Pringsewu (SL)-Hari tuberculosis (TBC) sedunia atau World Tubeculosis (TB) Day yang diperingati pada tanggal 24 Maret setiap tahunnya. WHO menyebutkan bahwa peringatan hari TB sedunia ini adalah bentuk untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang konsekwensi kesehatan,. Sosial dan ekonomi dari tuberculosis dan untuk meningkatkan upaya untuk mengakhiri epidemic TB global. Hari TB sedunia merupakan alarm bagi warga dunia bahwa penyakit TB ini akan sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan manusia dalam kesehatan tetapi akan mempengaruhi semua lini kehidupan bahkan peradaban manusia itu sendiri.
Hari TB sedunia tahun 2021 ini mengambil tema “The Clock Is Ticking” atau “Jamnya Bedetak”. Tema ini mengandung arti serta ingin menyampaikan pengerti bahwa dunia kehabisan waktu untuk bertindak berdasarkan komitmen untuk memberantas TB yang dibuat oleh para pimpinan global. Tema yang secara implisit menyampaikan kelelahan lembaga pemberantasan TB serta kecewanya pada komitmen pimpinan dalam penanggulan penyakit menular ini.
Rendahnya Keadaran dan Selesainya Terget
Rendahnya kesadaran bersama terhadap pemberantasn TB ini merupakan persoalan yang sangat penting yang harus segara diselesaikan, hal ini masih terlihat dan terdengar stikma buruk terhadap orang yang terkena TB. Sudah semestinya semua mengerti bahwa penyakit TB ini adalah penyakit menular bukan bawaan, kutukan dan penyakit kiriman. Dan juga harus dipahami penyakit ini akan menular kepada siapa saja tanpa melihat status sosial, yang masa pengobatannya 6 – 12 bulan. Persoalan selanjutnya adalah angka droup out semakian tinggi yang disebabkan oleh penangan kasus TB yang tidak sesuai standar pengobatan TB yang ini akan memicu munculnya kasus TB Resisten obat (TB MDR).
Dikutip dari laman resmi WHO, bahwa hampir setiap hari 4000 orang meninggal karena TB dan hampir 28.000 orang jatuh sakit karena TB ini. Ini artinya bahwa penyakit ini merupakah penyakit yang mematikan. Dan lebih berbahaya dari wabah penyakit yang hari ini sedang berlangsung yaitu pademi covid-19. Seandainya penyakit TB ini diperlakukan sama dengan corona hari maka sudah pasti prestasi peringkat 2 di dunia untuk Negara dengan beban TB akan segara bergeser dan bahkan mungkin impian dunia Bebas TB akan segera terwujud.
Dituangkan dalam the End TB Strategy yang merupakan komitmen global dalam mengakhiri TB dengan menargetkan penuruanan kematian akibat tuberculosis hingga 90% pada tahun 2030 dibandingkan tahun 2015, penurunan kejadian TB sebesar 80% pada tahun 2035 dibanding tahun 2015, dan tidak ada rumah tangga yang mengalami katastropik akibat TB pada tahun 2030. Lebih lanjut dalam the End TB Stategy juga ditegaskan bahwa target tersebut diharapan tercapain dengan inovasi, seperti pengembangan vaksi dan pnat TB baru dengan resimen jangka pendek.
Melihat target tersebut perlu juga kiranya pemerintah dalam hal ini kemetrian kesehatan terus melibatkan aktif komunutas masyrakat yang mempunyai konsen dalam penanggulan TB. Selain itu keterlibatan organisasi kemasyarakat dan komunitas-komunitas yang berbasis masyarakat harus dimaksimalkan dalam penanggulan pemberantasan TB. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat yang hiterogen dan majemuk ini memiliki kearifan tersendiri dan dapat membantu secara maksimal dalam penurunan angka kematian karena TB.
Eliminasi TB Pemerintah Harus Bertanggung Jawab
Dalam kesempatan hari TB sedunia serta menunjukan komitmen pemerintah daerah sampai pusat menampilkan program dan peraturan jelas, lugas dan terevaluasi dan jauh dari nilai politik dalam menjawab tema hari TB sedunia tahun 2021. Pemerintah melalui kementriaan kesehatan sudah juga membuat program yang memberikan perhatian khusus (baik Sumberdaya manusia maupun kelayakan materi) kepada pengelola program TB yang ada di pusat pelayanan kesehatan masyarakat (Puskemas), karena mereka merupakan ujung tombak dalam mensukseskan pemberantasn TB.
Selain itu pemerintah juga melibatkan aktif layanan kesehatan swasta dalam eliminasi Tuberculosis, karena dari pantauan dan pengalaman bahwa begitu banyak masyarakat yang mengobatkan kesehatan kepada layanan kesehatan swasta termasuk didalamnya penyakit TB. Pemerintah melalui pemerintah daerah menintruksi untuk memberikan anggaran khusus untuk pemerintasan TB serta melibatkan aktif komunitas pemberatasan TB sebagai patner dalam rangka menuju Indonesia bebas TB tahun 2035. Jangan sampai pemerantasn TB ini kalah dengan penanggulan padami covid 19, karena salah satu komorbit dalam kematian akibat corona adalah TB.
Untuk para relawan TB yang menjadi pengelola maupun menjadi kader teruslah bergerak, apa yang dilakukan hari ini akan dirasakan hasilanya pada waktu yang akan datang dan merupakan tabungan jariyah dalam kehidupan. Teruslah memberikan spirit layanan dan pengabdian dalam melayani dan mendampingin pasien TB, karena kerja para relawan terutama kader merupakan karya dalam menikmati kehidupan agar sehat baik bagi diri, masyarakat dan juga kemanusiaan maka mari kita jadi Tuberculusis menjadi musuh kita bersama.*
Tinggalkan Balasan