Dalih Telkomsel Soal Kabel Putus Dinilai Mengada-ada, Ketua LMPI Cukuh Balak: “Ini Kelalaian Sistemik”

Tanggamus, Sinarlampung.co — Alasan Telkomsel yang menyebut gangguan jaringan di Tanggamus disebabkan kabel bawah tanah putus akibat longsor dan proyek jalan, dipatahkan oleh temuan di lapangan. Warga menilai dalih itu hanya upaya menutupi kelalaian teknis yang sudah lama terjadi. Minggu (10/8/2025).

 

Pantauan LMPI di Kecamatan Limau mengungkap kabel bawah tanah Telkomsel ditanam jauh lebih dangkal dari standar ideal 1,5 meter. Kondisi serupa terjadi di Pekon Tanjung Betuah, Kecamatan Cukuh Balak, bahkan kabel yang diduga milik Telkomsel dibiarkan membentang di tepi jalan raya tanpa perlindungan memadai.

 

Ketua Markas Anak Cabang Laskar Merah Putih Indonesia (MAC LMPI) Kecamatan Cukuh Balak, Zainuddin, menilai hal ini sebagai kesalahan serius yang bersifat sistemik.

“Kalau penanamannya sesuai SOP, kabel tidak akan mudah terjangkau alat berat. Ini jelas kelalaian,” tegasnya.

 

Bukan hanya soal teknis pemasangan, Zainuddin juga menyoroti Corporate Social Responsibility (CSR) Telkomsel yang ia nilai “gelap” dan tanpa kejelasan.

“Telkomsel harus menjelaskan apa tanggung jawab mereka terhadap masyarakat dan lingkungan,” ujarnya.

 

Sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, Telkomsel kerap menggaungkan program CSR seperti Telkomsel Jaga Bumi, Baktiku Negeriku, dan TERRA. Namun, menurut warga, manfaat langsung dari program tersebut nyaris tidak pernah dirasakan, khususnya di daerah-daerah pinggiran yang justru menjadi sumber pendapatan perusahaan.

 

Zainuddin menegaskan bahwa CSR bukanlah belas kasihan atau ajang pencitraan, melainkan kewajiban hukum.

“Kewajiban ini menuntut transparansi penuh, berapa anggarannya, ke mana disalurkan, dan apa dampaknya. Yang dibutuhkan adalah bukti nyata di lapangan, bukan sekadar promosi di layar,” pungkasnya.

 

Masyarakat memperingatkan, selama Telkomsel tidak membenahi standar teknis jaringan dan menjalankan CSR secara transparan, kepercayaan publik akan terus terkikis. Mereka menegaskan, Telkomsel bukan sekadar penjual sinyal, tetapi bagian dari pembangunan bangsa yang keberadaannya harus memberi manfaat nyata bagi masyarakat. (S. Keir)

 

 

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *