Novi Marzani, Wakil Ketua Komisi II DPRD Tulangbawang berniat memanggil Dinas Perdagangan guna menyikapi persoalan tersebut. Karena retribusi kebersihan pasar tetap ditarik Dinas Pasar. “Secepatnya kita panggil Dinas Perdagangan guna mempertanyakan apa yang menjadi persoalan. Sehingga angkutan sampah dan lokasi tempat pembuangan akhir tidak dibangun. Tapi, retribusi tetap ditarik,” katanya.
Rohadi, anggota Komisi III DPRD juga menuding Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) terkesan cuek terhadap dampak lingkungan akibat menggunungnya sampah di tengah pasar. “Seharusnya BLHD tanggap atas keluhan pedagang dan masyarakat, bukannya buang badan dan saling tuding,” katanya.
Dinris (32), warga asal Kota Palembang mengaku ingin muntah saat melewati tempat itu. “Nafsu makan langsung hilang ketika ingat tempat sampah itu. Banyak sampah terbiarkan dalam waktu berbulan-bulan lamanya hingga menggunung,” katanya.
Kepala Dinas Perdagangan Tulangbawang, Firmansyah, mengklaim telah menyelasaikan masalah tersebut. “Pengelolaannya saat ini mulai kita ambil alih, sudah kita tangani bekerjasama dengan pemerintahan kampung. Sementara petugas yang menangani selama 10 tahun diberhentikan, sekarang sudah dilakukan pemilihan untuk pengurus baru pasar,” katanya.

Dalam laman http://ismu-nagaritohlangpohwang.blogspot.com/2012/03/pasar-rawa-jitu-dipenuhi-gunungan.html ditulis, gunungan sampah di depan halaman pasar Minggun Gedung Karya Jitu dinilai sangat tidak layak, lantaran tumpukan sampah menggunung di sepanjang halaman depan pasar. Terlebih berada dibibir jalan sehingga keberadaanya sangat menggangu pemandangan dan keindahan pasar.
Warga dan pedagang banyak yang mengeluh karena sampah dari dalam pasar hanya dikumpulkan dan ditumpuk di depan halaman pasar. Kondisi tersebut sangat meresahkan warga sekitar dan para pedagang karena kesan kumuh dan bau busuk yang sangat menyengat dapat merusak citra pasar tempat mereka mencari nafkah.
Kondisi tersebut semakin parah manakala turun hujan seperti saat ini karena sampah – sampah membusuk menggenangi halaman dan badan jalan serta menyumbat aliran skunder yang berada didepan pasar yang berpotensi meluapnya aliran air serta wabah penyakit.
Sebagian pedagang pun terlihat acuh akan kondisi tersebut dan tetap berjualan meski bersanding dan bersaing dengan tumpukan dan bau sampah. Para pengunjung pasar pun terlihat sangat terganggu dengan suguhan gunungan sampah yang menjijikkan dan bau yang ditimbulkan manakala sampah-sampah tersebut tertiup angin sehingga harus menutup hidung dan menahan mual.
Sungguh ironis karena Pasar Minggu Gedung Karya Jitu punya mobil sampah namun entah kenapa tidak di optimalkan pemanfaatanya karena terlihat mobil tersebut hanya teronggok diantara tumpukan sampah dan dipenuhi dengan sampah.
Masyarakat yang ada di Pasar Minggu Gedung Karya Jitu menilai pemerintah tak peduli dengan sampah yang ada, ada kesan sampah itu sengaja di biarkan. Tapi yang sangat dikhawatirkan, munculnya konflik yang timbul akibat pembuangan sampah-sampah tersebut. “Apa harus ada korban, baru mau melek memperhatikan sampah. Harus jatuh korban, atau munculnya berbagai penyakit,”
Meski demikian, mereka berharap ada perhatian dari pihak terkait, untuk meninjau membenahi kondisi tersebut sebelum terjadinya konflik, setidaknya dengan menyediakan tempat pembuangan sampah dan tenaga kebersihan pasar. (net)
Tinggalkan Balasan