, Desa Karang Pucung. Berbekal keingintahuan dan semangat belajar secara otodidak lewat YouTube, Asep merakit sendiri alat pembakar untuk kaligrafi menggunakan charger ponsel bekas dan jarum suntik. Setelah beberapa kali gagal, ia akhirnya membeli alat solder dan trafo seharga Rp600 ribu dari hasil bekerja serabutan dan menabung.

 

“Pertama saya sketsa dulu di atas triplek supaya kalau salah bisa dihapus. Setelah itu baru saya ukir pakai alat bakar,” ujar Asep saat ditemui di kediamannya.

 

Menurutnya, satu lukisan atau kaligrafi biasanya membutuhkan waktu pengerjaan dua hingga tiga jam, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan. Sementara untuk karya miniatur yang menggunakan kardus bekas, tusuk sate, dan sendok es krim, bisa memakan waktu hingga tiga hari.

 

Harga jual karya Asep pun terjangkau. Untuk lukisan ukuran kertas HVS, ia mematok harga sekitar Rp65 ribu. Sementara kaligrafi ukuran besar (30×40 cm) bisa mencapai Rp400 ribu, tergantung tingkat kerumitan.

 

Namun, usaha kreatif ini tidak selalu berjalan mulus. Setelah lulus SMA pada 2022, Asep sempat mendapat banyak pesanan dari pelanggan di Palembang dan Lampung Timur. Sayangnya, keterbatasan modal membuatnya harus berhenti sejenak dan merantau selama setahun demi membantu perekonomian keluarga.

 

Kini, ia kembali ke desanya dan melanjutkan usaha seni tersebut sembari membantu orang tua di sawah atau ikut bekerja sebagai buruh bangunan. Ia juga aktif melakukan siaran langsung di TikTok sambil melukis dan membuat kaligrafi untuk menarik perhatian publik.

 

Selain seni lukis dan kaligrafi, Asep juga tengah mengembangkan kerajinan bunga dan buket dari daun batang karet yang sudah menua. Proses pengolahan daunnya dilakukan secara tradisional, yaitu dengan merendamnya di lumpur selama 20 hari atau merebus dengan soda api untuk memisahkan serat daun.

 

“Harapan saya, usaha ini bisa terus berkembang. Karena ini keahlian saya. Saya berharap ada perhatian dari pemerintah desa maupun Pemkab Lampung Selatan,” ujarnya penuh harap.

 

Dengan kreativitas dan ketekunannya, Asep menjadi bukti bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk berkarya. Ia melukis mimpinya, satu garis demi satu guratan, dari sampah menjadi karya seni bernilai. (Waluyo)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *