Tingginya Rendemen Pabrik Pembeli, Picu Harga Singkong Setara Rp600/kg

Lampung Utara (SL)-Harga jual singkong sebesar Rp1200,- dinilai wajar. Namun, yang menjadi persoalan, harga tersebut menjadi memberatkan saat hasil panen singkong masuk ke perusahaan mendapatkan potongan (rendemen) sebesar 25 hingga 28%.

pupuk yang sulit

Hal ini disampaikan juru bicara Aliansi Petani Singkong (APS) Kabupaten Lampung Utara, Adi Rasyid, Sabtu, (20/7/2019), menanggapi adanya pemberitaan terkait rendahnya harga jual singkong saat ini. “Yang menjadi persoalan saat ini sebenarnya bukan harga jual hasil panen singkong sebesar Rp1200,-/Kg, melainkan tingginya rendemen pihak perusahaan saat menerima hasil panen singkong tersebut,” terang Adi Rasyid.

Dikatakannya, saat ini, pihak perusahaan menerapkan rendemen sebesar 20 hingga 28%. “Tingginya rendemen itu menyebabkan harga jual singkong yang diterima petani sama saja dengan nilai Rp600,-/Kg ” katanya.

Selain itu, lanjut Rasyid, tingginya rendemen dari pihak perusahaan juga diperparah dengan sulitnya menemukan pupuk bersubsidi dari pemerintah. “Silakan di-cross check langsung di seluruh tempat penjualan pupuk, baik itu di kios-kios pertanian maupun distributor resmi yang ditunjuk langsung oleh pemerintah. Pupuk Phonska tidak dapat ditemui. Jangankan dibeli, keberadaannya saja kami tidak tahu ada di mana,” tegas Adi Rasyid.

Dirinya berharap agar pemerintah, dalam hal ini Pemkab. Lampura dan Pemprov. Lampung dapat menjembatani persoalan dimaksud. “Kami berharap, pemerintah melalui instansi terkait dapat memberikan solusi atas dua hal tersebut, yakni menekan harga rendemen hingga 10-15%, serta normalisasi keberadaan pupuk bersubsidi,” harapnya.

Dirinya juga menyampaikan persoalan ini sangat berpengaruh terhadap petani yang hanya memiliki luasan tanah pertanian dalam skala kecil. “Jika dihadapkan pada petani dengan bidang pertanian yang sangat luas, mungkin masalah ini tidak begitu berarti. Tapi, bagaimana dengan petani yang hanya memiliki areal pertanian terbatas?” tanya Adi Rasyid seraya mengatakan jika pihak Pemerintah tidak mampu mengambil langkah konkrit, maka Aliansi Petani Singkong Kab. Lampura akan turun ke jalan menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi secara terbuka.

Sementara itu, Kepala Dinas (Kadis) Pertanian dan Perkebunan yang juga menjabat sebagai Pj. Sekretaris Kabupaten Lampung Utara (Lampura), Sofyan, membantah terkait sulitnya ditemukan pupuk bersubsidi Phonska di Lampura.

“Sebenarnya kalau dikatakan pupuk bersubsidi itu langka, tidaklah tepat, bagaimana tidak, stok pupuk bersubsidi yang dimiliki saat ini jumlahnya terbatas, sedangkan peminatnya sangat banyak,” ujarnya, beberapa waktu lalu, Jum’at (5/7/2019), di ruang kerjanya.

Dijelaskan Sofyan, pupuk bersubsidi yang masuk di Kabupaten Lampura jumlahnya sangat terbatas, yaitu berkisar antara 40 persen dari jumlah kebutuhan. Selain itu, dalam hal pendistribusiannya, setiap kelompok tani yang ingin memperoleh pupuk bersubsidi melalui mekanisme dengan sebelumnya menyusun Rencana Depinitif Kebutuhan Kelompok (RDKK).

“Untuk mendapatkan pupuk bersubsidi harus melalui RDKK yang dibimbing langsung oleh penyuluh di lapangan. Jika RDKK-nya telah dibuat akan ditembuskan kepada kios pupuk, Dinas Pertanian, dan pihak distributor. Setelah syarat tersebut terpenuhi, barulah petani dapat mengambil pupuk bersubsidi di kios-kios yang telah disediakan sesuai dengan kebutuhan yang akan digunakan,” terang Sofyan.

Namun, apabila petani tidak mengajukan RDKK kepada kios pupuk, maka kios pupuk itu sendiri berhak untuk menolaknya. Dijelaskan lebih lanjut, adapun rincian jumlah stok pupuk bersubsidi yang dimiliki saat ini, yaitu stok awal untuk pupuk Urea sebanyak 13.830 ton, yang telah disalurkan kepada petani sebanyak, 7.506.15 ton, sisa penyaluran sebanyak 6.324 ton.

“Karena diyakini stok kurang, kami mengajukan penambahan kepada Dinas Pertanian Provinsi, dan itu telah disetujui sebanyak 1.500 ton. Jadi stok yang dimiliki saat ini sebanyak 7. 824 ton, dengan jumlah keseluruhan alokasi pupuk sebesar 15.330 ton,” jelasnya.

Untuk pupuk jenis ZA, lanjut Sofyan, ketersediaan saat ini sebanyak 800 ton dan sudah tersalurkan 424.05 ton. Sisa penyaluran 375.95 ton, penambahan 80 ton, stok yang dimiliki 455.95 ton. Jumlah keseluruhan alokasi 880 ton. Sedangkan pupuk jenis SP 36 sebanyak 300 ton, tersalurkan 1.621.35, sisa penyaluran 1.379 dengan penambahan 215 ton. Stok 1.594 ton, jumlah keseluruhan alokasi sebanyak 3.215 ton.

Pupuk untuk jenis Npk sebanyak 10.400 ton, tersalurkan 5.626.45 ton, sisa 4.774, penambahan 200 ton, stok 4.974, jumlah keseluruhan alokasi sebanyak 10.600 ton. “Dan untuk pupuk Phonska, alokasi awal sebanyak 1.250, tersalurkan 505.04, sisa 745, penambahan 50 ton, stok 795 ton, keseluruhan alokasi sebanyak 1.300 ton,” urai Sofyan. (dan/ardi)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *