Lembaga Anti Korupsi (Lantak) Lantak akan melayangkan surat resmi kepada Kapolda Lampung dan Kajati Lampung terkait pekerjaan proyek jalan hotmik asal asalan di jalan Sp Umbar Putihdoh, yang dikerjakan kontraktor PT Jais Maju Bersama.
Ketua Lantak Lampung, Erwin Syahrir mengatakan kuat dugaaan terjadi kongkalikong antara kontraktor dan konsultan serta Pelaksana Kegiatan dari PUPR Provinsi Lampung. “Karena sampai hari ini tidak ada perbaikan terhadap jalan tersebut. Lantak meminta Polda dan Kajati Lampung meninjau dan memeriksa jalan tersebut dengan melibatkan konsultan independen untuk mengukur kerugian negara akibat pekerjaan yg terkesan asal jadi itu,” kata Erwi Syahrir, Jumat (7/9).
Sebelumnya diberitakan Proyek pembangunan jalan ruas jalan SP Kuripan, Kecamatan Putihdoh, Tanggamus, milik Pemprov Lampung, dikerjakan asal jadi. Ironisnya pelaksana kegiatan inisial P, adalah salah seorang lurah di Kabupaten Pringsewu.
Warga Putihdoh, menyayangkan proyek dengan nilai miliaran itu, dikerjakan asal asalan. Sehingga kualitasnya tidak baik. “Kerjanya asal asalan. Ini gimana pengawasannya. Kami yang dilintasi jalan ini, prihatin,” kata Rara, warga Putihdoh.

Hal yang sama juga disampaikan ketua Lembaga Anti Korupsi Lampung (Lantak), Erwin Syahrir. menurut dia, seharusnya, dalam pekerjaan pemadatan jalan dengan laston lapis AC-WV, laston lapis AC-BC, serta laston_lapis AC-Base. “Setelah itu baru dilapisi dengan aspal agregat Kelas A dan Kelas B serta drainase. Itu tidak dilakukan, indikasi marup, dan korupsi anggaran proyek ini,” kata Syahrier, yang juga warga asal Putihdoh itu.
Tujuannya, lanjut Erwin, agar kepadatan jalan merata. Sehingga, bisa mencegah jalan bergelombang apabila dilalui truk bermuatan berat. Apalagi di Pasbar banyak dilalui truk CPO.

Erwin menjelaskan, pekerjaan yang ada itu ada dugaan bahwa adanya lapisan aspal yang dilewatkan saja. Seperti penghamparan AC-BASE (aspal dasar) setebal 7,5 cm, dilanjutkan dengan penghamparan aspal AC-BC setebal 6 cm. “Itu pekerjaannya, lapisan dilewatkan saja,” ujarnya.
Begitu juga, pada pekerjaan drainase terlihat bentuk dan ukurannya tidak pas. Bahkan pasangan batu terlihat kurang sesuai dengan standar ke PU an karena begitu tipis, alias pengurangan volume. “Base jalan hanya di timbun tanah yg seharusnya memakai matrial sirtu,” kata Erwin Syahrier. (juniardi)
Tinggalkan Balasan