Bandar Lampung (SL)-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Lampung bersama seratusan wartawan mengunjungi Desa Inklusi Keuangan Titiwangi, Lampung Selatan. Desa tersebut menjadi percontohan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi desa guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat, Selasa 30 November 2021.
Kepala OJK Provinsi Lampung, Bambang Hermanto, mengatakan program-program untuk menghidupkan perekonomian di Lampung terus digulirkan. OJK bersama industri jasa keuangan bersama Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Lampung telah membentuk desa inklusi keuangan, yang bertujuan untuk meningkatkan literasi dan inklusi seluruh penduduk maupun daerah sekitar.
“Kami terus mendorong agar ekonomi bisa hidup. Dengan adanya desa inklusi keuangan, ekonomi kerakyatan bisa bangkit,” kata Bambang saat kunjungan di Desa Cintamulya,Candipuro, Lampung Selatan, Selasa, 30 November 2021.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Lampung Jhon Indra Krisna menambahkan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif, merupakan sebuah kondisi dimana setiap anggota masyarakat mempunyai akses terhadap berbagai layanan keuangan formal.
Untuk itu, OJK Lampung bersama Industri Jasa Keuangan, Bursa Efek Indonesia dan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Provinsi Lampung membentuk Desa Inklusi Keuangan Titiwangi pada 20 November 2019.
“Desa Inklusi ini dibentuk bertujuan meningkatkan literasi dan inklusi seluruh penduduk maupun di wilayah sekitar desa. Untuk meningkatkan inflasi. Dengan adanya inklusi ini harapannya untuk mengentaskan kemiskinan,” kata Jhon, Selasa 30 November 2021.
Sementara itu, perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Lampung Fahmi Al Kahfi melaporkan bahwa hingga saat ini sudah ada 15 masyarakat yang telah bergabung. “Total keuangannya sebesar Rp235 juta,” katanya.
Kepala Desa Cintamulya Lampung Selatan, Dwi Haryani, mengatakan jumlah penduduk desa terdapat 4.570 jiwa dari 1.375 kepala keluarga yang tersebar di 8 dusun dan 23 RT. Rata-rata penduduknya hanya tamatan sekolah dasar (SD). Kemudian rata-rata pekerjaan masyarakatnya 62% berprofesi sebagai petani.
“Meskipun demikian desa kami disebut sebagai desa pendidikan karena di desa ini kami memiliki 5 PAUD/TK, 5 SD/MI, 5 SMP/MTS, 5 SMA/SMK/MA serta 5 Pondok Pesantren dan 5 TPA,” kata dia.
Dwi mengakui sebagai smart village desanya saat ini memiliki berbagai lembaga keuangan, yakni Lembaga Ekonomi Unit Usaha Desa, BUMDES, E-Samdes (Samsat Desa), galeri investasi desa (Pintraco Squritas), jasa lembaga keuangan/gen Laku Pandai, industri kecil menengah seperti makanan, alat rumah tangga, bahan bangunan dan kerajinan. “Hadirnya lembaga keuangan turut membantu geliat perekonomian masyarakat di desa ini,” katanya.
Agen Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai) Desa Cintamulya, Hartant, menambahkan masyarakat antusias dalam menggunakan layanan perbankan atau layanan keuangan yang didukung dengan penggunaan sarana teknologi informasi. Bahkan dalam satu bulan transaksi di desanya mencapai Rp700 juta.
“Desa ini juga memiliki layanan mudah transaksi keuangan L-Smart dari Bank Lampung yang bisa digunakan untuk membayar pulsa pra bayar, Pulsa pasca bayar, PLN pra bayar, E-Wallet, transaksi pupuk bersubsidi dan PBB,” katanya. (Red)
Tinggalkan Balasan