Hostile Take Over Misi Devide It Empera Indonesia

Hanura pecah, PAN dipisahkan dari pak Amien Rais, PKS terbelah beberapa kadernya keluar membentuk Partai Gelora, Berkarya diambil dari Mas Tomy Suharto, dan sekarang Demokrat di hostile take over dengan terang-terangan.

Cerita sebelumnya Golkar juga terambang pecah, dimana para tokoh di dalamnya membuat partai masing2: Prabowo Subianto membuat Gerindra, Wiranto membuat Hanura, dan Surya Paloh membuat Nasdem. Jangan lupa Gerindra meski di tangan Prabowo juga sempat digoyang hebat oleh orang dekat Prabowo. Demikian juga dengan Nasdem hampir oleng saat Hary Tanoe tidak jadi masuk.

PPP juga sama entah berapa kali terus terpecah, dari partai besar hingga mengerdil dan pengurusnya terus diguncang isu , bahkan terakhir masih terbelah lagi kepengurusannya. Kemudian PKB juga pecah , dari keluarga Gus Dur sebagai pendiri terambil oleh Cak Imin Cs. Polemik rebutan PKB sejak jaman Presiden Megawati sampai Presiden SBY.

Dan sebelumnya lagi di jaman Pak Harto yang paling fenomenal adalah PDI, yg kemudian berbelah menjadi PDI dan PDIP. PDI lama dipimpin oleh Suryadi dan PDIP dipimpin oleh Megawati. PBB, dan partai -partai lain juga terus membelah, hingga seringkali terpisah dari pendirinya.

Bicara rebutan partai , atau terpecahnya partai, sebetulnya bukan sekarang saja terjadi, dari jaman dulu juga terjadi. Mengapa? Saya pernah mendengar dulu dari para mahaguru intelejen saat saya mulai menjadi wartawan politik, bahwa di Indonesia sejak awal merdeka, tidak pernah diikhlaskan oleh negara -negara besar termasuk eks penjajah.

Untuk mengerdilkan Bangsa dan Negara Indonesia itu hanya dengan cara devide it empera. Intinya tidak boleh ada kekuatan utuh baik kekuatan dalam bidang agama atau partai politik (tidak boleh ada partai politik punya *kekuatan di atas 20 persen,* jadi diobrak-abrik spy banyak partai). Karena hanya agama dan partai politiklah yg bisa menggerakkan rakyat.

Karakter rakyat Indonesia yang mayoritas tidak punya karakter yang kuat, seperti mudah diadu domba, senang hidup borju dan pamer, suka menjilat, gampang disogok, dan tidak malu menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, benar -benar menjadi “alat ampuh”, utk terus membelah rakyat Indonesia, dengan menggunakan oknum rakyat sebut saja para komprador (combe penjual negeri).

Rakyat Indonesia tidak boleh bersatu , kalau bersatu akan sangat kuat dan mengancam negara mana pun, karena akan menjadi negara berpenduduk Islam terkuat, dan dengan alam yang luar biasa kaya, kalau rakyatnya kelewat kuat tentu sangat sulit bagi kaum *kapitalis global utk terus menjajah Indonesia ( terus mengeksploitasi SDA dan juga market/pasar Indonesia).

Saat di jaman Orba, Pak Harto sepertinya memahami teori konspirasi global untuk terus mengangkangi negeri* ini. Makanya selama 30 tahun memimpin beliau berusaha hanya ada 3 Partai saja. Namun kekuatan 3 partai ini juga terus digerilya hingga PDI misalnya pecah menjadi dua, demikian juga dng PPP, yg agak tangguh partai Golkar karena dikendalikan langsung oleh pak Harto.

Kelompok Islam juga hanya dua NU dan Muhamadiyah, meski terus dibentur-benturkan misalnya lewat kesepakatan Hari Raya atau mulai Puasa yang gak pernah sama antara NU dan Muhamadihah, namun Pak Harto sangat cerdik tidak boleh masing2 golongan itu membuat partai jadilah partai orang Islam itu ya hanya satu yaitu PPP saja.

Pak Harto yg dinilai mengganggu konspirasi global untuk mencekram Indonesia, akhirnya melalui orang-orang Indonesia sendiri dilengserkan. Dan setelah Pak Harto lengser makin leluasa asing mengaduk-aduk Indonesia, maka partai pun lahir bak jamur di musim hujan, pernah ratusan partai bermunculan. Tak hanya itu organisasi Islam juga bermunculan.

Dalam posisi rakyat makin banyak dalam kelompok-kelompok maka aksi devide et impera makin mudah dijalankan dimana rakyat terus dibelah seperti saat ini, maka kapitalis global makin berpesta pora mengeduk kekayaan alam dan bukan tdk mungkin pada saatnya nama Indonesia tinggal kenangan.

Siapa yang membantu konspirasi kapitalis global ini mengacak-acak politik di Indonesia supaya tetap bisa menjajah Indonesia (sekarang dengan terus menyudutkan Islam?. Mereka adalah para komprador! Maaf bajingan penjual NKRI ini menyusup di semua lini.

Mereka ini sekumpulan binatang berwujud manusia yang melihat dunia tanpa batas yang disebut negara. Mereka serigala berbulu domba!. Mereka bisa berwujud pejabat eksekutif, yudikatif maupun oknum legislatif, pengusaha, artis, tokoh, pemimpin agama, LSM, Wartawan dll.***

Naniek S Deyang Wartawan Senior

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *