Pringsewu, sinarlampung.co – Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pringsewu sukses menggelar Konferensi Internasional bertajuk “Empowering Islamic Education and Digital Economy for a Sustainable Future”, pada Senin, 28 Juli 2025. Acara ini diikuti oleh empat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) di bawah naungan Kopertais Wilayah XV Lampung, yaitu STEBI Tanggamus, STIT Tanggamus, STIT Al-Multazam, dan STEBI Liwa.
Konferensi dilaksanakan secara hybrid (kombinasi luring dan daring), dan dihadiri oleh mahasiswa, akademisi, peneliti, serta praktisi dari berbagai institusi dalam dan luar negeri. Antusiasme tinggi terlihat dari partisipasi puluhan narasumber dan peserta lintas disiplin ilmu yang turut memperkaya diskusi ilmiah selama acara.
Sejumlah pemateri internasional turut hadir dalam forum bergengsi ini, di antaranya Prof. Tamer Sa’ad Ibrahim Khedr dari Canal Suez University (Mesir), Satria Abadi, Ph.D dari Universiti Pendidikan Sultan Idris (Malaysia), dan Andino Maseleno, Ph.D dari The University of The Gambia. Kehadiran para narasumber ini mempertegas posisi konferensi sebagai wadah kolaborasi ilmiah global.
Riki Renaldo, Ketua STEBI Tanggamus, menyampaikan materi bertema “Memperkuat Ekosistem Ekonomi Halal Melalui Transformasi Digital dan Pemberdayaan Masyarakat”.
Dalam pemaparannya, Riki menekankan pentingnya adaptasi teknologi sebagai pendorong pertumbuhan sektor ekonomi halal.
“Transformasi digital bukan hanya soal adopsi teknologi, tetapi juga menyangkut perubahan pola pikir, efisiensi kerja, dan penciptaan nilai baru yang selaras dengan prinsip syariah,” jelasnya.
Ia juga menyoroti tantangan yang sering dihadapi, mulai dari keterbatasan sumber daya manusia, keamanan data, hingga resistensi terhadap perubahan di tingkat organisasi. Untuk itu, strategi implementasi yang terencana menjadi sangat penting, termasuk kepemimpinan yang visioner, pemanfaatan cloud computing, data analytics, serta otomasi proses bisnis.
“Transformasi digital bukan lagi pilihan, tetapi keniscayaan, termasuk dalam penguatan ekosistem ekonomi halal. Dengan pendekatan yang terarah, kita bisa menjawab tantangan zaman dan membangun masa depan yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Riki
Riki menyatakan bahwa ekosistem ekonomi halal harus mampu menjawab kebutuhan zaman tanpa mengabaikan nilai-nilai Islam. “Digitalisasi adalah alat, bukan tujuan. Tujuannya tetap pada pemberdayaan umat dan keberlanjutan ekonomi berbasis nilai,” tegasnya.
Di akhir konferensi, panitia menyampaikan harapan agar agenda ilmiah seperti ini dapat terus dilaksanakan secara konsisten. Tidak hanya untuk memperkuat kontribusi akademik PTKIS di Lampung, tetapi juga dalam rangka membangun peran strategis Indonesia dalam diskursus pendidikan Islam dan ekonomi digital di tingkat global. (Wisnu)
Tinggalkan Balasan