Radin Inten II Gugur Usia Muda

Radin Iten II (1834 – 1856) gugur di usia muda 22 tahun dan belum berkeluarga pada tanggal 5 Oktober 1956. Radin Inten II secara resmi menyandang gelar sebagai Ratu pemimpin Keratuan Darah Putih di usia ke 16 tahun. Selanjutnya pimpinan adat Keratuan Darah Putih dilanjutkan oleh sepupunya yaitu Muhammad Djamil Dalom Kesuma Ratu dan keturunannya hingga sekarang ini. 

Berdasarkan Kepres RI No.082/TK/Tahun 1986 Tentang “Penganugerahan Pahlawan Nasional”, saat itu Soeharto Presiden RI ke-2 memberikan Penganugrahan Pahlawan Nasional pada Radin Inten II di Jakarta, 20 Oktober 1986. Gelar pahlawan nasional diberikan sebagai pengakuan negara atas jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Bagaimana sekilas Silsilah Keturunan Radin Inten II? Apa harapan dan pesan bagi pemerintah terkait kompleks makam Radin Inten II? Bagaimana sikap pemuda-pemudi pada perayaan 80 tahun Indonesia Merdeka dalam konteks kepahlawanan Radin Inten II? Apa saja pesan dan harapan bagi generasi muda dalam mengisi kemerdekaan?

Radin Inten II Gugur pada Jamuan Makan Belanda

Menurut Yogha Pramana bergelar Raden Mas Kesuma Ratu seorang Tokoh Muda Keratuan Darah Putih, perang melawan penjajahan Belanda sudah berjalan tiga generasi. Mulai dari Radin Inten I berlanjut ke generasi ke dua masa Radin Imba II sampai masa Radin Inten II.

Dari awal generasi sampai generasi Radin Iten II Belada selalu mencari cara bagaimana menerapkan kebijakan politik devide et impera. Ini merupakan kebijakan Belanda (VOC) dalam menguasai wilayah Nusantara dengan memecah belah kerajaan-kerajaan dan kelompok-kelompok masyarakat Indonesia.

Pada masa Radin Inten II Belanda memanfaatkan kedekatannya dengan paman Radin Inten II mengundang untuk menghadiri jamuan makan. Acara ini lokasinya di antara Desa Gayam dan Desa Tata’an.

Saat jamuan makan inilah Radin Iten II disergap. Ia mengadakan perlawanan bersama beberapa anak buahnya dan ketika itu juga ia gugur. Kemudian jenazahnya dibawa ke Benteng Cempaka (makamnya saat ini) karena inilah lokasi yang terdekat.

Benteng pertahanan lainnya berada di pesisir dan di puncak gunung. Masa pemerintahan Kerajaan Radin Iten I, masyarakat banyak tinggal di sekitar benteng dengan tujuan untuk pertahanan serangan dari penjajah Belanda.

Saat ini keturunan Keratuan Darah Putih lebih banyak berdomisili di Desa Kuripan setelah 14 tahun terpisah. Kemudian disatukan oleh Muhammad Djamil bergelar Dalom Kesuma Ratu.

Tokoh Muda Keratuan Darah Putih

Pada kesempatan ini juga, Yogha Pramana menyampaikan sekilas silsilah keluarga Radin Inten II. Radin Inten II adalah putra kebanggaan yang berasal dari Desa Kuripan Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan. 

“Beliau merupakan putra tunggal dari Radin Imba II, cucu dari Radin Inten I. Berasal dari garis keturunan Muhammad Aji Saka Ratu Darah Putih bin Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati”, kata Aden Yogha sapaan akrabnya.

Ia menyebut dari leluhurnya, beliau mewarisi semangat juang, keberanian, dan rasa tanggung jawab untuk melindungi rakyat serta mempertahankan tanah Lampung dari penjajah. “Jadi, silsilah ini bukan hanya soal darah keturunan, tetapi juga warisan nilai dan perjuangan yang terus kami jaga sampai hari ini,” tegasnya.

Aden Yogha berharapan dan berpesan bagi pemerintah terkait keberadaan kompleks makam Radin Inten II. “Kami berharap pemerintah terus menjaga dan merawat kompleks makam Radin Inten II, ini bukan hanya sebagai tempat peristirahatan pahlawan, tetapi juga sebagai pusat edukasi sejarah dan sumber inspirasi bagi generasi muda”, imbuhnya.

Dengan pengelolaan yang baik, kompleks ini bisa menjadi destinasi wisata sejarah, tempat penelitian, dan ruang belajar tentang nilai-nilai perjuangan yang diwariskan oleh Radin Inten II, ujar penggiat dan pelestari seni dan budaya.

Pemilik Sanggar Intan Kuripan Kalianda juga mengingatkan bagaimana sikap pemuda-pemudi pada perhelatan 80 tahun Indonesia Merdeka dalam konteks kepahlawanan Radin Inten II. “Kalau dulu Radin Inten II berjuang melawan penjajah dengan senjata, maka sekarang pemuda-pemudi harus berjuang dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, inovasi, dan integritas,” ucapnya.

Tantangan kita sekarang adalah kemunduran moral, kemiskinan, dan kebodohan. Semangat pantang menyerah, keberanian, dan keteguhan hati Radin Inten II harus kita terapkan dikehidupan sehari-hari untuk menjaga dan memajukan Indonesia, ucapnya penuh semangat.

Aden Yogha juga menyampaikan pesan bagi generasi muda dalam mengisi kemerdekaan. “Kemerdekaan yang kita nikmati hari ini adalah hasil dari pengorbanan jiwa dan raga para pahlawan,” tambahnya.

Pesan saya untuk generasi muda, isi kemerdekaan ini dengan prestasi, jaga persatuan, dan utamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi. Terus belajar, berkarya, dan menjaga jati diri kita sebagai bangsa Indonesia, agar cita-cita para pahlawan untuk melihat Indonesia merdeka, adil, dan makmur benar-benar terwujud, pungkas Aden Yogha.

Kompleks Makam Pahlawan Nasional Radin Inten II.

Pagar tembok setinggi dua meter dengan pintu gerbang memiliki ketinggian yang sama terbuat dari besi warna hitam berjarak ruang terbuka. Sehingga bisa melihat patung Radin Inten II berdiri kokoh seakan menunjukkan semangat bagi pemuda-pemudi untuk mengisi kemerdekaan dengan dedikasi dan prestasi. 

Komplek Makam Pahlawan Nasional Radin Inten II, lokasinya berada di pinggir jalan diantara rumah-rumah penduduk desa Gedungharta Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan. Tertera tulisan ukurang besar dengan media beton “Makan Pahlawan Nasional Radin Inten II”, berada di kiri komplek makam. Makam juga Benteng Cempaka berjarak 18 km dari Ibukota Kabupaten Lampung Selatan Kota Kalianda. 

Pada hari itu, pintu gerbang terkunci hanya waktu-waktu tertentu gerbang dibuka. Bagi peziarah dan pengunjung bisa melalui pintu kecil di sebelah kiri komplek makam. Pandangan pertama di sebelah kanan beberapa penduduk menyapa dengan ramah para penziarah. 

Mereka menjual buah-buahan hasil tanamannya seperti papaya dan jambu. Juga opak mentah, makanan ringan dan es teh. Biasanya penziarah akan bersantai ria di area ini setelah proses ziarah atau kunjungan selesai.

Tak jauh dari tempat ini, tampak di depan kurang dari 50 meter makam Pahlawan Nasional Radin Inten II berada lebih tinggi dari bangunan lainnya. Namun sebelum nenuju ke makam, berdiri kokoh di sebelah kiri patung Radin Inten II diatas batu hitam besar.

Radin Iten II memakai tutup kepala Kikat Kenuy Melayang khas Lampung berbentuk seperti burung elang yang sedang terbang warna kemerahan. Rambut panjang hitam terurai disertai kumis tertata rapi dan pandangan tajam kedepan menandakan keberanian melawan penjajahan Belanda.

 Ia juga memakai baju dengan panjang lengan 2/3 serta celana sebatas lutut warna perak ditambah ornamen bermotif dengan benang warna emas menandakan begitu kaya Lampung dengan sumber daya alam. Baju dan celana ini biasa dipakai bangsawan Eropa, ini merupakan hasil pertukaran dagang kala itu. 

Terselip pisau gagang hitam di tengah dan dibalut warna emas serta sarung warna emas pula terletak di perut sebelah kiri. Ia berdiri tegak dan gagah memakai sendal kulit berwarna hitam.

Saat tiba di makam tunggal Radin Inten II yang dipagar besi warna hitam setelah menaiki tangga. Dua karpet merah bermotif kotak-kotak terahampar menghadap makam, disinilah para peziarah memanjatkan doa bagi Radin Inten II beserta keturunannya juga bagi Bangsa Indonesia agar bisa mandiri dan berdiri sejajar dengan negara-negara maju lainnya.

Makam ini dibalut batu pualam putih sedikit bintik-bintik hitam menambah elegan dan bisa lebih dalam memaknai keberadaan pahlawan nasional yang terus berjuang hingga akhir hayatnya menentang penjajah Belanda.

Begitu pula hendaknya bagi peziarah serta pemuda-pemudi selalu bersuara dengan gigih dan berani menentang segala bentuk kezaliman yang mengekang kemerdekaan dalam segala hal dan menghabat kedaulatan bangsa.

Dua nisan berwaran emas menandai makam ini. Pahatan kepala Radin Iten II juga warana emas, pada bagian kepala makam disertai tulisan sebelah kanan bawah “Radin Inten Gugur pada 5 Oktober 1856. Diresmikan pada tanggal 5-10-1967 a/n Panitia. Gubernur Lampung H. Zainal Abidin P A & Bup/KDH.

Pada sebelah kiri makan tertera Silsilah Keturunan Pahlawan Nasional Radin Inten II ukuran besar 1 x 2 meter. Tertanda dibawanya, Keratuan Darah Putih, Kuripan Kecamatan Penengahan Lampung Selatan.

Benteng Cempaka nama lain dari komplek ini, merupakan tempat keseharian Radin Inten II di antara tempat-tempat lainnya. Masih bisa kita lihat peninggalannya yaitu parit sebagai alat untuk mempertahankan benteng dari serangan musuh. Balai Adat/Sesat Agung yang berada di sebelah kanan Patung Radin Inten II. Kemudian fasilitas umum lainnya, Museum Mini dan mushollah.

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *