Bandar Lampung, sinarlampung.co – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Lampung akan mewajibkan siswa membaca dan menulis selama 10 menit setiap hari.
Kewajiban ini berlaku untuk seluruh jenjang, mulai dari SD, SMP, hingga SMA. Kepala Disdikbud Lampung, Thomas Amirico, menyatakan aturan ini akan segera dituangkan dalam surat keputusan.
“Program ini untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) di Provinsi Lampung,” kata Thomas dalam acara Gebyar Literasi Nasional di Nuwa Baca Zainal Abidin, Bandar Lampung, Selasa (29/7/2025).
Ia menyebut IPLM Lampung saat ini berada di angka 64,81. Masih tergolong sedang, tapi di bawah rata-rata nasional yang mencapai 73,52. “Kota Metro 94,41 sangat tinggi, sedangkan Lampung Timur 45,11 tergolong rendah,” ujarnya.
Thomas mengungkapkan, secara nasional IPLM Lampung berada di posisi ke-20. Sebanyak 64 persen warga Lampung mengenyam pendidikan, sementara 36 persen lainnya tidak sekolah. “Kalau karena ekonomi, sekolah digratiskan. Kalau kelasnya kurang, akan dibangun kelas baru. Kalau karena nikah dini, ada Paket C dan sekolah terbuka,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan para kepala sekolah agar mempersiapkan siswa masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). “Buat skala prioritas, tingkatkan kompetensi guru, dan ajarkan siswa kemandirian,” imbuhnya.
Secara umum, Tingkat Melek Huruf Lampung untuk usia 15 tahun ke atas sudah 97,36 persen. Angka ini sedikit lebih tinggi dari rata-rata nasional yang berada di 96,67 persen. Namun, Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) Lampung masih di angka 67,67. Lagi-lagi, di bawah rata-rata nasional 72,44.
Thomas juga memaparkan beberapa program literasi di bawah kepemimpinannya. Mulai dari Trans Vokasi, Trans Cangkok (akses kuliah gratis di Unila dan masuk SMA 2 Bandar Lampung), SMA Terbuka usia 16–75 tahun, hingga Aksi Jihan.
Pegiat Literasi Dukung, Tapi Minta Program Tak Sekadar Formalitas
Eko Prasetyo, pegiat literasi dari Komunitas Pustaka Kencana Way Kanan, menyambut baik kebijakan wajib baca tulis 10 menit tersebut. “Secara normatif itu sangat bagus. Ini bukti dukungan Disdikbud Lampung terhadap gerakan literasi,” katanya.
Eko mengaku dirinya dan para pegiat literasi lainnya sudah lama menerapkan kegiatan membaca, menulis, dan berhitung (calistung) di berbagai taman baca dan perpustakaan masyarakat.
Ia menilai baca tulis 10 menit adalah bagian dari 6 literasi dasar yang penting, khususnya untuk anak-anak yang masih sekolah, tidak sekolah, maupun putus sekolah. Namun, ia berharap program ini tidak berhenti pada tataran wacana. Harus ada evaluasi dan pengawasan yang serius di lapangan.
“Tidak hanya sekadar rutinitas dan himbauan, tapi pastikan kegiatan itu berdampak nyata bagi siswa. Baik akademik, interpersonal, maupun output berupa karya dari hasil membaca,” tandas Eko. (Heny)
Tinggalkan Balasan