Bandar Lampung (SL)-Sesungguhnya Pisang, cenil, dan kue-kue dari Rima Akat Shah, Notaris dan PPAT Elti Yunani, serta nasi kotak dari Bunda Eva. Tempat dan kopi dari senior saya Dr. Eddy Rifai, mahasiswa teladan (1984) dan dosen teladan (1994) Universitas Lampung (Unila).
Tapi, pangganan bukan tujuan utama, walau tanpa benner, kursi plastik pinjam dari masjid, tak lebih dari 50 orang, saya merasakan adanya persaudaran pada acara sederhana yang digagas senior, adik-adik, dan teman-teman yang ingin merayakan tiga tahun saya kembali ke dunia jurnalistik.
Acara dadakan yang diolah 18 jam oleh Iman Untung Slamet, wartawan yang kini memproduksi mikroba penyubur lahan pertanian dan perkebunan serta penyedia bibit lada sambung.
Eva Dwiana (Bunda Eva), Walikota Bandarlampung, tanpa protokoler, datang semakin membuat rasa persaudaran makin kuat di tepi kolam pemancingan Jl. Ratu, depan Gg Swadaya 7, Gedongmeneng, Rajabasa, Kota Bandarlampung, Sabtu sore 12 Juni 2021.
Ricky Tamba (Ritam), aktivis 98 yang jadi tenaga ahli dari DPP Partai Gerindra di DPR RI mampir untuk ikut pula merasakan atmosfir persaudaraan tersebut. Dia untuk pertama kalinya bertemu Deru seteru keras atas pandangan politiknya
Heri Fauzi yang dijuluki Guru Gadang dari Kabupaten Pesisir Barat turun gunung untuk juga tak mau ketinggalan bertemu dengan lawan-lawan debat kritisnya. Yudhian dari Dinas Pariwisata Kabupaten Pesawaran.
Ada pula Ketua Partai Ummat Lampung Abdullah Fadri Auli, pakar ferosemen dan budayawan Anshori Djausal, tokoh pendidikan, advokat dan politisi Darussalam, advokat dan penggiat sosial Gunawan Pharrikesit, aktivis Rakhmat Husein DC dan Icha.
Lainnya, tokoh pendidikan Gunawan Handoko, politikus dan penggiat sosial Ahmad Rusdi, Kepsek MAN II Bandarlampung Nauval Magad, pelukis Bambang SBY, Diqi dari Pemkab Tulangbawang, mantan pejabat KM Ridwan, dan masih banyak lainnya.
Acara apa adanya, dipandu Jiun (Imam Untung Slamet), satu per satu komentar tentang pembangunan kota dan kiprah saya selama kembali lagi ke dunia jurnalis. Namanya komentar, ada kritik dan dukungan jadi penyambung lidah rakyat dan mitra kritis pemerintah.
Semua, saya simak baik-baik sebagai asupan vitaman buat terus menapaki profesi ini. Yang digambarkan Gunawan Pharrikesit, profesi yang perlu kenekatan karena selalu dibayangi ancaman UU ITE dan taruhan keselamatan jiwa.
Selesai acara, banyak yang masih bertahan nyanyi sambil ngobrol yang tak mungkin dibicarakan lewat media sosial. Gelaktawa sesekali pecah di tengah obrolan hingga tengah malam. “Pertemuan Pelangi,” diistilahkan Gunawan Handoko.
“Mereka yang tergabung dalam whatsapp grup yang dikelola Herman Batin Mangku luar biasa. Saya secara pribadi merasa terharu atas apa yang telah diselenggarakan dalam acara silaturahmi yang penuh kekeluargaa,” kata Deru yang selama ini paling galak.
Dari acara tersebut, muncul harapan minimal sebulan sekali ada pertemuan aktivis, politisi, jurnalis, akademisi prorakyat untuk turut mengkritisi, gagasan, dan aksi turut memperbaiki lingkungan hidup, kebersihan, dan lainya.
Di dalam pisang dan kue cenil, tulisan-tulisan yang saya jahit untuk media selama tiga tahun mengikat makin erat rasa persaudaraan dan rencana-rencana untuk kemaslahatan bersama, terima kasih, terima kasih, terima kasih.
Tinggalkan Balasan