Bandar Lampung (SL)-Beberapa daerah di Lampung dilanda bencana. Selain Gempa bumi tektonik 5,3 Skala Richter (SR) mengguncang di Selat Sunda tepatnya berjarak 99 km arah Selatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, juga banjir luapan Way Semaka, dan longsor memutus jalan, di Lampung Barat, Minggu 3 Mei 2020.
Gempa Lampung pada kedalaman 62 km, pukul 15.00 WIB terasa di Tanggamus, Natar, Bandar Lampung, Liwa, hingga Malingping, Banten. Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa ini merupakan berjenismenengah akibat aktifitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Eurasia. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi ini memiliki mekanisme sesar naik (thrust fault).
Guncangan gempa ini dirasakan di daerah Kotaagung dan Punduh Pidada dengan III MMI atau getaran dirasakan nyata dalam rumah. Kemudian, terasa getaran seakan akan truk berlalu, Panimbang, Binuangeun, Malingping dengan II-III MMI atau getaran dirasakan nyata dalam rumah.
Selain itu, terasa getaran seakan akan truk berlalu di Bandar Lampung, Munjul, Cijaku, Natar dengan II MMI atau getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Sedangkan di Liwa berkekuatan I-II MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang ). “Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut,” kata Rahmat Triyono.
Kepada masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yg membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah.
Longsor akses Jalan Sukabumi-Suoh Putus

Akses jalan Sukabumi-Suoh di Pemangku Way Kuol, Pekon Kegeringan, Kecamatan Batubrak, lumpuh total akibat longsor, Minggu 3 Mei 2020 Hingga kini, material longsor sepanjang 12 meter tersebut masih menunggu penanganan dari instansi terkait. Namun, tim BPBD sudah berada di lokasi.
Peratin Kegeringan Sofyan Hadi mengatakan, sejauh ini, arus lalulintas di jalan penghubung antar kecamatan itu masih lumpuh total akibat tertutupi material longsor sepanjang sekitar 12 meter. “Upaya evakuasi belum bisa dilakukan, mengingat besarnya volume material longsor maka dibutuhkan alat berat untuk proses evakuasi,” katanya yanv masih berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas PUPR agar dapat segera menurunkan alat berat ke lokasi.
Longsor di Way Krui
Longsor juga terjadi di Pekon Labuhan Mandi, Kecamatan Waykrui, Minggu 3 Mei 2020 sekira pukul 11.00 Wib. Material tanah menutup sebagian badan jalan.
Camat Waykrui M. Jumli mengatakan tanah longsor berada tidak jauh dari perkampungan warga, dan berada tepat di depan Balai Pekon Labuhan Mandi. “Tanah longsor itu menutup badan jalan dengan lebar tiga meter dan panjangnya 15 meter, dengan ketinggian longsor mencapai satu meter, tidak ada korban jiwa, ” katanya.
Untuk memindahkan material longsor, pihaknya sudah berkoordinasi dengan sejumlah instansi terkait, dan DPUPR segera menerjunkan alat berat. “Kita masih menunggu alat berat, agar lalu lintas tetap lancar anggota Polsek Pesisir Tengah dan Koramil sudah berada dilokasi untuk melakukan pengaturan lalu lintas,” ujarnya.
Tanggul Way Semaka Jebol Jembatan Gantung Putus
Hujan deras yang mengguyur sebagian besar wilayah Kabupaten Lampung Barat, menyebabkan sejumlah pekon di Kecamatan Bandarnegeri Suoh (BNS), tergenang bamjir. Air menggenaki pemukiman di Pekon Bumi Hantatai, Pekon Tembelang, Pekon Suoh, dan Pekon Tanjung Sari.
Camat BNS Suryanto, S.Pd., mengatakan, banjir tersebut selain menyebabkan terendamnya areal persawahan, perkebunan, pemukiman dan sekolah juga menyebabkan satu unit jembatan gantung di Pekon Tembelang putus. ”Sampai saat ini untuk lokasi banjir terparah itu berada di pekon Bumi Hantatai dan Pekon Tembelang, selain menyebabkan SMPN 2 BNS dan permukiman sekitar di Pekon Bumi Hantatai terendam, juga ada satu unit jembatan gantung di Pekon Tembelang yang putus,” ungkap Suryanto.
Hingga saat ini, kata dia, belum ada laporan dari terkait adanya kerugian materi yang dialami masyarakat, namun itu akan dilakukan inventarisir untuk kemudian dilaporkan kepada pihak terkait. ”Sampai saat ini laporan kerusakan baru satu yakni jembatan gantung di Pekon Tembelang, keberadaan jembatan tersebut sangat berpengaruh terhadap roda perekonomian masyarakat, karena jembatan itu merupakan akses masyarakat saat hendak dan pulang dari sawah maupun kebun, sementara untuk kerugian di masyarakat belum ada laporan,”
Suryanto, meninjau di pekon-pekon yang terdampak banjir, berharap kepada pemerintah daerah untuk melakukan normalisasi sungai waysemangka, yang kini sudah terjadi pendangkalan di beberapa tempat, sehingga rawan terjadi banjir. ”Penyebab banjir tersebut salah satunya karena terjadi pendangkalan pada aliran sungai waysemangka, karena itu kami berharap normalisasi bisa kembali dilakukan. Selain itu, kami juga berharap pihak terkait segera turun melakukan peninjauan,” harapnya. (Ade Irawan/red).
Tinggalkan Balasan