Tanggamus, sinarlampung.co — Menyusul bencana gelombang tinggi yang melanda perairan Teluk Semaka, Kota Agung, pada Minggu hingga Selasa (28–29 Juli 2025), Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tanggamus, Darma Setiawan, S.Kom., M.M., bersama jajaran turun langsung ke lapangan guna meninjau kerusakan yang dialami para nelayan. Bencana tersebut menyebabkan puluhan perahu rusak berat, tenggelam, bahkan hilang terseret arus, dengan total kerugian ditaksir mencapai miliaran rupiah. Kamis 31 Juli 2025
Kunjungan dimulai dari kawasan Muara Indah dan berlanjut ke Pantai Kapuran, yang menjadi salah satu titik konsentrasi pemukiman nelayan. Dalam kegiatan itu, Darma didampingi JF Perikanan Tangkap Benny Ciptaan, Frans JP, tokoh masyarakat, serta Ketua RT setempat.
“Saya merasa sangat prihatin atas musibah yang menimpa saudara-saudara kita nelayan di Kota Agung. Ini bukan hanya soal kerusakan kapal, tetapi menyangkut penghidupan dan kesejahteraan mereka,” kata Darma saat berdialog dengan warga terdampak.
Menurutnya, pemerintah daerah tengah melakukan pendataan secara rinci terkait kerugian dan dampak di lapangan. Ia menegaskan pentingnya kebersamaan dan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana alam.
“Kita tidak bisa menolak kehendak alam, tapi kita bisa saling menguatkan. Saya minta para nelayan tetap tabah dan tidak kehilangan harapan. Kami dari dinas akan berusaha mencari solusi terbaik, termasuk kemungkinan bantuan agar nelayan bisa kembali melaut,” ujarnya.
Berdasarkan laporan sementara, tercatat sebanyak 30 kapal mengalami kerusakan dalam berbagai tingkat, mulai dari ringan hingga total. JF Perikanan Tangkap, Benny Ciptaan, menjelaskan bahwa jenis kerusakan meliputi:
1 kapal payang hancur total, 1 kapal kursin tenggelam, 1 kapal bagan rusak berat, 10 kapal bong-bongan (4 rusak ringan, 3 rusak berat, 3 hancur), 6 kapal jaring rampus (2 rusak berat, 3 hancur, 1 tenggelam), 9 kapal jaring udang (3 rusak ringan, 3 rusak berat, 1 hancur, 2 hilang) dan 1 perahu fiber jenis watangan kipas ketinting hilang.
“Sebagian besar kapal merupakan jenis fiber bermesin besar dan dilengkapi alat tangkap bernilai tinggi. Nilai kerugian sangat signifikan,” jelas Benny.
Pasca kejadian, ratusan nelayan di kawasan tersebut terpaksa menghentikan aktivitas melaut karena kehilangan armada dan perlengkapan. Mereka kini menggantungkan harapan pada dukungan pemerintah agar dapat segera kembali mencari nafkah. (Wisnu)
Tinggalkan Balasan