Bandarlampung (SL)-Harga sembako terus meroket di Lampug. Harg telur ayam mencapai Rp30 ribu per kilogram (kg), di seluruh Pasar Tradisional di Bandarlampung. Sementara harga sayuran juga naik hingga 200 persen dari harga normal sebelumnya. Harga Telur ayam yang biasa Rp19 ribu terus naik, sempat posisi harga kisaran Rp 27 ribu per kg.
Hal itu seperti yang disampaikan sejumlah pedagang di Pasar Tugu, pedagang menjual harga berada di kisaran Rp 28 ribu-Rp 30 ribu per kg. Riduan (46) Penjual telur di Pasar Tugu Bandarlampung mengatakan, harga telur ayam Rp 30 ribu per Kg tidak pernah terjadi sebelumnya.
Ia menuturkan, “Kenaikan telur di alami hampir sebulan, paska menjelang hari raya Lebaran lalu sampai dengan hari ini harga masih tidak stabil,” katanya, dilangsir radarlampung.co.id.
Menjelang Lebaran lalu, Dia mengaku masih bisa menjual dengan Rp 23.500 – 24 ribu per kg. Seusai hari raya Lebaran, “Saya tidak berani menjual dengan harga segitu lagi, kalau sekarang sampai Rp30 ribu untuk 1 kg telur. Kedepan, saya tidak dapat memprediksi harga apakah masih segini atau tidak. Tetapi saya perkirakan akan mengalami kenaikan kembali,” katanya.
Pantauan, Harga serupa didapati di Pasar Gintung Bandarlampung harga berkisar Rp 28 ribu – Rp 30 ribu per kilo. Sartono (37) Pembeli telur di Pasar Gintung mengakui, kenaikan harga telur memang sudah berlangsung sejak paska seusai hari raya Lebaran. “Sebelum Lebaran saya masih menemukan harga telur Rp 23 – 24 ribu, dan sekarang saya sudah keliling pasar tidak ada lagi harga segitu,” tandasnya.
Pengamat Ekonomi
Pengamat Ekonomi Universitas Lampung Asrian Hendi Caya menjelaskan, dominan kenaikan harga terjadi tentu dari hasil pertanian, tetapi beberapa pekan terakhir hasil peternakan seperti telur ras juga alami kenaikan.
Harga produksi pertanian bergantung pada cuaca, sedangkan peternakan ini masih dilihat faktor proses produksi dan distribusinya adakah hambatan atau tidak. “Harga pertanian bergantung pada musim, jika musim apa barang sudah habis maka barang akan melambung naik,” katanya
Tidak hanya itu, kenaikan harga juga dialami pada peristiwa tertentu antaranya sebelum dan sesudah hari raya lebaran, natal, akhir tahun dan momen hari besar lainnya. “Harga relatif akan naik disebabkan oleh permintaan yang cukup melambung. Harga naik barang saat ini diperkirakan ada 2 faktor yang mempengaruhi yakni, produksi dan distribusi. Pada produksi harga cabai naik karena belum adanya musim lagi, ditambah lagi distribusi adanya keterlambatan pengiriman barang karena sebagian barang ada yang mengambil dari luar Lampung dengan begitu maka harga otomatis akan naik,” jelas Asrian.
Melihat dari sisi ekonomi, kenaikan harga naik turun bersifat alami melihat dari ketersedian dan penawaran. Hal yang dikhawatirkan adalah tingkat kenaikan harga yang relatif tinggi dengan terus menerus dalam jangka waktu panjang, maka akan berdampak pada masyarakat maupun perekonomian secara luas. “Untuk harga naik turun dalam jangka waktu yang tidak panjang, masih bisa dikatakan alami,”terangnya.
Asrian menambahkan, melihat saat ini sudah memasuki musim panas dan jarangnya turun hujan, para petani diminta agar tetap menjaga produksi barang untuk bisa menjaga ketersedian air, guna menjaga hasil produksi. Kalaupun adanya ganguan hama tidak meluas dan bertampak pada masyarakat. “Jika mengalami gangguan produksi maka yang pertama dirugikan adalah petani itu sendiri, dan tidak hanya itu, harga pun akan melambung tinggi secara tidak langsung akan merugikan banyak pihak,”tutupnya. (rdr/nt/*)
Tinggalkan Balasan