Tanggamus (SL)–Sekitar 800-an warga yang tinggal pemukiman Teluk Kiluan, Kabupaten Tanggamus, masih mengungsi ke perkebunan yang jauh dari bibir pantai dan Pegunungan, dataran yang lebih tinggi. Meski laut sudah nampak normal, namun warga masih trahuma, dan siap siaga.

“Kondisi laut di Teluk Kiluan tadi malam normal. Tapi kita semuanya di sini tetap waspada,” kata Kepala Pekon (Desa) Teluk Kiluan, Kadek Sukrul Seno, kepada sinarlampung melalui saluran teleponnya, Minggu malam.
Dalam kondisi tersebut, sedikitnya ada sebanyak 800 warga Teluk Kiluan, Tanggamus mengungsi di dataran tinggi seperti bukit dan kebun untuk mengantisipasi terjadinya tsunami susulan. “Ada 200 KK dengan jumlah warga sebanyak 800 jiwa yang mengungsi. Mereka mengungsi secara memencar di gunung, kebun dan tempat saudaranya,” kata dia menerangkan.
Dia menambahkan, di lokasi juga baru dibangun posko kesehatan dari puskesmas setempat yang juga berada di dataran tinggi seperti di gunung. Untuk di lokasi tersebut, masyarakat dan Kodim Tanggamus turut berjaga “Baru ada posko kesehatan yang berdiri. Sisanya saya bersama masyarakat lainnya mengungsi dengan seadanya,” kata dia.
Sebelumnya, tsunami yang terjadi di Teluk Kiluan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung menghantam sejumlah rumah, vila maupun kapal nelayan. Tercatat, tsunami yang menghantam di lokasi tersebut menyebabkan satu korban balita meninggal dunia karena terseret arus.

Tepatnya didusun Bandung Jaya, Pekon Kiluan Negeri, kecamatan Klumbayan, kabupaten Tanggamus terkena dampak gelombang Tsunami . Kejadian gelombang tsunami begitu cepat tanpa ada peringatan sebelumnya.
Kadek (kepala pekon) Kiluan Negeri juga mengatakan bahwa satu korban meninggal, lima rumah dan 70 kapal rusak. “Dipekon kami pak, satu korban bernama Neni (4 ), putri dari ibu Sumiyati yang ditemukan meninggal terseret gelombang dengan radius 400 meter dari rumahnya yang hancur,” katanya.
Sekitar jam 21:00 WIB (22/12/18), air mendadak naik dan menerjang rumah Sumiyati, yang pada saat itu sedang menggendong korban, “Hingga terbawa gelombang, namun si korban terlepas dari genggaman tangan si ibu dan korban terseret sejauh 400 meter dari rumah Sumiyati, saat dicari dari pihak keluarga, ternyata korban ditemukan sudah meninggal dunia,” ujar Kadek.
Lebih lanjut Kadek menjelaskan bahwa dia sudah menghubungi pihak dinas terkait. Namun hingga berita ini diturunkan belum ada dinas terkait yang turun ke lokasi. Sementara itu warga pekon bergotong-royong memperbaiki rumah dan perahu masing-masing.
Untuk saat ini warga sudah berangsur memulai membersihkan sampah dan memperbaiki rumah serta menggeser perahu yang terlempar naik ke jalan desa. Warga juga sudah turun gunung,yang sebelumnya mengungsi ke tempat yang tinggi.
Masyarakat dihimbau tidak melakukan aktifitas disekitar pantai,agar waspada karena BMKG menginformasikan bahwa masih ada kemungkinan/potensi air laut pasang kembali akibat aktivitas anak gunung Krakatau. (Wisnu/rls)
Tinggalkan Balasan